26. Tak Sesuai Rencana

451 136 10
                                    

Ruangan dimana beberapa menit yang lalu masih tampak rapi tersebut kini terlihat berantakan. Beberapa vas bunga yang pecah serta bingkai foto yang tak lagi berbentuk tergeletak di atas lantai. Tak lupa berkas-berkas yang semula tertata rapi di atas meja kini berhamburan entah kemana.

Sementara si pembuat kegaduhan tersebut berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi di wajahnya yang menunjukkan kemarahan. Sedangkan tatapan tajam sosok itu mengarah tepat ke arah seorang pria yang berlutut di hadapannya dengan wajahnya yang lebam di beberapa bagian. Baik si pembuat gaduh serta yang baru saja menerima amukan sama-sama terdiam. Jika si pria yang berdiri tegak tersebut sedang berusaha mendinginkan kepalanya yang panas karena baru saja menerima kabar yang tak sesuai dengan yang diharapkan, maka pria yang berlutut itu diam-diam menyelipkan doa dalam hati agar atasannya tidak lagi memberikan pukulan kepadanya.

Sementara itu, pria yang merupakan tangan kanan dari sosok yang baru saja melampiaskan kemarahannya itu hanya bisa menghela napas melihat situasi yang sedang dihadapinya saat ini. Baginya yang sudah biasa melihat sang atasan bersikap di luar kendali, apa yang baru saja dilihatnya sudah merupakan hal biasa untuknya. Hanya saja, mungkin kali ini mempunyai sedikit perbedaan, dimana kali ini sumber kemarahan atasannya itu disebabkan oleh seorang gadis yang entah mengapa membuat pria penakluk wanita di hadapannya terobsesi padanya.

Mungkin inilah yang dinamakan karma, dimana sang atasan yang biasanya mudah bosan dengan wanita yang mampir ke dalam hidupnya sehingga tak segan untuk membuangnya di kala tak lagi merasa tertarik. Selaku tangan kanan sekaligus satu-satunya orang yang tidak pernah menerima amukan dari atasannya, pria itu tentu saja tidak ingin mencampuri kehidupan pribadi pria yang memiliki jasa besar dalam hidupnya itu.

Namun kali ini, di saat sang surya sudah mulai bertahta kokoh di langit sana, sebagai orang yang sudah terbiasa menangani masalah sang atasan, pria itu akhirnya berinisitif untuk mengingatkan, "Bos, sebentar lagi kedua orang tua anda akan sampai di rumah. Akan jadi masalah kalau mereka melihat ruangan kerja anda seberantakan ini serta wajah bawahan anda yang tidak sedap dipandang seperti itu."

Begitu diingatkan akan kedua orang tuanya yang akan kembali dari luar kota serta sudah menghubunginya kalau mereka akan sampai di rumah sebelum pukul 9 pagi, pria itu segera memerintahkan pria yang telah gagal menjalankan perintah darinya itu untuk segera angkat kaki dari hadapannya.

Dengan emosinya yang masih belum sepenuhnya hilang, pria itu kemudian mendudukan dirinya di sofa tunggal yang posisinya telah bergeser akibat tendangan darinya. Tatapannya yang semula dipenuhi kemarahan kini berganti kekecewaan saat ia mengarahkan pandangannya ke pria yang entah sejak kapan telah berdiri di hadapannya.

Seumur hidupnya atau lebih tepatnya setelah ia mengenal yang namanya kelembutan dari seorang wanita, baru kali inilah ia dibuat tak berkutik saat berhadapan dengan seorang gadis muda yang telah berulang kali menolak kehadirannya. Tak peduli seperti apapun bentuk pendekatan yang ia lakukan, gadis yang telah membuatnya tertarik itu tetap menggubrisnya. Hingga membuat ia kehabisan akal dan akhirnya memerintahkan beberapa bawahannya untuk menculik gadis yang telah melukai harga dirinya karena penolakannya itu.

Rencana awalnya jika gadis itu telah berada di bawah kuasanya, ia akan membuat sosok yang terus menolaknya itu tak berdaya dan bersedia menerimanya. Bahkan jika perlu, pria itu juga tak segan akan melakukan pemaksaan demi membuat gadis itu tunduk padanya.

Akan tetapi, biar sematang apapun rencana yang telah disusun, pada kenyataannya pria itu harus kembali merasakan yang namanya kegagalan. Tidak hanya gagal mendapatkan gadis itu, ia juga tidak mengetahui keberadaan beberapa bawahannya saat ini. Sungguh, situasi yang ada saat ini benar-benar membuat kepalanya serasa ingin pecah. Sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah memejamkan mata seraya memutar otak demi mencari tahu mengapa lagi-lagi usahanya tak berjalan sesuai rencana.

"Apa yang akan bos lakukan selanjutnya? Juga, mengenai beberapa orang kita yang saat ini tidak diketahui keberadaannya, menurut bos, siapakah orangnya yang sudah menyekap mereka?"

Begitu menerima pertanyaan dari tangan kanannya, pria itu kembali membuka mata dan langsung mengarahkan pandangan kepada pria yang sudah cukup lama menjadi bawahannya. "Sebelum kita mencari tau soal itu, aku lebih dulu ingin mendengar pendapat kamu. Menurutmu, siapakah orang yang sudah menggagalkan rencanaku untuk mendapatkan gadis itu? Bukankah orang-orang yang kita kirim mempunyai kemampuan bela diri yang terbilang cukup mahir, lalu mengapa mereka malah kalah saat hanya berhadapan dengan satu orang saja?"

"Menurut laporan yang diberikan tadi, orang yang menolong gadis itu ilmu bela dirinya jauh di atas mereka. Dan kalau boleh saya katakan, orang-orang yang bekerja pada saudara sepupu anda, kemampuan bela diri mereka di atas rata-rata. Yang lebih mengejutkannya lagi, saya harus mengakui, meski Saka selalu keliatan santai dan pembawaannya seperti orang yang mudah dipukul, tapi sesungguhnya kemampuan bela diri saya masih kalah darinya. Jadi, mungkin saja hal ini ada hubungannya dengan mereka."

"Yang kamu bilang itu mungkin saja benar. Yang jadi pertanyaan, memangnya alasannya sampai lelaki sok suci itu bisa terlibat dalam masalahku kali ini?"

"Saya juga tidak tau alasan mengapa dia bisa terlibat." jawab sang tangan kanan sambil mengedikan sedikit bahunya. Lalu, setelah beberapa detik terdiam, ia pun kembali bersuara dengan mengatakan, "Menurut laporan dari orang yang diberi tugas untuk menyelidiki gadis itu, memang benar kalau ada seseorang lelaki yang kerap mendatangi rumahnya di waktu yang bisa dibilang tidak lazim. Lalu, apakah menurut bos, apakah mungkin kalau kekasih gadis itu adalah kakak sepupu anda sendiri?"

"Nggak mungkin." cepat pria yang masih duduk di atas sofa itu menyangkal. Bahkan tanpa harus menunggu lama ia kembali berucap, "Dengan para wanita yang penampilannya sempurna saja dia nggak pernah menunjukkan ketertarikan. Jadi nggak mungkin gadis yang tinggal di pinggiran kota dan keliatan nggak pernah mengenakan riasan di mukannya itu bisa menarik perhatian lelaki kaku seperti dia."

"Sepertinya bos terlalu menganggap remeh suatu masalah." ujar sang tangan kanan dengan ekspresi serius. "Kalau boleh saya memberikan saran, janganlah hanya menilai seseorang berdasarkan tampilan luarnya saja. Biasanya lelaki dingin serta selalu bersikap kaku malah bisa dengan mudah ditaklukan oleh gadis seperti yang diincar oleh anda." tambahnya lagi dengan alasan yang sulit untuk dibantah.

Apa yang baru saja dikatakan oleh tangan kanannya tersebut membuat sang atasan langsung terdiam. Benaknya kembali mencoba menelaah mengenai seberapa besar kemungkinan apa yang diucapkan orang kepercayaannya itu bisa benar-benar menjadi kenyataan?

Apakah bisa pria seperti kakak sepupunya memiliki ketertarikan kepada gadis yang bahkan tampilannya tidak bisa menandingi para wanita yang selama ini mencoba mendekatinya? Kalau memang iya, bagaimana bisa kedua orang itu bisa bertemu dan terikat dalam suatu hubungan?

Demi membuat pikirannya tak lagi dihantui dengan pertanyaan-pertanyaan yang malah membuatnya pusing memikirkannya, pria itu kemudian memberikan perintah kepada sang tangan kanan. "Coba kamu cari tau dimana keberadaan gadis itu sekarang? Juga, selidiki apakah yang kamu katakan itu benar adanya atau hanya hasil dari pemikiranmu saja."

Begitu sang tangan kanan menyanggupi perintah yang diberikan dan segera pamit dari hadapannya, pria itu kembali memejamkan mata seraya menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pikirannya yang menumpuk dengan banyaknya masalah yang harus dihadapi membuat ia tak menyadari suara langkah kaki yang perlahan masuk ke dalam ruang kerjanya.

Barulah setelah sebuah kalimat yang diucapkan dengan nada penuh penasaran tersebut merasuk ke indra pendengarannya, pria itu kontan langsung membuka mata dan menatap tanpa daya kedua sosok yang berdiri tepat di hadapannya.

"Kenapa ruang kerja kamu bisa berantakan begini?"

Kini, pria itu tidak lagi bisa memikirkan masalah lain selain mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan oleh ibunya yang berdiri berdampingan dengan sang ayah yang juga menatapnya penuh tanya. Siapa yang mengira, jika dirinya yang terkenal kejam malah bisa tak berdaya jika dihadapkan dengan kedua sosok yang merupakan pelita dalam hidupnya.

                                                                                  
🐑🐑🐑

                                                                                  

                                                                                  

🐑🐑🐑
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-12-10-2022

Di bawah Rinai Asmara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang