[04. Manipulation = Manipulasi]
■■
■■
Gedung bertingkat sudah tampak di depan mata. Sangat sepi. Itulah suasana yang dapat digambarkan saat ini. Bagaimana tidak? Tengah malam pasti begitu sepi, hanya ada petugas keamanan yang berjaga, dan mungkin kamera CCTV. Itu bukan masalah besar, semua bisa diatasi dengan mudah baginya. Sekali lagi, ia menatap ke arah gedung itu.
"Semua sudah selesai. Ayo pergi, Nana!"
Nana segera menoleh ke arah El, melihat ke arah laptop yang menyala. Ia tersenyum miring. "Bon travail, El."
(Kerja bagus, El)Mendengar itu El mengangguk dan tersenyum tipis. Tangannya terulur mengambil 2 kacamata hitam di dashboard. "Jangan lupa."
Nana terkekeh dan segera memakai kacamata itu. Mereka harus segera masuk ke dalam gedung sebelum ada yang curiga.
Berjalan mengendap-endap adalah cara terbaik. Walau sudah mengatasi masalah pertama di pintu gerbang, mereka harus tetap waspada. Siapa tahu ada jebakan di sekitar sini yang mungkin saja sudah disiapkan.
Nana menoleh pada El yang berada dua langkah di belakangnya, mengangguk pelan sembari mengetuk pelan pintu di samping kanannya.
Melihat itu El dengan cepat mengambil kunci di saku celana, mendekat ke arah Nana dan membuka perlahan pintunya.
"Siapa di sana?"
Suara itu berhasil mengejutkan mereka berdua. Dengan cepat Nana membungkam mulut El dan menariknya bersembunyi di balik tembok sebelah pintu tadi.
"Sstt, jangan bersuara. Mereka tidak akan tahu tempat kita, percaya padaku," bisik Nana. Ia menatap tepat pada manik bergetar di depannya.
El hanya diam, tak membalas ucapan Nana. Ia berusaha mengontrol tubuhnya agar tak bereaksi berlebihan. Terus mensugesti dirinya untuk tenang dan percaya dengan Nana.
Nana mengintip ke arah dua orang yang tadi menegur aksinya, mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian mereka. Pandangannya mengedar hingga tertuju pada sebuah pigura di atas kepala El. Ia menatap El dan meminta bantuannya.
"El, mereka tidak akan kemari. Sekarang tolong bantu aku. Kau ambil pigura di atasmu dan lemparkan ke arah sana, bisa?"
El melihat arah yang ditunjuk Nana dan mengangguk setuju. Ia mengambil pigura itu dengan tangan sedikit gemetar, menguatkan pegangan tangannya dan melempar dengan kuat ke arah tadi.
"Di sana!" tunjuk salah satu dari mereka saat mendengar bunyi pecahan. Dua orang itu bergegas pergi dan segera menangkap penyusup itu.
Selepas mereka pergi, Nana mengalihkan pandangannya pada El. Sedikit khawatir dengan respon tubuh El. Apa kejadian itu masih membekas di ingatannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAVEL
Teen FictionIni tentang dua remaja untuk mendapat akhir bahagia. Sebuah perjuangan di atas lika-liku hidup dan kejamnya takdir yang saling bersanding. "Aku tak ingin kehilangan kenangan yang dulu tercipta di antara kita." (Aga) "Entah bagian mana yang sebenarny...