Rembulan malam biru yang terang serta serpihan dedaun yang berjatuhan sebab angin berhembus. Awan gelap menyelimuti dingin malam panjang ini, hawa senyap, resah, sepi, takut membuat hati tak kunjung tenang.
Para petinggi-petinggi, dan para kaisar negara lain telah menyiapkan peperangan panjang pada tahun ini. Mereka telah menyiapkan berbagai pasukan, kuda, pasokan makanan, hingga bagian inci perencanaan dan strategi.
Tidak dengan kerajaan Mooned yang masih merasa gelisah dengan keputusan negara-negara musuh yang menyatakan peperangan. Satu sisi ia sangat takut akan kerajaan yang akan kian hancur jika tidak diperluas, satu sisi lagi ia takut kehilangan orang-orang disekitarnya dan takut membahayakan para rakyatnya. Peluh keringat membasahi dahi seorang kaisar muda bernama Xavier, ia sangat pening dengan urusan saat ini.
Tubuh tingginya tersandar pada sebuah ukiran besi panjang diatas rerumputan hijau nan luas, seraya menatap langit gelap. Sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar saat memikirkan cara untuk menghadapi situasi ini.
"Vie." Suara lembut nan indah membuat Xavier tersentak dan sontak merapihkan ekspresinya yang semula penuh kekhawatiran.
Wanita cantik bergaun cream panjang, dengan kain yang menutupi pundaknya. Mata coklat terang dengan kilap disetiap sisinya, rambut coklat panjang terurai hingga menyentuh siku tangannya membuat ia terkesan semakin menawan. Sesiapapun yang menatapnya tak akan mengalihkan pandangannya lagi.
"Ah, sayang." Ia membalas sambutan dari sang pujaan hati, tak lupa senyumnya yang indah turut untuk permaisuri.
Hera mendekat pada sang kaisar dan dengan senyum yang masih mengembang bentuk lesung yang manis dipipinya membuat kesannya semakin cantik, Hera sebenarnya tak tahu apa yang terjadi pada suaminya ini hingga berada ditempat seperti sekarang selarut ini, namun ia mengetahui satu hal yang belum bisa ia pastikan benar atau tidaknya. "Bukankan ini sudah larut, yang mulia? Mengapa anda tetap berada disini?" Hera bertanya.
Tidak, Xavier tidak dapat memberi tahu Hera tentang apa yang terjadi. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan Hera dan calon buah hati mereka.
Ya, Hera sedang mengandung anak mereka. Yaitu sang calon penerus kekaisaran, seorang putra atau putri mahkota, dengan gelar kebangsawanan yang agung, yang akna menggantikan Xavier nantinya. Xavier tidak ingin menambah beban fikiran Hera sehingga ia menyembunyikan persoalan ini sendirian.
"Tidak ada, udaranya sangat sejuk, sayang." Ia berbohong pada Hera, rautnya yang sedang berbohong tidak dapat disembunyikan.
Sang permaisuri hanya tersenyum lagi, lalu mengusap lembut pipi Kaisar menggunakan tangan halus miliknya, Membuat sang Kasiar merasa mengantuk dan nyaman dengan usapannya. "Apa anda tahu? Saya sangat merindukan alam." Ucapnya.
Xavier tersentak, tatapannya berubah menjadi sayu sendu mendengar Hera berucap seperti itu didepannya. Jika waktu itu ia tidak jatuh hati pada Hera mungkinkah Hera tetap berada pada tempat asalnya saat itu? Peluh keringat kembali membasahi diri, ia semakin resah dengan semua hal.
"Hera maaf—"
"Ssshh, yang mulia saya sangat berterima kasih anda telah membuat saya senyaman ini. Anda tidak segan memberikan apa yang saya inginkan, saya butuhkan, bahkan melindungi saya tanpa perlu saya minta. Jadi biarkan saya yang memberikan anda hal-hal menyenangkan kali ini.." Tuturnya, tangan halusnya tak berhenti mengusap pipi berahang keras milik pujaannya, sesekali tangannya beralih pada keningnya dan menyentak sedikit kening itu agar tidak berkerut, senyumnya tak pernah pudar. Inilah senyum yang selalu didambakan oleh Kaisar.
Manik mata biru terang milik Xavier menatap Hera dengan tatapan sendu, kilap matanya membuat bulan semakin membiru tak jelas bagaimana. Ini disebabkan oleh kekuatan yang Xavier miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
-𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦-
Fantasy𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 𝚏𝚛𝚘𝚖: 𝚎𝚐𝚋𝚕𝚞𝚎 {𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦} this not public story, just my imajination. if u like it, keep shut up. Sebuah larangan yang menatang dua insan, hingga menghasilkan sejarah baru dalam kekaisaran besar. Penuh dengan tangis...