Bersekolah di tempat asing sangat melelahkan bagiku. Aku terpaksa harus menjalani semua ini karena orang tuaku sudah pergi diambil yang kuasa secara tiba-tiba dan bersamaan. Sedih dan hancur pasti, tapi hidup terus berjalan bukan?
Andindya Namira itu namaku, saat ini aku baru masuk salah satu Universitas di Kota Jawa bagian tengah. Aku yang memiliki keterbatasan berkomunikasi ini dipaksa untuk mengenal lingkungan dan sosial baru yang sama sekali tidak membuatku senang.
Sebelum akhirnya aku bertemu dengan satu orang di antara ribuan, bahkan jutaan orang asing di kota ini...
...
Pagi itu seperti pagi-pagi biasanya setelah aku menjalani kuliah selama 6 bulan terakhir, masih membosankan dan menyulitkan. Tak banyak teman yang ku miliki, hanya beberapa saja. Itu pun kami berteman karena dikumpulkan keadaan untuk bekerja sama dengan kelompok.
Tentang jodoh, diriku tak terlalu memikirkan karena saat itu aku fokus pada kuliah, penyembuhan mentalku, dan ingin menjadi wanita yang mandiri.
"Nin, makalah dan slide presentasi sudahku siapkan," ungkap Bima.
Bima. Dia adalah salah satu teman seperkelompokkan tugasku semester ini. Bima laki-laki baik, dia mengerti bahwa aku bukan orang yang mudah berbaur dan hanya ingin bekerja sendirian karena hal itu.
Selain Bima, ada Andy. Dia juga laki-laki baik, yang selalu tahu cara menghibur orang lain. Aku tidak tahu mengapa temanku semua laki-laki, tapi aku tetap bersyukur setidaknya tugas yang sulit selalu menjadi ringan ketika dikerjakan bertiga.
"Terima kasih Bima," jawabku dengan khas. Kaku.
"Entah ini terima kasih keberapa darimu. Sungguh aku lelah mendengarnya," keluh Andy.
Bima hanya tersenyum melihat Andy mengeluh akan sikapku yang sampai kini masih saja kaku dengan mereka. Kami sepakat dan nyaman berdialog dengan kata panggilan aku dan kamu, selain karena aku berasal dari daerah pedalaman yang terbiasa dengan itu mereka juga ternyata nyaman begitu.
"Jangan lupa pelajari bagian presentasi masing-masing. Nindya, semangat kita pasti bisa." Bima menyemangatiku seraya menepuk pelan bahuku, seakan mentrasfer semangat kepada diriku yang selalu tak bersemangat ini dan yaa, hal itu termasuk manjur untukku.
...
Berkuliah selama 4 tahun mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Memulai dengan keterpaksaan dan kondisi yang sangat memprihatinkan berakhir indah dan sangat berwarna.
Kalian pasti tidak menyangka, aku pun. Setelah memasuki tahun ke 3 kuliah, aku memiliki seorang kekasih. Yaa, aku memberanikan diri untuk lagi memiliki seseorang yang ku sayangi. Dan ia adalah salah satu temanku.
Awalnya aku pun tak menyangka, tapi ia perlahan dengan ketulusannya membuatku luluh dan mulai terbiasa. Hiburannya menjadi pelipur laraku. Perhatiannya membuatku merasa berharga.
"Makan yuk," ajaknya secara tiba-tiba. Yaa, kami sudah berjalan bersama selama satu tahun terakhir. Dan, aku bahagia memilikinya.
Ku harap dia pula jodohku hingga maut memisahkan, tapi manusia hanya bisa berencana Allah yang menentukan.
Hubunganku dengannya berjalan sangat baik, semakin dekat, dan semakin serius. Aku yakin karena dia sangat menunjukkan ketulusannya selama ini padaku.
Selama waktu terus berjalan. Kini aku dan dirinya sudah sama-sama menitih karir kami. Ia berani memulai bisnis yang sempat menjadi pembahasan panjang tak berujung denganku. Dan, lagi-lagi aku menerima karena ketulusan dan keyakinannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bertemu Jodohku
Short StoryJodoh adalah versi lain dirimu Jodoh adalah cerminanmu Jodoh adalah pelengkap sifatmu Dan jodoh adalah rahasia Tuhan Cerita-cerita pendek ini menampilkan versi-versi bertemu jodoh yang berbeda-beda. Cerita merupakan fakta, fiksi, atau bisa juga biog...