10. Merindukannya 1

805 177 5
                                    

Sudah lebih dari 15 menit lamanya Dewa duduk dengan pikiran tidak fokus di kursi kebesaran yang selama hampir sepuluh tahun terakhir menjadi tempat dimana ia mengambil keputusan serta memberikan hukuman bagi yang melanggar peraturan yang telah ditetapkannya.

Pikiran Dewa yang terbagi dengan memikirkan sesosok gadis yang tadi pagi mengantar kepergiannya di depan pintu tampak sekuat mungkin menahan tangisnya itu serta pekerjaannya yang harus dicari ialan penyelesaiannya membuatnya tidak terlalu mendengar dengan jelas mengenai apa saja yang Saka katakan. Ia yang selama ini biasanya bisa memisahkan antara masalah pribadi dan juga pekerjaan, kini malah tak bisa sedikitpun berkonsentrasi akan pekerjaan yang sedang menunggu keputusan darinya.

Hingga setelah menghela napas panjang untuk terakhir kalinya, Dewa memutuskan untuk mengesampingkan dulu apapun yang saat ini mengganggu pikirannya. Ia tidak boleh membuat musuh-musuhnya tahu mengenai titik kelemahan yang saat ini ia miliki. Kalau sampai itu terjadi, maka keselamatan Naya akan menjadi taruhannya.

Dengan hanya memikirkan Naya yang mungkin saja celaka jika ia tidak hati-hati dalam bertindak membuat Dewa seketika diliputi rasa khawatir. Dan karena rasa khawatir itu pula, Dewa segera mengalihkan pandangannya ke arah Saka yang berdiri di sisi kanannya. "Hal yang aku minta kamu lakukan waktu itu, apakah sudah kamu lakukan dengan baik?" tanyanya cepat.

"Aku sudah mengutus Dafa untuk melakukan tugas itu." Saka yang mempunyai segudang kesabaran untuk sang atasan yang dari tadi tidak bisa fokus dengan laporan yang diberikannya itu segera memberikan jawaban yang diinginkan oleh pria yang tampak sangat berkuasa saat duduk di kursi kebesarannya itu.

"Kamu yakin kalau dia benar-benar bisa dipercaya?" tanya Dewa lagi meminta kepastian.

"Dafa itu adalah orang yang bos bantu saat ibunya membutuhkan biaya operasi. Karena itu pula, setelah ibunya keluar dari rumah sakit, dia datang ke sini dan mengucapkan sumpah atas nama ibunya kalau dia akan setia kepada anda. Jadi, untuk orang seperti dia, jika sudah melibatkan ibunya ke dalam sumpah yang diberikan, dia nggak akan mungkin melanggar sumpahnya itu."

"Aku masih ingat tentang hal itu. Tapi tetap saja aku masih belum tenang sebelum memastikan tugas yang aku berikan itu bisa berjalan dengan baik dan tanpa diketahui siapapun juga."

"Kalau aku sendiri memiliki keyakinan jika Dafa bisa benar-benar menjadi orang yang bos andalkan untuk tugas yang satu itu."

"Lalu, kemampuan bela dirinya, apakah bisa diandalkan?" lagi Dewa ingin memastikan jika tugas darinya diberikan kepada orang yang tepat.

"Untuk yang satu itu, bos Dewa nggak usah khawatir. Kemampuan bela dirinya sangat bisa diandalkan."

Dewa mengangguk-angguk kecil atas jawaban pasti yang Saka berikan padanya. Jika tangan kanannya sudah seyakin itu kepada orang yang telah dipilih untuk menjalankan tugas khusus darinya, maka Dewa juga akan mempercayai penilaiannya. Selaian Saka adalah orang yang paling ia percaya, tangan kanannya itu juga memiliki insting yang cukup kuat. Selama ini belum pernah sekalipun Saka salah menilai sesuatu ataupun sifat seseorang.

Dengan adanya keyakinan dari Saka jika apa yang dimintanya sudah dijalankan dengan baik, Dewa bisa merasa sedikit lega. Namun rasa leganya tersebut tak berlangsung lama saat pendengarannya yang tajam mendengar suara langkah kaki yang berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya.

Helaan napas Dewa kembali terasa berat begitu ia bisa menerka siapakah orangnya yang saat ini dengan seenaknya masuk ke dalam ruang kerjanya. Dengan satu lirikan kepada Saka yang mengangguk dan segera berdiri tegap di sisinya, Dewa segera mendongakan kepala demi untuk melihat sang tamu yang tak diharapkan yang kini bibirnya tersenyum lebar saat melangkah lebar ke arahnya.

Di bawah Rinai Asmara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang