1

566 36 5
                                    

Haiii...!!

Vote dulu yuk sebelum baca ☺️

Happy reading

🌸🌸🌸🌸🌸

Sore itu, langit  terlihat sangat kacau, sama seperti gadis cantik yang tengah memeluk erat tasnya saat suara gemuruh petir memekikkan telinganya. 

Song Jieun, gadis belia yang biasa dipanggil Jia itu tengah berusaha menghindari derasnya guyuran hujan di sore yang mencekam itu. Sesekali ia memejamkan kedua matanya guna menahan rasa takutnya pada kilatan petir yang seakan memperlihatkan kedahsyatannya. 

Di rasa hanya akan membuang-buang waktu, Jia mengambil ancang-ancang dan dengan sekuat tenaga dia berlari menerabas derasnya hujan. Jia tidak lagi peduli jika saja baju dan tubuhnya basah kuyup, yang terpenting baginya saat ini adalah dia bisa segera pulang dan bertemu dengan sang Ibu. Mengingat Ibunya yang tengah jatuh sakit dan tidak dapat banyak bergerak membuat gadis itu terlampau khawatir jika saja terjadi sesuatu dengan ibunya.

Hingga sampailah Jia di depan rumahnya. Dia melepas sepatunya yang basah dan meletakkannya secara sembarang di teras rumahnya. Di bukanya pintu kayu itu dengan terburu-buru karena dia tidak ingin membuat lantai rumahnya turut serta basah. Dia berlari kecil melempar tas ranselnya begitu saja di sofa ruang tamu lalu membuka pintu kamarnya berniat untuk mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu.

PRANG..!!

Terdengar suara benda jatuh dari arah dapur. Jia yang hendak mengambil handuk pun mengurungkan niatnya dan berlari ke sumber suara. Terlihat sang Ibu tengah bersimpuh di lantai berpegang kaki meja makan dan terlihat sedang menangis. Disampingnya berdiri sang Ayah yang melihat istrinya itu dengan wajah penuh amarah seperti orang tengah kesetanan.

"Eommaaaa!!" pekik Jia seraya berlari menghampiri sang Ibu dan turut bersimpuh lalu memeluknya. Jia menengadah, menatap penuh amarah mata sang Ayah. Lantas dia beranjak berdiri dengan emosinya tersulut begitu saja.

"Kenapa harus Eomma?! Apa salah Eomma?! Kenapa tak kau pukul saja aku?!" teriak Jia tepat di depan wajah sang Ayah. Emosinya sudah tidak terbendung lagi. Mengingat ayahnya selalu berbuat kasar kepada Ibunya, membuat Jia tidak tahan lagi dengan skap ayahnya itu. Karena hal itulah dia sangat membenci Ayahnya.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Jia. Hal itu membuat Jia menatap nanar kedua mata ayahnya, gadis itu mengeratkan gigi atas dan bawahnya guna menahan ledakan emosinya yang semakin menggebu.

"Jia..." lirih sang Ibu dari bawah sana. Suaranya terdengar parau dan sangat menyayat hati Jia. Wanita itu menarik-narik kaki Jia setelah tamparan keras mendarat di pipi sang putri.

Jia tidak menghiraukan sang Ibu, gadis itu berlari meninggalkan kedua orang tuanya dan pergi begitu saja. Hatinya hancur bersama dengan bekas tamparan yang membekas merah di pipi kirinya. Jia kembali menerjang hujan, berlari tanpa henti menuju ke sebuah tempat diaman ia terbiasa menyendiri.

Sampailah Jia di sebuah danau dengan gubuk kecil di salah satu tepiannya. Danau yang terbilang jauh dari rumahnya adalah tempat favorite Jia kala sedih atau kekacauan tengah menyelimuti hatinya. Jia menangis sesenggukan di gubuk kayu itu seorang diri. Meski hari mulai gelap, namun tidak sedikitpun membuatnya merasa takut. Cahaya lampu temaram yang menemaninya seakan turut merasakan keoedihan hatinya saat ini.

Jia tidak dapat menentukan, takdir seperti apa yang dia inginkan. Masa remaja yang seharusnya indah, harus ia terima dengan perasaan hancur seperti ini---setiap hari. Ayahnya yang bekerja di perusahaan tambang batubara membuatnya jarang sekali pulang. Jika ayahnya pulang, kehadirannya hanya menimbulkan keributan di rumah. Sikapnya yang kasar dan tempramen membuat pria itu selalu gelap mata memukul dan memaki istri beserta anaknya. Hal itu yang membuat Jia seperti hidup di dalam neraka. Terlebih beberapa bulan terakhir, sang ibu tengah sakit-sakitan. Menyempurnakan penderitaan hidup Jia yang seharusnya berjalan dengan indah seperti teman-teman sebayanya.

GIRL IN YOUR DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang