[14]Kabar Bahagia?

3.6K 298 20
                                    

Assalamu'alaikum

Tinggalkan jejak kalian dengan vote and komen, biar aku tambah semangat buat up ini cerita.

Tinggalkan jejak kalian dengan vote and komen, biar aku tambah semangat buat up ini cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arcelio terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul 03.50 Arcelio bangun dari ranjang kemudian dia ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Arcelio melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, dia melihat Ayahnya yang menunggunya di ruang tengah lantas Arcelio pun menghampiri Ayahnya.

"Ayo Yah berangkat!"

"Ayo!" Mereka berdua pun berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat Subuh.

Setelah Arcelio pulang dari masjid, dia ke kamar mandi untuk memulai ritual mandinya. Setelah semua sudah siap, Arcelio turun ke bawah untuk sarapan.

Arcelio mendudukkan dirinya di kursi meja makan, dia melihat Ayahnya yang sedang mengelus-elus perut Bundanya, Arcelio pun terheran akan hal itu.

"Ayah ngapain sih?"

"Ayah sedang menyapa calon adik kamu."

"Maksudnya?" Arcelio mengangkat satu alisnya, dia binggung ucapan Ayahnya.

"Bunda saja yang jelasin!"

"Jadi gini, Bunda sekarang sedang hamil." Ucap Bunda Fatihah dengan lembut sambil mengelus perutnya. Bunda Fatihah tersadar akan omongan suaminya kemarin tentang datang bulan. Bunda Fatihah berpikir kalau dia sudah 2 bulan ini belum datang bulan sama sekali, lagi pula akhirnya ini Bunda Fatihah juga mengalami gejala-gejala orang hamil. jadi Bunda Fatihah mengecek dengan testpack dan hasilnya positif.

"WHAT?" Arcelio berdiri dari tempat duduknya.

"He duduk kembali!" Arcelio pun kembali duduk setelah mendengar perintah Ayahnya.

"Bun, Yah. Arcelio sudah besar kenapa Ayah baru kasih Arcelio adik."

"Jadi Arcelio menolak Bunda hamil lagi gitu?" Mata Bunda Fatihah berkaca-kaca akibat perkataan Arcelio. Arcelio baru sadar kalau orang hamil itu sensitif dengan apapun, lantas dia menghampiri Bundanya lalu berjongkok di hadapan Bundanya dan memeluknya.

"Bun, bukan maksud Arcelio begitu. Arcelio terima kok Bunda hamil, tapi kenapa baru di kasih sekarang saat Arcelio sudah besar?" Arcelio menghapus air mata Bundanya yang mengalir di pipi Bunda Fatihah.

"Kan di kasihnya baru sekarang Arcelio." Ucap Ayah Affan. Arcelio menghela nafas panjang. Mau tidak mau Arcelio harus menerima janin yang ada di perut Bundanya.

"Yaudah jaga kesehatan Bunda! Jangan sampai adik Arcelio kenapa-napa!" Arcelio mengangkat sedikit khimar Bunda Fatihah lalu mengelus perut Bundanya dengan lembut. Arcelio kembali duduk di kursi depan Bunda Fatihah.

"Yaudah makan cepat!" Titah Bunda Fatihah. Mereka semua pun mengambil nasi goreng dan memakannya.

"Kok rasa nasi gorengnya beda."

ARCELIO (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang