11. Merindukannya 2

783 162 5
                                    

Sudah dua hari berlalu semenjak perpisahannya dengan pria yang sudah mengenalkan rasa dari suatu hubungan yang selama ini tidak diketahuinya, Naya masih mengingat hari dimana ia mengantarkan kepergian pria itu sampai di muka pintu. Meski hubungan mereka tidak melewati batas yang hampir saja terlewati andai pria itu tidak dengan sekuat tenaga menahan diri, Naya merasa bahwa hati dan seluruh dirinya sudah menjadi milik pria yang berjanji akan meluangkan waktu untuk menemuinya.

Namun janji yang diharap-harapkan tersebut sampai saat ini belum juga terlaksana karena orang yang membuat janji belum juga menampakan batang hidungnya.

Kecewa sekaligus sedih sudah pasti Naya rasakan. Bahkan ada bisikan dalam hatinya yang mengatakan jika pria itu tidak mungkin serius pada gadis miskin yang tidak berpendidikan tinggi seperti dirinya. Tapi Naya berusaha melawan bisikan tak mengenakan tersebut dengan mencoba mengingat lagi setiap tatapan juga perkataan pria itu yang tidak seperti sedang memperdayainya.

Naya akui jika dirinya memanglah tidak berpendidikan tinggi dan juga tidak memiliki harta yang bisa dipamerkan kepada siapapun. Namun bukan berarti mata hati serta pikirannya begitu buta sampai ia tidak bisa melihat kesungguhan yang terpampang jelas dari sorot mata juga tutur kata pria yang sudah ditolongnya itu. Ada rahasia yang memang berusaha disembunyikan darinya, hal itu juga bisa Naya lihat melalui sikapnya. Tapi, selain dari itu, Naya bisa merasakan jika pria itu tidak sedang membohonginya.

Dengan keyakinan yang kembali sepenuhnya ia dapatkan, Naya yang baru saja akan pergi bekerja terpaksa harus mengurungkan niatnya tersebut. Karena, begitu ia berbalik setelah mengunci pintu rumahnya, di depannya telah berdiri seorang pria yang tampak sangat asing di matanya.

Selain penampilan pria itu yang terlihat tidak seperti seseorang yang berpenghasilan kecil, senyum ramah di bibir pria itu membuat Naya merasa tidak sopan jika tidak membalas senyumannya. Karenanya, setelah mengulas sebuah senyuman demi kesopanan, Naya terdiam sambil menunggu pria di hadapannya itu memulai pembicaraan.

"Maaf sebelumnya jika kedatangan saya sudah membuat ketenangan anda terganggu. Tapi, saya datang ke sini khusus untuk menyampaikan pesan dari Dewa untuk anda."

Begitu satu nama yang selama dua hari terakhir ini sudah menyita seluruh pikirannya, Naya merasa hatinya membuncah oleh rasa bahagia. Bahkan tanpa berpikir lagi ia segera membuka kembali pintu rumahnya dan mengundang pria yang belum diketahui namanya itu untuk masuk.

Gegabah memang jika mengundang orang yang sama sekali tidak dikenal untuk masuk begitu saja ke dalam rumahnya. Namun Naya sendiri tidak lagi bisa berpikir jernih saat nama pria yang ingin sekali ia ketahui kabarnya itu disebut oleh sang tamu yang kini telah duduk di seberang meja di hadapannya.

"Anda tidak merasa takut mengundang saya masuk begitu saja? Kalau saya ini berniat jahat, yang rugi sudah pasti anda sendiri nantinya."

"Saya akui kalau saya memang sedikit gegabah tadi. Tapi sekarang, setelah saya pikirkan lagi, satu-satunya orang yang mengetahui mengenai saya dan dimana saya tinggal, ya cuma om Dewa sendirilah orangnya. Jadi, walaupun masih ragu akan niat anda datang ke sini, saya masih tetap ingin mendengar alasan anda menemui saya." timpal Naya tenang.

Tampak jelas jika sang tamu merasa kagum akan sifat gadis yang sudah membuat atasannya merindu dan tidak bisa berkonsentrasi penuh kepada pekerjaannya itu. Dan demi tak membuat gadis spesial dalam hidup atasannya itu memupuk curiga padanya, ia pun segera memperkenalkan diri. "Nama saya Saka Prayuda. Bisa dibilang saya ini adalah asistennya bos Dewa."

Naya mengangguk-angguk mengerti. Ia juga mengetahui jika dari nada suara pria yang mengenalkan dirinya dengan nama Saka itu tidak sedang berbohong padanya. Pikirannya yang tidak lagi menyimpan keraguan membuatnya akhirnya bisa dengan bebas menanyakan, "Bagaimana kabarnya om Dewa sekarang? Dia janji mau nyempatin waktu untuk ke sini, tapi dia belum juga memenuhi janjinya itu."

Di bawah Rinai Asmara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang