17. Kesepakatan

560 147 11
                                    

Ruangan yang cukup luas tersebut terlihat terang benderang dikarenakan lampu utama yang menyala. Terangnya lampu yang menyinari rupanya tak membuat kedua sosok yang duduk dengan menyandarkan punggung di kepala ranjang merasa terganggu ataupun risih mempertontonkan tubuh mereka yang tak tertutupi sehelai benang pun.

Malahan kedua sosok tersebut tersenyum puas setelah sama-sama mencapai puncak kepuasaan. Tidak hanya senyum yang menghiasi bibir, keringat yang menyelubungi tubuh mereka seolah menggambarkan betapa puasnya percintaan yang baru saja mereka lakoni.

Jika si pria memilih memejamkan mata sambil mengatur napasnya yang masih memburu, maka sang wanita yaitu Nataria memilih mengelus dada pria yang sudah sedikit mengurangi rasa kecewa juga terhina yang ia rasa.

Selama menjalin hubungan dengan pria yang berada di sampingnya itu, tidak pernah sekalipun Nataria merasa kecewa akan cumbuan serta pemujaan yang diberikan padanya. Malah yang ada, Nataria akan selalu mencarinya di kala putus asa mulai menderanya. Entah apakah ia sudah ketergantungan dengan pria itu ataukah hanya sebagai pengalihan karena Nataria belum bisa mendapatkan pria yang sudah lama dipujanya, yang pasti untuk saat ini hanya pria inilah yang bisa memuaskan hasratnya.

Selama ini bukannya Nataria tuli sehingga tidak mendengar apa saja ucapan orang-orang yang mengenalnya mengenai dirinya. Sebutan jalang serta tidak tahu malu atau bahkan pela**r yang terarah padanya juga sampai ke telinganya. Namun apapun perkataan orang padanya, Nataria tidak pernah ingin mempedulikannya. Untuk orang yang sudah lama berkubang di dalam lumpur seperti dirinya, apapun tak lagi ia pedulikan selain memikirkan untuk menyenangkan dirinya sendiri.

Untuk itulah, meski hubungan antara dirinya dengan pria di sampingnya itu dirahasiakan, Nataria juga tidak berkeberatan. Selama mereka sama-sama merasa terpuaskan, maka Nataria rela untuk mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah yang ditinggali oleh pria yang kini telah membuka matanya itu.

"Kamu benar-benar nekat, Nat. Datang ke sini dalam keadaan seperti itu. Kalau sampai mama dan papa ngeliat keadaan kamu saat itu, maka aku nggak akan mungkin bisa membela kamu."

Atas apa yang baru saja didengarnya, respon Nataria hanyalah mengedikan bahunya santai. Sambil menaikan kakinya di atas pangkuan pria yang langsung mengelus pahanya itu, ia berkata, "Habisnya aku nggak bisa langsung pulang ke rumah dalam keadaan emosi nggak stabil begitu. Lagi pula, hanya setelah mendapatkan hentakan keras darimu barulah aku bisa meredakan emosi juga bisa mikirin seperti apa langkah yang akan aku ambil selanjutnya."

"Jadi, kamu emosi dengan kakak angkatmu dan akhirnya ngejadiin aku sebagai pelampiasan, begitukah maksudmu?"

Meski pertanyaan tersebut seolah menggambarkan adanya rasa tersinggung, tapi Nataria yang sudah sangat lama mengenal pria di sampingnya itu mengetahui jika pria itu baik-baik saja. Sehingga tanpa merasa bersalah ia mengatakan, "Jujur saja salah satu alasannya memang itu. Tapi, aku juga tahu bagaimana perasaan kamu yang sebenarnya kepadaku. Selain menganggapku sebagai tempat pelampiasan nafsumu, kamu juga secara nggak langsung menjadikan aku sebagai mata-mata untuk memantau segala kegiatannya mas Dewa. Jadi, ayolah, sebaiknya kita jujur tanpa harus memasang topeng diantara kita."

Pria yang kini tangannya telah menggoda bagian dada yang membusung milik wanita yang sudah nekat menemuinya di kala orang tuanya baru saja masuk ke kamar mereka itu terkekeh ringan. Tidak ia sangka jika wanita yang dikiranya hanya memikirkan mencari kepuasan untuk dirinya sendiri tersebut ternyata bisa menebak jalan pikirannya.

Semula pria itu berpikir jika Nataria hanya akan berakhir seperti para wanita yang selama ini pernah menjadi penghangat ranjangnya, tetapi rupanya wanita yang satu ini sedikit berbeda.

Akan tetapi, selain kagum akan pemikiran Nataria yang bisa menebak jalan pikirannya serta betapa hebatnya wanita itu dalam melayani performanya di atas ranjang, pria itu tidak merasakan yang lainnya. Jangankan masalah cinta, ingin menjadikan Nataria sebagai kekasihnya saja ia tak pernah memikirkannya.

Katakanlah jika ia brengsek ataupun label buruk lainnya. Namun, sebrengsek apapun dirinya, ia tetap akan memilih seorang wanita baik-baik untuk dijadikannya sebagai pendamping. Akan tetapi, sebelum ia bisa menemukan sosok tersebut, maka tidak ada salahnya untuk tetap mempertahankan Nataria di sampingnya. Karenanya ia pun berucap, "Kalau begitu, sekarang aku semakin ngerti sebenarnya kamu itu tergila-gila dengan kakak angkatmu sendiri. Bahkan saking tergila-gilanya, kamu sampai nggak malu bertelanjang bulat di hadapannya yang nggak sedikitpun tergugah melihat tubuhmu. Sungguh, Nat, aku benar-benar kagum dengan kakak angkatmu itu. Entah keteguhan hatinya benar-benar kuat atau memang dia nggak berselera dengan makhluk berjenis kelamin perempuan, yang pasti dia patut diberi acungan jempol."

Kontan saja apa yang diucapkan oleh pria yang tangannya kini sedang menggoda gundukan di dadanya itu. Dengan ekspresi tak marag ia pun menyampaikan tujuan lainnya sampai harus mengendap-endap untuk menemui kekasih rahasianya itu. "Dengan alasan sikap kasar mas Dewa yang sudah nolak aku itulah makanya aku nekat nemuin kamu malam ini. Selain ingin mendapat cumbuan darimu, aku juga ingin mengadakan kerja sama denganmu."

"Kerja sama gimana maksudmu?" tanya pria itu dengan tatapan tertarik.

"Karena mas Dewa dengan tegas nolak aku, maka daripada dia dimiliki perempuan lain, aku lebih suka ngeliat dia hancur sehancurnya. Bukankah kamu juga sudah lama memikirkan cara untuk menghabisinya?"

Merasa tidak perlu lagi ada yang ditutupi, pria itu mengatakan dengan jujur mengenai niat yang ada di hatinya. "Aku memang bertujuan melenyapkan dia untuk selamanya dari muka bumi ini. Selain kesal dengan sikap dia yang sok bersih itu, aku juga ingin menguasai semua yang dia miliki. Tapi sayangnya, nyawa dia sangat banyak, sehingga segala usahaku nggak pernah berhasil dibuatnya."

"Maka, kamu harus setuju dengan penawaranku. Kamu menginginkan kekuasaannya sedangkan aku nggak rela melihat dia dimiliki perempuan lain."

"Kamu nggak punya keinginan lain selain itu?" si pria bertanya dengan nada tak percaya.

"Tentu saja bukan cuma itu yang aku mau." Nataria menjawab sambil menaikkan tubuhnya di atas pangkuan pria yang sudah memindahkan kedua tangannya di pinggulnya itu. "Kamu boleh mengambil alih kekuasaan yang dia miliki, tapi berikan aku setengah dari harta warisan yang ditinggal oleh papa."

Kembali pria itu terkekeh usai mendengar perkataan Nataria yang sudah bisa diterkanya. Dimana-mana, wanita seperti Nataria akan lebih mementingkan harta di akhir ketimbang perasaan. Seandainya diharuskan memilih, maka pria itu yakin seratus persen kalau Nataria akan memilih harta daripada cinta.

Karena itu, tanpa harus dipikirkan lebih jauh lagi, pria itu segera menyetujui persyaratan yang Nataria berikan. Selama ia mengambil alih kekuasaan yang Dewa miliki, entah itu harta ataupun pelayan seks tanpa henti, pria itu tak berkeberatan memberikannya.

Dan untuk saat ini, dikarenakan kamarnya memiliki peredam suara, maka pria itu tidak akan mungkin mengabaikan wanita tanpa busana yang kini telah duduk mengangkanginya.

Tidak merasa perlu melakukan pemanasan terlebih dulu, pria itu segera menghentak masuk dalam satu gerakan ke dalam lembah yang entah sudah berapa kali ia masuki itu. Begitu erangan nikmat wanita yang duduk di atasnya itu terdengar, pria itu pun tak merasa perlu untuk menahan diri. Dengan kesedian Nataria berkerja sama dengannya, saat ini pria itu merasa jauh lebih lega. Kini, selain ingin mencapai kepuasan, pria itu tak merasa perlu lagi bersusah payah untuk memikirkan cara guna menyingkirkan orang yang sudah mengambil apa yang lebih pantas menjadi miliknya.

                                                                                  
🐑🐑🐑

                                                                                  

                                                                                  

🐑🐑🐑
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-23-09-2022

Di bawah Rinai Asmara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang