9

305 23 0
                                    

Wajah Rio menegang ia terkejut mendengar ucapan Xander yang mengatakan kalau Arel adalah putra duyung itulah alasan ia hendak dihabisi oleh mereka, Xander menceritakan apa yang ia lihat digudang kemarin Rio terduduk mengusap wajahnya.

"Ya tuhan aku pikir itu dongeng anak anak, Xander"

"Ya awalnya aku juga terkejut ia pernah lari karena ia pikir aku tidak bisa menerima keadaannya"

"Jujur Xander, kau sangat beruntung dan sekarang kau akan menjadi seorang ayah"

"Aku harap ia lupa dengan apa yang terjadi kemarin, jika tidak ia akan menganggap dirinya buruk meskipun mereka orang jahat"

"Ya ya kau benar Arel terlalu polos dan lugu"

Rio bangkit dan masuk kembali keruang rawat Arel bersama Xander.

                        ~~~~~~~~

Arel terdiam menatap langit langit kamar tanpa mengatakan apapun ia terkejut saat mendengar pintu dibuka Xander langsung menghampiri rupanya ia sudah selagi mereka berbincang diluar.

"Arel mau sesuatu?"

"Arel....Arel mau pulang, tuan"

"Kata dokter keadaan Arel masih lemah belum stabil"

"Arel mau pulang, Arel takut Arel .... Arel menghabisi mereka Arel takut"

Xander memeluknya ia memandang Rio dan ia menghampir Arel.

"Polisi sudah mengurus mereka tewas karena perbuatan mereka sendiri bukan karena Arel"

Rio mengusap bahunya ia tidak mau lepas dari Xander ia memandang Rio dengan wajah sembab, Xander memandang Rio yang berbohong mengenai mereka.

"Benarkah, tuan?"

"Ya jangan dipikirkan lagi ya"

Arel meringis ia memegang perutnya ia kesakitan.

"Arel?"

"Perut Arel sakit"

"Aku akan memanggil dokter"

Arel terus meringis memeluk perutnya ia menangis pelan.

                           ~~~~~~~~~

Akhirnya dokter mengijinkan Arel pulang namun ia tidak boleh melakukan hal hal berat dan bergerak banyak bahkan jangan sampai ia tertekan, setelah Arel tidur ia pergi menemui Rio diruang depan kamar tidur ya kamar yang mereka tempati seperti apartemen dengan dua kamar.

"Wah gila lu ini pasti mahal, strategis pula"

"Aku mengutamakan keamanan, hotel ini terkenal dengan keamanan cukup tinggi"

"Bagaimana keadaannya"

"Ia tidur setelah meminum obatnya, ia agak sulit kalo sudah berhubungan  dengan obat harus dibujuk dengan susah payah"

Rio terkekeh

"Ya setidak nya kau sudah terlatih sebagai ayah"

"Benar juga"

Xander terkekeh ucapan Rio masuk akal, Rio akan menempati kamar lain sekarang lagi bersantai minum dan berbincang ringan hingga suara terikan Arel membuat mereka kaget dan Xander segera pergi menemui Arel yang sesegukan.

"Arel, itu hanya mimpi buruk"

"Itu terasa nyata tuan, Arel takut akan menyakiti tuan jika....jika Arel lepas kendali"

"Itu tidak nyata itu hanya mimpi, aku percaya Arel tidak akan pernah menyakitiku"

Rio melihat semuanya dari ambang pintu kebohongannya tidak membantu sama sekali Arel yakin ia lah orang yang menghabisi mereka.

                          ~~~~~~~

Ia sekarang punya kebiasaan baru melamun ia senang sekarang menempati rumah sendiri dengan beberapa pelayan dan Xander sedang sibuk dengan hotel yang ia bangun dan Arel lebih sering dirumah apalagi perutnya sudah beaar membuatnya mager, mata bening berwarna biru memadang pantai entah ia merindukan Xander yang dulu selalu dirumah namun ia tidak boleh menuntut.

Arel tertidur dikursi malasnya ada yabg memeluknya dari belakang membuatnya terbangun, pipiny dicium  dan bahunya yang terekspose.

"Hmmm, kau sangat harun Arel"

"Tuan sudah pulang, mau makan biar Arel minta bibik siapkan"

"Tidak, dudukulah aku punya sesuatu untuk Arel"

Xander mengambil sesuatu dari sakunya sebuah kotak kecil berwarna merah dan membukanya di hadadapan Arel, mata Arel berbinar sebuah kalung denga liontin namanya Xander memasangnya di leher putihnya.

"Sangat serasi, aku sudah lama memesannya untukmu Arel baru datang tadi pagi"

"Ini cantik tuan"

"Aku suka sekali, aku harus pergi lagi pekerjaanku masih ada nanti aku pulang malam akan aku usahakan lebih cepat untukmu"

Wajah Arel berubah senyumnya hilang ia hanya mengangguk pelan dan kembali memandang laut, Xander menangkap gelagat itu ia merasa bersalah namun ia juga ingin pekerjaan segera selesai.

Malam semakin larut Xander belum juga pulang Arel bersiap hendak tidur ia sudah menunggu dari tadi namun nampaknya Xander akan pulang telat lagi pikirnya, perutnya sakit dari tadi sore mungkin karena kram ia memainkan jarinya diatas perut besarnya.

"Cepatlah lahir, papa kesepian disini"

Ujarnya ia sedih dan kesepian meskipun rumah tidak sebesar dulu namun tanpa Xander bagi Arel hanya hampa dan kosong sempat ia berpikir Xander memiliki yang lain yang lebih baik darinya.

Tbc

Merman (Novel) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang