Hallo, aku update. Maaf lama ya, maaf juga kalau tambah ngaco dan gak sesuai ekspektasi 🙏
Hope you enjoy ❤️ jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰
Chimon menghempaskan badannya di atas kasur. Hari yang begitu melelahkan baginya, karena seharian Nanon terus membuntuti dan mencampuri urusannya
Sampai-sampai, ia tidak jadi untuk kabur dan pergi ke area balap. Padahal, itu adalah pertandingan yang ia tunggu-tunggu tapi, di hancurkan oleh si pria berdimpel yang mengajaknya ke perpustakaan kota."Papiii!" teriak Chimon kesal.
Selain ia kesal dengan Nanon, ia kesal dengan papii nya juga, karena Jumpol yang telah menyuruh Nanon untuk menjadi pembimbing Chimon.
Tidak ada jawaban dari siapa pun. Semuanya sedang fokus menonton serial yang sedang naik daun.
"Papi!" tegas Chimon berdiri menghalangi televisi.
Jumpol, Mild dan Mix terheran heran dengan kelakuan si bungsu.
Chimon merengek memeluk Mild. Chimon yang lama telah kembali. Yang selalu manja dan menciumi sang ibu. Karena satu tahun ini, Chimon yang itu sudah menghilang, di ganti dengan Chimon yang seperlunya.
"Mami, Papi sama Kakak jahat," adunya di pelukan sang ibu.
Yang di tuduh malah kebingungan.
Mild mengelus kepala si bungsu penuh dengan kasih sayang. "Papi sama Kakak kenapa memang?" tanya Mild.
Padahal, dari tadi Mix sama Jumpol mereka bersama Mild tidak melakukan apa-apa.
"Gara gara Papi sama Kakak nyuruh Nanon buat jadi pembimbing Chi, Chi gak bisa bebas," adunya dengan bibir di majukan.
Mereka langsung terkekeh tahu kalau itu yang akan di ucapkan Chimon.
"Sayang, Papi sama Kakak nyuruh Nanon karena kami percaya kalau Nanon bisa jadi pembimbing yang baik buat kamu. Secara, dia murid teladan di sekolah," jelas Jumpol agar Chimon tahu alasannya.
Chimon malah membuang muka pada Jumpol dan mengeratkan pelukannya pada sang ibu. Ia rindu bermanja seperti ini. Hanya saja egonya lebih besar satu tahun belakangan ini.
Sementara di perpustakaan kota, Nanon masih sibuk mencari referensi buku yang akan ia ajarkan ke Chimon besok. Meskipun ia tahu, Chimon akan sangat susah di ajak, mungkin pria itu akan melakukan aksi kabur.
Tadi saja Chimon selalu mengumpat dan memaki Nanon agar segera di bebaskan. Tapi, Nanon ya tetap Nanon.
Saat sedang mencari buku, tiba-tiba ia berpapasan dengan seseorang yang sangat tidak asing di matanya.
"Nanon!" sapaan gadis itu membuat Nanon terdiam sejenak dan membeku.
Tidak ada respon sama sekali dari Nanon. Sampai gadis itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Nanon.
"Nanon, hey. Kamu masih inget aku, kan?" tanya gadis itu lagi.
Nanon mengerjapkan matanya, lalu tersenyum melihat gadis itu.
"Hah iya, tentu, aku masih inget," jawab Nanon gelagapan.
"Kamu apa kabar? Seneng banget bisa ketemu di sini," ujar gadis itu.
View nama gadis itu. Gadis yang sudah menjadi incaran Nanon beberapa tahun ini. Gadis cantik dengan perawakan tinggi dan kurus itu sudah memikat hati Nanon dari awal ia masuk sekolah. Walau pun, sekolah mereka tidak sama.
Mereka bertemu di sebuah tempat les yang sama. Tapi, setelah Nanon menjadi ketua OSIS, Nanon sudah tidak mengikuti les lagi karena jadwalnya yang sibuk, jadilah ia tidak pernah bertemu dengan View lagi.
"Baik kok. Kabar kamu gimana, View?" tanya Nanon balik.
View mengangguk dengan semangat. "Ya udah, aku duluan ya Non, sampai ketemu lagi," kata View berpamitan.
Nanon yang diam di tempat dari tadi, hanya bisa mengangguk dan melambaikan tangan seperti orang bodoh.
Begitu View sudah menjauh, ia baru terpikir kenapa tidak meminta nomer teleponnya. "Ah, bodoh lu Non, tidak memanfaatkan keadaan. Malah celingukan kaya orang bodoh," umpatnya sendiri.
Besoknya di sekolah, Nanon salah kelas. Ia malah pergi ke kelas lamanya, dan itu malah di soraki oleh sahabatnya. Nanon malah cengengesan menahan malu, dan ia malah di lanjutkan mengobrol dengan sahabatnya sampai jam masuk berbunyi.
Ketika ia masuk ke kelas barunya, di samping bangkunya tidak ada siapapun. Nanon sudah menduga nya, pasti Chimon akan tidak masuk hari ini.
"Chimon kemana?" tanyanya pada Louis si ketua kelas.
"Dia bilang dia sakit, jadi gak bisa masuk," jawab Louis yang sibuk membereskan isi tasnya.
Nanon ber-oh ria lalu pergi ke tempat duduknya. Di dalam pikirannya terus bergelut apa Chimon sakit parah sampai tidak masuk sekolah? Atau itu hanya alibi agar tidak masuk?
Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu pada Louis, guru sudah masuk ke kelas dan mulai pelajaran.
"Gila anjir, ternyata Chimon jago balapan juga."
Kata-kata Drake barusan membuat Nanon berhenti mengunyah bakso di mulutnya. "Hah, apa Lo bilang?" tanyanya memastikan. Takut ia salah dengar.
"Ini, si Chimon ternyata jago juga balapannya, gak nyangka gue." Perjelas Drake.
"Bisa kali, kita ajak balapan, nanti kita dorong aja motor nya agar jatuh hahah," kata Pawat yang di iringi tawa oleh Drake.
Nanon dengan cepat merebut handphone dari tangan Drake dan melihat apa yang Drake katakan tadi.
"Ini pertandingan kapan?" tanya Nanon.
"Ini sekarang, Lo liat aja di sini aja ada tulisan live. Ini siaran langsung," jawab Drake.
"Jadi, dia bohong bilang sakit?" tanyanya dengan suara pelan.
"Hah, apa? Gak kedengeran," kata Pawat.
Nanon menggeleng dan kembali mengunyah bakso walau ia sudah tidak nafsu lagi. Sepertinya ia sudah mulai percaya akan kata-kata Chimon. Padahal, Chimon berbohong.
Nanon sudah sangat menghawatirkan Chimon saat tahu kalau pria itu sakit. Nyatanya, pria yang ia khawatirkan sedang balapan liat di jam sekolah. Nanon sangat kecewa. Harus seperti apa lagi ia membimbing Chimon.
Ya walau bimbingannya baru satu hari, tapi ia sudah sering menasehati Chimon soal sekolah. Tapi nyatanya, Chimon sangat sangat keras kepala.
~ next chapter ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertukar rasa {NAMON}
Teen FictionRasa sakit yang selama ini Nanon rasakan, ternyata bukan penyakit yang Nanon alami. Melainkan, Nanon mendapat transferan rasa sakit dari apa yang Chimon alami. Nanon si pria tampan sejuta penggemar di sekolah, pintar, rajin dan ketua OSIS yang sanga...