05. Continuez

54 31 86
                                    

[05. Continuez = Berlanjut]

■ ■

■ ■

"Naik gih! Oh ya, ini namanya oyen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Naik gih! Oh ya, ini namanya oyen. Nanti kalau mau naik, kenalan dulu sama oyen. Biar jinak."

Aga yang mendengar itu hanya bergumam, sudah hafal dengan tabiat Avel. Sedetik kemudian ia tendang roda motor belakang Avel, membuat sang empu memekik.

"Heh!"

Avel menatap horor roda yang baru saja ditendang Aga. "Jangan digituin, nangis nanti. Masih baru juga ini."

"Nye-nye-nye," ledek Aga.

"Malah diledekin, awas aja nanti. 'Kan kasihan si oyen."

Aga terkikik mendengar gerutuan Avel yang tak jelas lalu menepuk pundaknya dengan sedikit keras. "Jalan, Mas."

"Sabar, Neng. Masih dinyalain."

***

Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di sekolah, baik Avel ataupun Aga langsung pergi ke kelas masing-masing. Saat Aga tengah berjalan di koridor kelas, ada suara yang mamanggil namanya disusul dengan derap langkah kaki.

"Ga, tungguin!" Seketika ia menoleh, menatap curiga pada teman sebangkunya.

"Habis dari mana, Zi?"

Bukannya menjawab, Zia malah senyum-senyum sendiri. Ia menunjuk lantai atas, tepat pada deretan cowok berseragam putih yang sedang melakukan foto. "Biasa, cuci mata."

"Ingat, lo ada Vano. Kurang dia?"

"No, cukup kok. Tapi bolehlah kalau nambah, buat cadangan," kekehnya.

"Iya, terserah." Aga hanya geleng kepala menanggapi Zia, sudah biasa dia seperti itu.

"Eh iya, nanti pulang sekolah lihat latihan tim basket yuk, bisa 'kan?"

Orang di sebelahnya tak langsung menjawab, ia mengeluarkan buku dan alat tulisnya. Membuka bab baru yang nantinya akan dibahas oleh guru pelajaran biologi, ia juga mengeluarkan buku kecil berisi catatan pentingnya.

Baru setelah iu ia beralih pada Zia yang sedang menunggu responnya. "Gue nggak bisa, Zi. Ada perlu sama ayah di kantor."

"Udah bilang Avel? Atau mau gue bilangin aja ke dia?"

"Belum. Nanti gue bilang sendiri aja."

Obrolan mereka terpotong sebab bel masuk berbunyi dan tak lama setelahnya pelajaran dimulai.

Semua berjalan seperti biasa hingga bel pulang sekolah. Aga yang sedang membereskan buku-bukunya terperanjat saat Zia dengan keras memukul meja. Ia menatap tajam Zia.

AGAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang