[06. Révélé = Terbongkar]
■ ■
■ ■
Dua hari Aga selalu diselimuti ketakukan akan ancaman Doni, ayahnya. Rentetan hal yang mungkin akan dilakukan ayahnya berputar bagai kaset rusak di kepalanya, membuat ia tak bisa konsentrasi dalam melakukan kegiatan hariannya. Ia menatap ke depan, melihat indahnya warna biru yang menghiasi nabastala siang ini. Semilir angin pun turut andil, helai rambutnya berkibar selaras menambah pesona paras ayunya.
Tak lama kedua netranya menyipit, memfokuskan pada objek yang berhasil mencuri atensinya. Kekehan kecil muncul dari bibir mungilnya.
"Aga!"
Suara panggilan itu terdengar jelas meski dari jarak yang jauh. Ia mengangguk guna merespon. Tangannya ia angkat tinggi-tinggi untuk melambai pada objek di depannya, lalu menggerakkan bibirnya.
Ia kembali terkekeh saat objek yang mencuri perhatiannya itu berlari kecil menuju tempatnya berdiam diri sedari tadi.
Aga tersenyum lembut. "Kenapa?"
"Aga ngapain di sini? Pasti dari tadi 'kan?"
"Iya, memang kenapa?"
"Avel kira Aga nggak masuk lagi hari ini, nggak ada ngabarin juga."
"Maaf." Hanya itu yang bisa Aga ucapkan. Suasana hatinya masih belum stabil, tak ingin orang di sekitarnya terkena imbas.
Tak puas dengan jawaban yang diberikan, ia jatuhkan badannya tepat di depan Aga yang sedang bersandar di pohon. Aga memekik saat dahinya berdenyut nyeri.
"Apasih? Main sentil-sentil aja," kesalnya.
"Au ah."
"Ih, dasar ambekan," cibir Aga.
"Biarin."
Aga terkekeh, ia menusuk-nusuk pipi Avel yang berisi. "Waktu Aga nggak masuk, Avel deket sama siapa aja?"
“Banyak. Emang siapa selama ini yang nggak mau deket sama Avel?”
“Heh!” Aga seketika memukul lengan Avel. “Dasar buaya.”
Avel tersenyum menanggapi ucapan Aga. Ia teringat sesuatu. “Aga ada lakuin sesuatu tanpa sepengetahuan Avel nggak?”
“Hm?”
“Aga masih berhubungan sama mereka?” tanya Avel lagi.
Aga menatap Avel tak suka. “Lupa sama perjanjian kita?”
“Ga, dunia mereka itu bahaya. Kenapa masih ngeyel aja sih?”
“Kita sudah pernah membahas ini. Jadi cukup,” tegas Aga. Ia mengalihkan pandangannya dari Avel, tak ingin melihat tatapan kecewa Avel padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAVEL
Teen FictionIni tentang dua remaja untuk mendapat akhir bahagia. Sebuah perjuangan di atas lika-liku hidup dan kejamnya takdir yang saling bersanding. "Aku tak ingin kehilangan kenangan yang dulu tercipta di antara kita." (Aga) "Entah bagian mana yang sebenarny...