Bab 3

18 6 4
                                    

JUNGKOOK

"Fokus, Jungkook-ah!" teriakan Ssaem menggema di ruang latihan.

Jungkook terengah. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Sudah tiga jam dia berlatih jireugi dan makki, pukulan dan tangkisan. Tapi pelatihnya terus menerus memintanya untuk fokus. Sepertinya Ssaem tidak puas dengan latihannya hari ini.

"Yang lain istirahat. Kau, lari keliling 50 putaran."

Kau yang dimaksud siapa lagi kalau bukan dirinya yang sedari tadi berlatih dengan Ssaem. Setidaknya dia hanya perlu keliling ruang latihan, bukan lapangan atletik. Jungkook segera memulai hukumannya, berlari 50 putaran, setelah menghabiskan sebotol air mineral. Dia harus ekstra keras berlatih, menebus satu hari latihan yang ia lewatkan.

"Aarrghhh..." Jungkook mengerang ketika akhirnya menyelesaikan putaran terakhir. Dia berbaring ditengah matras. Seluruh tubuhnya terasa panas. Nafasnya dirasakan semakin tak karuan.

Dia semakin keras berlatih bukan hanya karena hendak bertanding. Tapi dia ingin membuang ingatan yang terus mengganggunya. Ingatan tentang tubuh Misa, wangi parfum Misa, yang membuat hasratnya bangkit seketika. Gila memang. Tidak seharusnya dia memiliki hasrat pada gadis yang nyaris menjadi korban pemerkosaan.

Setiap kali memikirkan Misa, yang terjadi dalam benaknya adalah membayangkan tangannya sendiri menyentuh leher gadis itu, sementara bibirnya memulai kecupan yang ringan. Perlahan-lahan, segalanya menjadi lebih intens, lebih agresif dan lebih erotis. Dan setiap kali pikiran itu datang, Jungkook segera bangkit, melakukan berbagai macam pemanasan, mulai meninju sandbag yang ada di ruang latihan dan lain sebagainya. Dia melakukan apa saja untuk mengalihkan pikirannya.

"Dengar Jungkookie, kalau kau seperti ini terus, kau akan langsung kalah saat babak pertama," suara Ssaem terdengar lebih lembut dibandingkan tadi.

"Yang kau butuhkan hanyalah konsentrasi," tambahnya sembari duduk didekat Jungkook yang masih berbaring.

Jungkook menatap langit-langit. Sebenarnya dia sadar akan hal itu juga. Dia hanya perlu berlatih untuk lebih berkonsentrasi. Itu saja. Ah, satu lagi. Dia perlu membuang pikiran sialan yang selalu mengganggunya.

"Kalian semua bereskan ruang latihan, bersihkan diri, lalu pulang," Ssaem sudah berdiri, memberikan perintah.

"Dan kau, Jungkookie," Ssaem berbalik menghadap Jungkook yang masih juga berbaring. "Tak ada jam latihan tambahan. Pulanglah. Istirahat yang cukup. Agar besok kau bisa fokus."

Jungkook menjawab pelatihnya dengan hormat. Dia harus menuruti perintah itu demi kebaikannya juga.

***

MISA

Setiap kali bel berbunyi atau pintu apartemennya diketuk, Misa selalu merasa tidak aman. Mendadak merasa ketakukan. Itu sebabnya ketika Jungkook datang dua hari yang lalu, dia tak segera membuka pintunya. Dia takut senior itu datang mencarinya.

Hari ini, dua kali bel berbunyi. Alih-alih membuka pintu, Misa diam sambil menahan napas. Ketika didengarnya orang diluar sana mengatakan soal paket, Misa baru merasa sedikit lega. Peristiwa sialan itu tidak hanya membuatnya ketakutan saat sendirian. Tapi juga membuatnya tak bisa tidur saat malam tiba. Dan ini malam ketiga Misa tak bisa memejamkan mata. Dia baru bisa tidur sebentar ketika cahaya matahari pagi masuk melalui jendela.

Rutinitasnya pun berubah. Bangun tidur, dia akan segera membuat masakan sederhana untuk mengisi perutnya. Kemudian duduk meringkuk di sofa dengan televisi menyala, menyiarkan entah apa. Sesekali dia memeriksa ponselnya. Membaca pesan dari Seora yang menanyakan kabar serta memberitahu deretan tugas yang harus ia selesaikan. Kemudian saat senja, dia akan membuat segelas besar kopi, meminumnya perlahan untuk membuat matanya tetap terjaga.

Des VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang