》proloog《

11 4 2
                                    

Gadis bermanik abu kilap bak kristal silver, dengan rambut coklat tergerai panjang hingga menyentuh pinggang, serta gaun putih yang menyentuh lututnya membuat pemandangan yang sangat indah dan tak lelah dipandang.

Suara langkah dari sepatu polosnya yang beriringan dengan alunan lagu indah nan syahdu didengar. Gerakan demi gerakan ia lakukan seirama dengan musik klasik yang dilantunkan.

Seorang bertubuh tegap, dengan kulit pucat pasi melihat keelokan tarian tersebut, seraya mengeluarkan suara tertawa kecil dengan gigi kelinci yang terlihat serta manik mata indahnya hanya tersorot pada gadis cantik yang tengah menari dengan tenang.

"Menawan." Satu kata yang keluar dari mulut pria itu membuat gerakan sang gadis berhenti dan alih-alih marah gadis itu hanya tersipu malu.

Ia menambahkan volume tawanya sedikit dan berjalan perlahan mendekati gadis yang sedang tersipu malu dengan wajah yang dipalingkan kearah dua kusen berukir simbol-simbol,"Mengapa berhenti?" ia bertanya dengan tatapan lembut, pupilnya membesar setiap menatap gadis cantik tersebut.

Gadis itu menarik nafas dan mengembalikan tatapannya pada pria dihadapannya. Dengan penuh susah payah ia menahan rasa malunya sedikit demi sedikit untuk menjawab lawan bicaranya.

Tak kala wajahnya berubah warna menjadi kemerahan, membuat kesan menggemaskan pada dirinya.

"Mengapa? Coba anda tanyakan sendiri pada diri anda, Prince." Lalu menatap balik netra pria dihadapannya.

Ia menghapus jarak antara dirinya dan gadis tersebut, jaraknya sangat dekat dan bahkan mungkin hampir bersentuhan. Hingga sang gadis memundurkan kepalanya sengaja kebelakang agar tidak tersentuh.

Memang pria ini tinggi, namun ketika berbicara dengan sang gadis ia selalu menundukan pandangannya menyeiraskan tinggi sang gadis. Jadilah mereka bertatapan secara dekat.

Inilah yang ia sukai, ekspresi. Ya, ekspresi yang tak terduga yang selalu muncul dalam wajah gadis dihadapannya ini selalu berhasil membuatnya tertawa.

Lagi, ia menahan tawanya seraya mengalihkan pandangannya kesamping membuat sang lawan bicara merasa kebingungan dengan tingkahnya.

"Apa ada yang lucu hingga anda menahan tawa?" Gadis itu mengerenyitkan alisnya hingga hampir menyatu keduanya.

Ia kembali menatap gadis yang menjadi lawan bicaranya dan tersenyum simpul memamerkan lekukan bibirnya yang indah,

"Menurutmu?" Ia bertanya kembali.

"Tentu tidak ada," Nethva berkata, bibirnya mengerucut membuat lekukannya semakin gemas nan menggemaskan.

Tangannya terulur menyisipkan helaian rambut yang tergulir kedepan. Sesekali Nethva terkejut dengan pergerakan yang tak dapat diduga.

Senyumnya tidak pernah berhenti merekah, sangat indah dan nyaman dipandang.

"Seharusnya anda tidak tertawa, yang mulia." Balas gadis itu.

"Hm? Mengapa begitu?"

Samar-samar suara angin yang berhembus, serta suara beberapa pekerja yang masih sibuk dengan urusannya meskipun sudah tengah malam terdengar ditelinga mereka. Sepasang bros biru yang terpasang didada pun berkilau karna cahaya bulan malam ini.

Gadis itu menepis tangan yang masih berada diwajahnya, tangan itu terus mengusap pipinya dengan pelan dan lembut yang membuat dirinya lama kelamaan merasa mengantuk karna nyaman. Ia berbalik dan berlari kecil menuju arah luar mansion, dan berhenti pada salah satu lantai dan beralih menatap bulan malam ini.

Seperti deja vu.

"Biru." ia bergumam.

"Saya bisa mengubahnya menjadi merah." tutur Cava.

Hanya dengan berdiam diri, dalam beberapa detik bulan itu berubah menjadi merah terang, mata silvernya kalap melihat perubahan yang terjadi. Bulan hanya satu, dan satu itu jika dirubah berdampak pada semuanya.

Gadis itu memukul pelan lengan Cava dan memasang wajah tak suka dengan perubahan bulan, ia tahu jika bulan berubah warna maka akan berdampak pada yang lainnya. "Ubah itu kembali, Prince!" Ia memekik keras.

"Tidak akan sampai anda memanggil saya dengan nama saya." senyuman seringai hadir pada wajah Cava.

"Jangan memulai sebelum anda saya buat mengeras seperti kristal, Prince." kecam sang gadis.

"Coba saja, saya juga akan menghipnotis anda dengan bulan merah itu."

Obrolan mereka berisi candaan, namun sesiapapun yang mendengarnya akan tersenyum getir, mengira ini adalah sebuah keributan dan akan berefek pada kehidupan kerajaan.

Jika saja mereka menggunakan setidaknya satu kali kekuatan mereka, masing-masing kekuatan maka akan berdampak cukup mengerikan pada kerajaan.

Senyuman dan canda tawa itu selalu hadir, tidak ada kekacauan, tidak ada peperangan. Jika saja dapat terubah, ingin sekali merasa cinta tanpa kehampaan.

Dahulu sekali, hal seperti ini hanyalah angan-angan semata. Namun ditempat lain persis dengan waktu itu hal ini adalah sesuatu kenyataan, dimanakah kebenaran yang sebenarnya berada?

Dan pada dasarnya semua ini hanyalah angan dari sebuah kepala yang penuh peluh, tidak ada yang terjadi dan tidak ada yang nyata. Semua hanya angan-angan.

𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢 𝚏𝚛𝚘𝚖: 𝚎𝚐𝚋𝚕𝚞𝚎

{𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦}

-𝐂𝐫𝐨𝐰𝐧 𝐑𝐞𝐠𝐧𝐮𝐦-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang