Punya kekasih bukan berarti status Jungkook sebagai cowok populer akan meredup. Justru sebaliknya. Melihat sisi dirinya yang berbeda saat bersama Misa, malah membuat banyak gadis semakin tergila-gila. Semakin banyak yang berani menunjukkan ketertarikannya pada pemuda itu. Karena itu Misa melarangnya berkeliaran di fakultasnya.
"Lalu bagaimana cara kita bertemu? Bagaimana kalau aku ingin makan siang bersama?" Jungkook membujuk.
Misa menggelengkan kepala. "Kita bisa makan di luar. Tidak harus makan siang. Bisa makan malam."
Jungkook menghela napas. Misa tidak tahu bahwa Jungkook bisa semanis ini padanya. Setelah kencan pertama malam itu, Jungkook membanjirinya dengan perhatian. Chat, telepon, dan lainnya. Misa tidak terbiasa dengan itu semua. Sebelum ini, selalu dia yang menunjukkan segalanya pada pemuda yang dia suka. Pemuda yang ternyata mengkhianatinya, mendekatinya untuk tujuan lain. Sial.
"Kau tahu apartemenku. Kita bisa bertemu kapan saja." Misa mencoba menghibur pemuda itu.
Mereka tak bisa bertemu setiap hari karena kegiatan yang berbeda. Jungkook dengan latihan ketatnya, dan Misa dengan tugas yang menumpuk setiap hari. Dia bahkan masih sempat menerima pekerjaan menerjemahkan jurnal bahasa asing.
Seperti siang ini, Jungkook minta Misa meluangkan waktunya untuk makan siang setelah beberapa hari mereka hanya bertukar kabar melalui chat dan telepon. Sebenarnya tidak hanya makan siang. Jungkook ingin menghabiskan akhir pekannya bersama Misa.
Kalau boleh jujur, Misa bukan gadis pertama yang dekat dengannya. Dia tahu dan sangat menyadari pesonanya mampu memikat gadis manapun. Dan Jungkook memanfaatkan itu untuk merayu mereka. Rekor terlamanya adalah dua minggu. Sedangkan rekor tercepat adalah satu malam. Just having one night sex dan kemudian berpisah begitu saja. Jungkook mudah bosan terlebih terhadap gadis yang terlalu manja dan overprotektif terhadapnya. Dia tak bisa dikekang, tak ingin dibatasi dan tentu saja tak akan pernah mau diatur.
Gadis yang paling Jungkook benci adalah tipe yang suka tebar pesona, merasa cantik hingga mengira dunia ini hanya berputar disekitarnya. Yang kedua adalah tipe gadis yang terlalu manja dan materialistis. Tipe yang selalu berpura-pura lemah dihadapannya. Dan tipe gold digger yang mendekatinya karena tahu latar belakang keluarganya. Itu sebabnya Jungkook tak pernah membawa mereka ke tempat tinggalnya.
Mobil Jungkook berhenti tak jauh dari kafe tempat mereka bertemu. Dari jendela, Jungkook bisa melihat sosok Misa dengan jelas. Gadis itu tengah duduk bersama dua gelas kopi. Perhatiannya sepenuhnya pada buku yang ada ditangannya. Misa nampak tak terganggu oleh sekitar. Padahal beberapa pemuda yang tengah lewat secara terang-terangan memandangnya.
Pintu kafe berdencing. Misa melihat Jungkook memasuki kafe dan tersenyum ke arahnya. Jungkook tampak mempesona dengan kemeja lengan pendek bergaris biru dan celana jeans. Tampilan yang sama sekali berbeda dari biasanya. Pemuda itu berjalan dengan santai kemudian mengambil tempat duduk di sebelahnya. Misa bergeser sedikit.
"I Miss you,"bisik Jungkook. Serangan tiba-tiba. Misa menyembunyikan wajahnya dibalik buku yang tengah ia baca.
"Kau baca apa?" tanya Jungkook. Tangannya merebut buku Misa, membaca halaman paling depan, paling luar. Misa merebut kembali bukunya, memasukkannya dalam tas.
"Mau makan siang dimana?" Misa bertanya sembari menyodorkan satu gelas ice americano pada pemuda di sebelahnya.
"Terserah. Aku cuma ingin bersamamu." Jawab Jungkook santai.
"Aku paling benci kata terserah, Jungkook-ssi. Aku bahkan melewatkan sarapan demi kau."
"Kalau begitu kau yang tentukan,"
Misa menahan rasa kesalnya pada Jungkook. Dia hanya ingin makan siang segera. "Kalau aku ingin makan siang di Burj Khalifa, apa kau akan membawaku ke sana?" tantangnya.
"Kau mau?" Jungkook terlihat serius, mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari entah apa.
Misa menahan tangan Jungkook. "Bercanda."
Pemuda itu tertawa, balas menepuk tangan Misa. "Aku juga."
Mereka akhirnya keluar dari kafe. Jungkook menyetir tanpa tahu tujuan selanjutnya. Sebenarnya makan memang bukan prioritas utamanya. Dia hanya ingin bersama kekasihnya.
"Mau ke Sungai Han?" tanya Misa.
"Tidak jadi makan?" Jungkook balik bertanya.
Misa mengurungkan keinginannya. Sebenarnya dia ingin sekali jalan-jalan berdua dengan Jungkook di tepi sungai Han. Apalagi cuaca hari ini sangat mendukung. Langit cerah, udara yang berhembus juga tidak sepanas biasanya. Akan sempurna kalau mereka berjalan-jalan sambil bercengkerama ringan.
Melihat Misa yang nampak ingin sekali ke Sungai Han, Jungkook mengarahkan mobilnya menuju ke sana.
"Okay. Kita bisa jalan-jalan sebentar sebelum makan." Jungkook memberitahu. Senyum muncul di wajah Misa. Jungkook memang sangat peka.
Mereka berjalan santai menyusuri tepian sungai han. Beberapa pasangan nampak melakukan hal yang sama, menikmati hari yang indah ini. Mereka berpapasan dengan pasangan yang berjalan dengan mesra, sang gadis memeluk erat tangan kekasihnya. Ada juga yang berjalan bergandengan tangan sambil bercanda.
Misa bukannya tak ingin seperti itu. Dia terlalu malu untuk memulai lebih dulu. Sementara Jungkook selalu terlihat menahan diri untuk menyentuh Misa. Sudah tiga bulan mereka bersama, tidak banyak skinship yang mereka lakukan. Bahkan, ciuman saja belum pernah.
Jungkook mengeluarkan tangannya yang sejak tadi ia masukkan dalam saku. Dia meraih tangan Misa, menggenggamnya lembut.
"Kita belum pernah jalan-jalan sambil bergandengan tangan, kan?" tanyanya.
Misa mengangguk, membalas menggenggam tangan Jungkook dengan erat.
"Apa kau selalu semanis ini, Jungkook-ssi?" tanya Misa.
"Aku bisa lebih manis kalau kau mau, Baby." Jawab Jungkook.
Dari semua gesture Jungkook, Misa tahu bahwa lelaki itu sudah berpengalaman dalam memperlakukan lawan jenisnya. Jungkook bisa menjadi sangat manis, sangat menggoda sekaligus sangat menakutkan.
Sebenarnya, jalan-jalan hanyalah alasan. Misa ingin tahu lebih banyak tentang Jungkook. Tentang masa lalunya. Tentang keluarganya. Semuanya. Dan dia pun ingin belajar sedikit terbuka agar pemuda itu bisa memahaminya.
"Ngomong-ngomong," Jungkook menghentikan langkahnya, menatap Misa. "Kita sudah tiga bulan bersama. Kapan kau akan melepaskan honorific-mu?" pemuda itu gemas karena Misa selalu memanggilnya Jungkook-ssi, menolak menyebut namanya saja.
"A...a... Itu karena aku merasa kau sebenarnya lebih tua," jawab Misa gugup.
"Kau masih belum nyaman bersamaku ya?" Jungkook pura-pura merajuk, menyebabkan Misa semakin panik.
"Tidak... bukan begitu... Aku hanya tidak tahu harus memanggilmu apa," jawab Misa cepat. Jungkook tersenyum. Baiklah kalau begitu. Dia akan membiarkan Misa mentukan panggilan untuknya dengan sabar.
"Ngomong-ngomong, apa sebutanmu untuk mantanmu dulu... Kook?"
Ganti Jungkook yang gelagapan. Kalau harus menyebutkan mantannya, tentu akan banyak. Tapi setelah diingat kembali, tak ada panggilan istimewa untuk mereka. Yah, karena semuanya hanya bertahan sebentar. Tidak terlalu istimewa.
"Tidak ada yang istimewa. Kau yang paling istimewa," jawab Jungkook.
"Eh? Barusan kau panggil apa?" pemuda itu menyadari panggilan berbeda dari Misa.
"Jungkook-ssi."
"Eng? Sepertinya tadi tidak begitu?"
"Mungkin kau salah dengar." Misa melarikan diri. Jungkook bisa mengejar gadis itu dalam sekejap. Jadi dia membiarkan Misa agak jauh sebelum mengejarnya.
Jungkook menangkap Misa, menguncinya dalam pelukan dari belakang. Misa tidak berusaha melepaskan diri, membiarkan pemuda itu mengendus rambutnya, mengecup ringan kepalanya.
"I Love you," bisik pemuda itu.
Misa berbalik menghadap Jungkook kemudian memeluknya erat. "Me too."
KAMU SEDANG MEMBACA
Des Vu
FanfictionDès Vu', berarti 'The Awareness That This Will Become A Memory' atau 'Kesadaran Bahwa Hal Ini Kelak Akan menjadi Kenangan'. Secara etimologis, 'Dès Vu' berasal dari bahasa Perancis yang penulisannya juga serupa, namun arti aslinya adalah "seen as so...