Xander benci laut namun ia tinggal dipinggir laut di lautlah orang tuanya pergi meninggalkan dirinya sendiri didunia, rumahnya tidak jauh dari hotel dan resort miliknya dengan pantai pribadi mata birunya memandang ke laut.
Laut sedikit aneh gelombang berlawanan arah dengan angin dan bergejolak padahal tidak ada badai xander memicingkan matanya ia memakai jalet dan berlari keluar dengan senapan ia melihat seseuatu keluar dari laut, Xander menatap sosok di hadapannya mereka saling pandang tepatnya.
"Tolong"
Suara pemuda itu terdengar lemah dan serak lalu terjatuh Xander menghampiri ia memeriksa pemuda itu dan menggendongnya membawanya pulang kerumah, hati hati Xander membaring tubuh telanjang pemuda itu beruntung pelayannya tidak tinggal dengannya.
~~~~~~~~~~
Pemuda itu terbangun histeris membuat Xander terkejut ia tertidur disofa ia menghampiri berusaha menenangkannya hingga ia jatuh tidak sadarkan diri lagi, Xander membaringkan dan menyelimuti pemuda itu rupanya sudah pagi terdengar suara dari dapur sepertinya pelayan telah datang menyiapkan sarapan.
"Bik bawa satu kekamar tamu"
Pelayan memandang heran
"Kita ada tamu tuan?"
"Ya, ia aku temukan pingsan dipantai ia terluka"
"Oh ya tuhan, baiklah"
Wanita paruh baya itu menyiapkan sarapan di nampan untuk dibawa kekamar dan Xander sarapan di ruang makan ia akan bertemu relasi yang tertarik menanam saham ke resort miliknya, pelayannya memandang pemuda yang terbaring ia duduk dipinggir tempat tidur membuatnya tersadar dan menjauh ia gemetar ketakutan.
"Tenanglah, saya kemari mengantar sarapan"
Pemuda itu memandang makanan dinampan dan memghampiri dengan hati hati.
"Kau lapar?"
Ia mengangguk takut takut
"Ayo makanlah tidak ada yang akan menyakitimu"
Ia memandang wanita itu ia duduk ragu ragu dan mulai memakan wajahnya menunjukkan ia menyukainya.
"Siapa namamu nak?"
"A.....Arel"
"Arel berasal dari mana?"
Arel menunjuk ke laut yang terlihat dari jendela besar membuat pelayan bingung disana hanya ada laut.
"Disana hanya ada laut"
Arel tidak menyahut ia sibuk dengan sarapannya lalu Xander masuk membuat pemuda itu tersedak buru buru pelayan itu menyerahkan segelas susu dan diminum separo.
"Namanya Arel, tuan dan katanya ia berasal dari laut"
Xander mengernyit ia mendekati Arel namun Arel justru takut padanya.
"Berapa usiamu?"
"T......tujuh b...belas tahun"
"Jangan takut apa kau lupa aku yang menyelamatkanmu semalam?"
Arel manggut manggut pelan.
"Apa luka luka mu masih sakit?"
Ia menggeleng pelan dan selesai dengan sarapan pelayang hendak bangkit pergi namun ujung pakaiannya dipegang Arel.
"Arel, tuan tidak akan menyakitimu"
Arel melepaskan pakaian pelayan dan ia ditinggal berdua dengan Xander, hati hati Xander mendekat duduk dipinggir tempat tidur.
"Apa yang terjadi Arel, dari mana kau mendapat semua luka ini?"
Bukan mendapat jawaban Arel sesegukan ia mengis seluruh keluarganya di bantai oleh manusia saat keberadaan mereka diketahui dan hendak di eksploitasi ayah dan ibunya melawan, Xander memeluknya sambil mengusap punggungnya Arel mungkin delapan belas tahun namun ia seperti anak anak ia polos dan lugi serta takut dengan orang asing.
~~~~~~~~~~
Arel mengintip ke ruangan dapur ada bibik Hanah sedang menyiapkan makan siang ia menghampirinya.
"Arel, kenapa bangun dari tempat tidur?"
"Arel bosan, bik"
"Kan masih sakit dan lukanya belum pulih nanti makin parah"
"Begitu ya bik, luka nggak enak"
"Bik buatkan aku......eh Arel kenapa kau ada disini?"
Xander baru sadar pakaian kebesaran miliknya mengekspose bahu dan leher putihnya serta celana boxer yang mengekspose paha mulusnya.
"Tuan.....tuan mau apa?"
Ia tersadar dan memandang Hanah
"Buatkan aku kopi dan bawa keruang kerja"
"Baik tuan"
"Arel kembalilah kekamar"
Ia hanya mengangguk dan berjalan melewati Xander.
~~~~~~~~~
Xander kedatangan tamu teman namun bukan teman aduh gimana ya eh merek berteman namun sering berdebat dan temannya selalu membuat masalah, Arel mengantar nampan berisi minuman dan makanan kecil namun mata teman Xander memandang nya seperti serigala kelaparan.
"Siapa dia?"
"Memangnya kenapa, kau jangan kurang ajar ia milikku"
"Oh ya, ia barang bagus aku juga mau"
"Tidak, ia bukan barang"
Arel bergegas masuk ia takut dengam teman Xander dan duduk didapur.
"Arel kenapa?"
"T...teman tuan membuatku takut ia bilang Arel barang bagus Arel kan bukan barang, Arel benci manusia manusia seperti itu tidak dengan bibik dan tuan"
Hanah mengusap lengannya membuatnya tenang.
Tbc