MISA
Jantung Misa masih berdebar ketika mereka sampai di kampus. Jungkook bersikeras hendak mengantarnya hingga ruangan, tapi dia menolak. Dia tak ingin menjadi pusat perhatian teman-temannya lagi. Jadi, mereka berpisah di lobi. Misa naik ke lantai dua. Kali ini kelas pertama di ruang 203.
Tadi, ketika mereka tak sengaja berpelukan, Misa bisa merasakan betapa kokohnya tubuh pemuda itu. Tangannya masih bisa merasakan punggung lebar Jungkook dan pinggangnya yang ramping. Dan dari tubuh pemuda itu tercium wangi maskulin yang sangat Misa kenal. Wangi yang menenangkan sekaligus candu bagi Misa.
"Misa," panggilan itu membuat Misa mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk.
Seora berdiri sembari menatapnya. Seperti biasa, Seora selalu menguncir rambut panjangnya dengan rapi, memulas make up sederhana di wajahnya.
"Hei, kau sudah datang?" pertanyaan retoris.
Soera mengambil tempat duduk di sebelah Misa.
"Kau baik-baik saja?" suaranya khawatir.
Misa menatap sahabatnya lalu menganggukkan kepala.
"Aku... sejak kau menghilang beberapa hari lalu, kau terlihat muram dan lebih dingin. Yah, walau biasanya kau dingin sih," Seora mengungkapkan kekhawatirannya.
Misa tersenyum. Seperti itukah pandangan orang lain terhadap dirinya? Gadis yang dingin?
"Apa aku selama ini terlihat dingin?" tanya Misa pada Seora yang terlihat gelagapan, tak menyangka akan ditanya seperti itu.
"Anu... bukan begitu...."
"Katakan saja," pinta Misa sembari tersenyum. Sungguh, dia ingin tahu bagaimana teman-teman berpikir tentangnya. Seperti apa dia dimata teman lainnya.
"Yah, terkadang kau memang dingin sih. Tapi biasanya kau masih mau main bersama teman-teman lain." Jawab Seora.
Misa menghela napas sangat dalam. Sepertinya peristiwa itu sangat mempengaruhinya. Hingga tak sadar dia mengubah sikapnya pada orang-orang disekelilingnya.
"Kau tau, sikap dinginmu itu kadang justru menjadi pelindungmu." Seora berusaha menghibur sahabatnya yang nampak murung lagi.
"Maksudnya?"
"Yah, berkat sikap dinginmu itu, pemuda-pemuda disekelilingmu harus berpikir ulang untuk mengajakmu kencan. Harus punya nyali yang besar," Seora menjawab sambil tertawa. Misa ikut tertawa. Benar juga.
Misa dan Seora menghentikan obrolan mereka. Materi pertama hari itu dimulai tepat waktu. Sesekali Misa melirik sosok yang duduk di sebelahnya. Mereka sudah bersahabat selama dua tahun, sejak keduanya masih sama-sama berstatus mahasiswa baru. Mereka sudah menghabiskan banyak waktu bersama, sudah melakukan banyak hal bersama. Karena itulah Misa mempertimbangkan untuk memberitahu Seora tentang senior brengsek yang nyaris memperkosanya. Tapi dia menunggu waktu yang tepat.
***
Materi terakhir selesai pukul 15.00. Misa melakukan peregangan ditempat duduknya. Di sebelahnya, Seora melakukan hal yang sama. Menyadari mereka melakukan hal serupa, keduanya tertawa.
"Kau mau langsung pulang?" Seora membereskan tablet dan buku yang berserakan diatas mejanya. Menjejalkannya ke dalam tas ransel, dan menangkatnya dengan satu tangan sementara tangan yang lain menggenggam jaketnya.
"Tidak. Aku harus ke suatu tempat dulu," jawab Misa.
"Mau kutemani? Memangnya kau mau kemana?" Seora penasaran.
Misa ragu untuk menjawab, "DOJO."
"DOJO?"
"Tempat berlatih taekwondo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Des Vu
FanfictionDès Vu', berarti 'The Awareness That This Will Become A Memory' atau 'Kesadaran Bahwa Hal Ini Kelak Akan menjadi Kenangan'. Secara etimologis, 'Dès Vu' berasal dari bahasa Perancis yang penulisannya juga serupa, namun arti aslinya adalah "seen as so...