Seperti ucapan Xavier tadi, hari ini mereka akan disibukan dengan urusan keluarga saja. tidak ada pekerjaan, atau urusan negara yang akan menghalaui mereka.
Xavier mengajak Hera dan Cava kesebuah perkampungan yang letaknya tak begitu jauh dari istana, perkampungan ini adalah milik keluarga Xavier terdahulu yang digunakan untuk beristirahat atau bersenang-senang.
Mereka membawa sejumlah keranjang yang berisikan makanan ringan serta air, tak lupa membawa beberapa pakaian ganti untuk berjaga-jaga bila ada sesuatu nantinya. Hera ataupun Xavier tak mengajak satupun pelayan maupun pengawal, hari ini mereka hanya bertiga, benar-benar bertiga.
Xavier membuka pintu rumah besar yang nampak tak berpenghuni itu. walaupun rumah itu tak pernah dikunjungi namun tak ada sedikit pun debu didalamnya, Xavier selalu meminta beberapa pelayan membersihkan rumah ini lalu pergi pulang.
Sofa putih besar dengan tone hitam disetiap ujungnya, tempat perapian yang akan menyala setiap musim dingin tiba, dan beberapa figura besar yang dilapisi emas namun nampak sederhana. hal-hal seperti ini membuat mereka merasa menjadi orang biasa tanpa status atau takhta.
"Nah prince dengarkan aku." Xavier berucap sembari berjongkok dihadapan sang putra yang tengah terduduk agar memudahkan putranya untuk bertatapan.
Cava memasang wajah intens tak sabar mendengarkan isi ucapan ayahnya sampai menganyunkan kakinya.
"Kamu tidak boleh berlarian keluar sendirian, mengerti? sekalipun itu jarak dekat tolong beritahu aku atau ibu agar kamu ditemani, jangan melanggar atau aku tidak akan memberikan coklat kesukaanmu lagi." tutur Xavier.
Lucunya Xavier melipat tangannya didada dan memalingkan wajah seolah ia sedang marah dan mengancam pada Cava, membuat Cava memasang wajah sedih dan langsung menyetujui ucapan Xavier tanpa basa-basi. "Iya, aku berjanji ayah."
Mendengar jawaban putranya, Xavieran langsung kembali tersenyum dan mengusap lembut kepala Cava dan mengajaknya pergi keluar untuk bermain bersama.
Bukan tanpa alasan, namun ia ingin mengajari Cava beberapa hal selagi berada disini. Termasuk berpedang dan bela diri.
Walaupun terkesan masih terlalu dini, namun inilah yang seharusnya Cava dapatkan. bahkan biasanya pangeran/putri, atau bahkan anak-anak para bangsawan akan diajari hal-hal seperti ini sejak usia nya menginjak empat tahun. mungkin sedikit terlambat, tapi Xavier yakin bahwa Cava bisa melakukannya.
Hera sendiri tengah sibuk menyiapkan beberapa camilan untuk saat-saat dibutuhkan nantinya.
"Prince, aku punya sebuah hadiah untukmu. tapi kamu harus berjanji untuk giat belajar setelah ini, bagaimana?"
Xavier selalu menawarkan banyak hadiah, namun itu semua tidaklah gratis, seperti saat ini. dia menawarkan hadiah, namun dengan lain Cava harus membayarnya dengan sebuah pembelajaran yang lebih giat nantinya.
"Ya!" seru Cava.
Xavier meletakan hadiah dibelakang punggung, sedangkan Cava berada dihadapannya. membuat Cava penasaran apa yang Xavier bawa sampai-sampai dia mencoba mengintip dari samping. Xavier berniat bermain sambil berlajar, agar waktu yang digunakan tak sia-sia nantinya.
"Tada! Lihat ini!" Xavier berseru sembari menunjukan hadiah yang dia bawa dihadapan Cava.
Hadiah yang Xavier berikan kali ini adalah sebuah pedang kayu kecil yang sudah didesain seaman mungkin untuk anak seusia Cava, walaupun kayu padang ini cukup sakit untuk memukul orang lain. Xavier telah lama menyiapkan hal ini dan baru sempat diberikan sekarang.
Cava sedikit bingung dengan benda asing dihadapannya, ia tak pernah melihat benda ini sama sekali sebelumnya. "Benda apa ini, ayah?" Cava bertanya.
"Pedang."

KAMU SEDANG MEMBACA
-𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦-
Fantasy𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 𝚏𝚛𝚘𝚖: 𝚎𝚐𝚋𝚕𝚞𝚎 {𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦} this not public story, just my imajination. if u like it, keep shut up. Sebuah larangan yang menatang dua insan, hingga menghasilkan sejarah baru dalam kekaisaran besar. Penuh dengan tangis...