Hari ini, Bright berangkat sangat pagi. Semalaman Bright tak bisa tidur karena memikirkan tentang Win. Bright menunggu Nika di depan kelasnya. Namun saat Nika datang, Nika hanya melewati Bright. Bright menahan tangan Nika.
"Gue mau ngomong sama lo"
"Kenapa?"
"Lo kenal Ello?"
"Abang gue"
Nampak Bright terkejut dengan kenyataan itu.
"Kemarin bukan Win kan?" tanya Bright
"Kalau itu Win gimana?"
"Lo bohong kan?"
"Buat apa gue bohong?" ucap Nika malas.
"Lo kenal Win?"
"Sangat kenal"
"Tapi kenapa kemarin-kemarin lo seperti gak kenal Win?"
"Win yang suruh gue biar gak saling kenal"
"Munafik lo"
"Lo, abang lo, Win kalian semua munafik" teriak Bright.
Ello masih melihat dari dekat. Dia tidak mau mencampuri urusan adiknya dan Bright.
"Gue munafik?"
Nika tertawa, namun matanya tak bisa berbohong. Air mata mulai membasahi pipinya.
"Lo gak tahu kan kalau gue disuruh sama Win biar deketin lo? Lo gak tahu kan Win mohon-mohon sama gue biar gue bisa pacaran sama lo?"
"Gue ngejar lo karena permintaan Win. Lo tahu alasannya? Win bilang ke gue. Dia gak mau lo makin suka sama dia. Dia gak mau kalau dia mati, lo terpuruk. Dia sesayang itu sama lo"
"Gue ingat banget, dulu Win sampai deketin gue, cari alamat rumah gue cuma buat berlutut di depan gue. Dia mohon biar gue mau deketin lo"
"Kenapa harus lo?" tanya Bright tak percaya
"Karena Win tahu gue suka sama lo. Tapi gue sadar diri, gue bakal kalah sama Win. Tapi Win tetap mohon sama gue"
"Lo bohongkan?"
"Percuma ngomong sama lo. Sekarang lo dekat sama Zile? Lo hancurin Win. Puas kan lo?"
"Gue benci lo, gue benci Win"
"Gue benci lo. Lo seolah tersakiti. Lo selalu bilang Win gak peka. Lo selalu sesuka hati lo. Lo selalu larang Win. Win juga punya kehidupan"
"Gue benci Win. Dia egois. Dia lebih mentingin kebahagiaan lo daripada dirinya sendiri. Gue benci lihat Win yang pura-pura bahagia. Gue benci waktu Win jadi orang lain. Lo yang bikin Win jadi orang lain sampai-sampai Win gak bisa ekspresiin perasaannya"
"Lo tahu kenapa Win gak mau berbagi bekal dari lo? Rasa masakan lo gak enak Bright. Pernah Win berbagi sama lo? Gak kan? Win ngehargain lo. Win gak mau buat lo jadi kecewa. Segitu sayangnya Win sama lo. Dia gak mau lo berkecil hati. Win tahu kalau apa yang lo lakuin gak sesuai sama pemikiran lo, lo gak bakal mau lakuin itu lagi"
"Win habisin makanan gak enak lo. Bahkan Win selalu bilang enak makanan lo. Win selalu banggain masakan lo didepan teman-teman. Gue iseng nyobain, tapi gue yang dimarahin Bright. Enak jadi lo, disayang sama Win. Win bilang ke gue jangan bilang ke siapa-siapa"
"Lo pernah lihat Ello makan masakan lo lagi? Gak kan? Cukup sekali waktu itu. Ello maksa buat makan bekal bareng Win. Win ngancam kalau bilang gak enak, gak usah berhubungan lagi sama Win. Buta mata lo gak bisa lihat segitu sayangnya Win sama lo"
"Lo tersangka tapi berlaku seolah korban Bright"
Nika terjatuh. Bright menatap Nika dengan pandangan tak percayanya.
"Gue benci diri gue sendiri. Gue benci saat gue gak bisa belain Win waktu lo sakitin Win. Gue benci saat lihat Win mohon-mohon ke gue buat jagain lo. Gue benci Bright sama diri gue sendiri. Gue lemah. Gue gak bisa belain sahabat gue"
Ello memeluk adiknya. Tak lama Ello menggendong Nika. Ello akan membawa adiknya ke perpustakaan. Jika dibiarkan terlalu lama, Ello takut asma Nika akan kambuh.
Bright menahan tangan Ello. Ello menatap Bright. Nafas Nika sudah tak teratur.
"Kalau lo mau ngomong sama gue nanti aja. Adik gue yang penting"
Bright melepaskan cekalan tangannya. Bright menatap kepergian Ello dan Nika dengan pandangan kosong.
Semua siswa bubar karena keramaian sudah selesai. Zile mendekati Bright lalu menggandeng tangan Bright.
"Lo jangan terpengaruh sama mereka. Lo dengarkan Nika aja di suruh sama Win"
Bright menatap Zile.
"Lo bisa diam gak sih? Berisik tahu gak. Selama ini gue sabar lo cium, kayak gak punya harga diri lo"
"Bright lo kok gini sih"
"Nyesel gue ngikutin saran lo"
Bright meninggalkan Zile sendirian. Teman-teman Zile menghampiri Zile. Lalu mengajak Zile kembali ke kelas karena pembelajaran akan di mulai.
Bright memasuki kelasnya, tak lama guru pun masuk. Bright menatap pintu. Tak ada tanda-tanda Ello akan mengikuti pembelajaran.
Selama pembelajaran, Bright merasa tak tenang. Dirinya ingin segera menemui Ello. Dia ingin segera bertanya tentang semua ini.
Tak terasa pembelajaran telah selesai. Bel tanda istirahat berbunyi. Bright segera keluar dari kelas dan berlari menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Bright melihat Ello yang menggenggam tangan Nika. Bright menatap Nika yang tertidur.
"Bisa bicara sekarang?"
"Nanti pulang sekolah. Gue masih jaga adik gue"
"Tinggal aja kenapa sih?"
"Ini adik gue. Gue wajib jagain dia"
"Terserah, gue tunggu di taman sekolah" ucap Bright.
Bright meninggalkan Ello dan Nika. Ello masih mengelus rambut Nika, berharap adiknya semakin terlelap. Ello sudah izin tidak masuk kelas.
🤍🖤
Satu kata buat Nika?
Satu kata buat Ello?
Satu kata buat Zile?
Satu kata buat Bright?Sorry up nya 1 part. Kemarin kan aku sempat bilang gak tau kenapa aku gak pede sama nih cerita. Aku terlalu muter muter.
KAMU SEDANG MEMBACA
2920 Days [ Bright x Win ] ✓
FanfictionLucu ya kehidupan ini. Aku yang berusaha agar kamu cinta sama aku tapi banyak orang yang menangin hati kamu. Sebenarnya aku yang bodoh atau kamu yang buta sama semua perhatian aku? gak adil banget ya tuhan kasih perasaan ini. Cerita tentang persahab...