Hombre 20

1.7K 203 7
                                    

Setelah terdiam lama, akhirnya Nika memberanikan membuka suara. Nika menatap Win. Tangan Nika menggenggam erat tangan Win.

"Win"

Win menatap Nika.

"Sorry"

"Maaf untuk?"

"Gue gak bisa lagi jagain Bright. Gue gak mau Win. Sekarang Bright juga sama Zile. Jujur gue capek Win, lihat lo tersiksa kayak gini. Gue kasihan lihat lo berjuang kayak gini"

"Bukannya lo sayang sama Bai? Kenapa gak berjuang sedikit lagi?"

"Lo harus tahu, seberjuang kayak apapun gue, dihati Bright cuma ada lo. Bahkan gue lihat, Zile gak bisa gantiin lo. Zile cuma pelampiasan Bright"

"Gue capek Win nyakitin lo terus. Gue capek lihat Bright jahat kayak gini ke lo. Lo teman gue Win, sudah seharusnya kemarin gue belain lo. Tapi apa yang lo bilang? Lo larang gue buat belain lo. Lo larang gue dekat-dekat sama lo"

"Gue bingung Win, selama ini gue ini teman lo atau cuma seseorang yang bisa lo perintah"

"Gue cuma mau lo seperti biasa. Gue mau lihat lo bahagia. Kalau kayak gini, gue gak bakal mau nurutin lo"

"Gue sayang sama lo. Gue tulus mau temenan sama lo. Gue mau sahabat gue bahagia"

Setelah mengucapkan semuanya, Nika terdiam. Win menatap Nika lalu menghapus air mata Nika.

"Sudah marah-marahnya?"

Nika hanya diam.

"Gue pasrahin Bright ke lo, karena gue tahu lo cinta banget sama Bright. Gue tahu hidup gue gak lama. Gue tahu Nik, seberapa cintanya lo sama Bright. Gue gak mau lo berkorban lagi demi gue"

"Bright cuma terbiasa sama gue, bukan cinta sama gue. Perjuangan lo sebentar lagi berhasil. Lo jangan mau kalah sama Zile. Dan harus lo tahu, alasan gue pilih lo itu Lo pantas buat Bai. Lo sempurna buat lengkapin Bai. Dari awal gue kan yang nawarin buat deketin lo sama Bai?"

"Maaf kalau selama ini lo anggap gue cuma manfaatin lo. Tapi gue sudah pikirin semuanya. Gue mau lo sama Bai, sama-sama bahagia. Lo pernah kan dengar, perjuangan tak pernah mengkhianati hasil?"

Nika hanya mengangguk.

"Suatu saat lo bakal ngerasain itu"

"Sorry Win, gue gak mau. Gue berhenti. Bright sudah keterlaluan"

Win tersenyum.

"Gak papa, gue gak maksa lo Nik. Kebahagiaan lo yang utama. Terima kasih sudah berjuang. Terima kasih sudah jagain Bai"

"Lo cepat sehat. Gue sama abang lagi berusaha buat dapatin pendonor"

"Terima kasih peri kecil" ucap Win

Win mengelus kepala Nika. Nika tersenyum menatap Win. Ello masuk ke ruangan Win dengan membawa cemilan dan beberapa susu.

"Nih buat nyemil"

"Tumben El, lo baik"

"Gue selalu baik. Lo aja yang gak tahu"

"Iya deh"

"Kayaknya ada yang habis cerita seru nih sampai adik gue nangis"

"Nika gak nangis bang"

"Iya Nika gak nangis El. Cuma tadi air matanya aja yang keluar"

"Kalian kompak ih kalau bully Nika"

"Lo aja kali Nik yang ngerasa terbully" ucap Win.

"Abanggggg Win jahat"

"Tapi bener sih yang dibilang Win" bela Ello.

"Kalian jahat. Kita kemusuhan"

"Ya sudah nanti lo pulang jalan kaki. Kan kita kemusuhan"

"Abangggg ihhh adiknya ngambek dibujuk kenapa, malah dibiarin. Iya deh mentang-mentang di depan gebetan harus cool gitu kan?"

Ello membelalakkan matanya. Win hanya tertawa mendengarkan perdebatan antara kakak beradik itu. Nika yang merasa salah bicara kemudian terdiam. Win yang sadar tak ada suara lagi menatap Ello dan Nika.

"Kok diam?"

"Gak papa, Nika belum ngerjain pr tuh Win. Jadi minta pulang pake kode"

"Enak ya sekolah"

Win tertawa. Nika menatap Win.

"Kalau lo sudah sembuh kan bisa sekolah lagi. Jangan sedih gitu dong"

"Gak kok. Lagi biasain diri ini" ucap Win.

"Lo gak papa kan kita tinggal pulang?"

"Gak papa kok. Paling bentar lagi Bunda baliknya"

"Oh oke. Kita pulang dulu ya Win" ucap Ello.

"Lo istirahat Win" ucap Nika.

"Siap bos"

Ello dan Nika meninggalkan Win sendiri. Tatapan Win kembali kosong. Dia mendengar semua pembicaraan Ello dan Nika. Dia hanya berpura-pura tertawa. Win rindu sekolah. Dan Win rindu Bright.

🤍

2920 Days [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang