Indira semakin menangisi semuanya. Ia merasa tak sanggup menceritakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap dirinya? Jangankan Ferdian? Kepada orang tuanya saja Indira tak berani mengakui bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual oleh dua orang bedeb*h yang buruk itu. Indira juga tak berniat menceritakan ini kepada siapapun, Angga, Ferdian, Aliyah atau siapa saja yang ia kenal. Ia akan memendamnya sendirian saja, yang ada dalam benaknya saat ini adalah bagaimana caranya agar dirinya tidak sampai hamil dari kedua lelaki bejat itu.
Meskipun dokter juga mengatakan banyak kepadanya, Indira memohon untuk merahasiakan hal ini kepada orang tuanya dan yang lain bahwa dirinya telah ternoda. Ini memang bukan salahnya, ini memang bukan suatu kesengajaan, bahkan hal yang hina ini sangat ia benci. Sesal, sedih dan benci, tetapi sudah terlanjur terjadi! Indira sekarang hanya berharap tidak ada kehidupan baru didalam dirinya setelah ini. Ia berharap semua bisa tertutup rapat dan tidak ada sisa yang akan muncul dalam kebusukan itu.
Indira yang menangis terisak menelungkup diatas pembaringannya di bed pasien membuat mamanya bertanya-tanya,
"apa yang terjadi, Sayang?! Tolong ceritakan kepada mamamu ini. Jangan dipendam sendiri. Ingat kau masih punya aku, papa, dan teman-teman terdekatmu bak saudara." Mama meraih lengan Indira dan menasehatinya dengan lembut. Sang mama khawatir jika Indira semakin drop dan akan tidka bagus untuk perkembangan mental dan psikologisnya ke depan.
"Mas Ferdian menelepon, Ma," ucap Indira.
"Dia lagi? Sayang, mungkin jika kamu melepaskan dia, kamu bisa lebih bahagia? Tidak seperti ini. Dia sudah lama berubah dan mungkin sudah tidak seperti Ferdian yang dulu? Jangan sakiti dirimu lagi seperti ini. Banyak yang mencintaimu dengan tulus dan tanpa pamrih," tutur kata Mama.
"Ma, semua tidak seperti yang mama tahu dan mama lihat, aku dan dia tidak terpisahkan, Ma. Indira sudah berulang kali melupakan dia, tetapi Indira yang ternyata sangat mencintai dia."
"Karena itu, Sayang. Hal itu sangat menyakitimu! Itu tidak boleh dilanjutkan. Cinta itu harus bahagia, jika sudah tak bisa dipertahankan, lalu terasa menyakitkan. Maka lepaskan. Bukankah itu akan lebih baik?" Mama mencium kening Indira.
"Indira gak bisa, Ma. Sudah berbulan-bulan aku berusaha membenci dia, nyatanya rasa itu selalu ada!" bantah Indira.
"Oke, lalu apa layak lelaki itu diperjuangkan jika dia sama sekali tidak memperjuangkanmu? Apa kamu mau diperlakukan dengan sikap yang seperti ini terus? Kondisimu yang begini? Ke mana dia sama sekali tidak muncul?" Mama mulai menggunakan nada tinggi.
Bagaimana caranya agar Indira bisa mengatakan kepada mamanya, bahwa Ferdian sedang dijebak oleh wanita yang jahat? Bagaimana menjelaskan masalah yang begitu panjang ini? Lalu bagaimana dampak yang akan muncul pada akhirnya diantara mereka? Jangan-jangan orang tuanya minta kepada Indira.untuk berpisah secepatnya karena tahu kenyataan yang terjadi sangat rumit dan seakan tak ada jalan lagi? Posisi di sini adalah Indira yang dirugikan dan disakiti. Saat ini adalah hal yang terberat ia rasakan. Aliya dan Angga tahu memang kenyataannya, tapi tidak segamblang yang ada.
"Dia, sedang berobat ke luar Negeri, Ma. Dia sudah pergi jauh sebelum Indira sakit begini dan mama tahu alasannya dia rela berobat ke luar negeri? Dia bilang ingin segera sembuh, lalu ingin segera menikahi Indira. Dia sudah lelah dengan banyaknya masalah yang hadir dan menjauhkan kita. Karena itu dia tak ingin lagi kami ada masalah." Indira memberikan alasan.
"Lalu, setelah sekian hari, dia baru menelepon sekali? Cinta macam apa itu? Mama jadi kurang respek sama dia lagi!" sahut bu Yasmin sedikit sewot.
"Ma, dia sedang berada di Singapura dan dia sedang merepotkan salah satu familinya. Tentu dia juga tidak enak jika melakukan sesuatu dengan loss, apalagi dia mengaku ponselnya rusak dan belum bisa menggantinya? Mana mungkin sudah banyak kerepotan yang ia ciptakan, masih meminta ponsel atau apalah yang takutnya malam memberatkan." Indira masih membela.
"Sayang, cinta dan sayang itu boleh, tapi Jagan buta juga. Mama hanya terlalu sayang kepadamu. Mama tak ingin kamu menangis dan bersedih lagi, jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang. Mama sangat menyayangimu, begitupun papa!" Mama menitikkan. Air mata lalu berlalu meninggalkan kamar itu.
"Mama tidak ingin berdebat lagi, mama hanya ingin yang terbaik untukmu dan kebahagiaan buat kamu," ucap beliau sambil berlalu dan menutup pintu kamar.
Indira lalu menangis sejadinya. Bukan salah mamanya jika salah memahami keadaan, memang dirinyalah yang tidak mau terbuka dan jujur dengan apa yang tengah terjadi ini. Bagaimana orang lain bisa mengerti jika dia yang tahu semuanya menutup mulut rapat-rapat akan sebuah kenyataan? Lalu kalau memang harus diceritakan, apakah mamanya akan tetap mendukung hubungan cintanya? Atau justru meminta dia meninggalkannya karena terlalu rumit dan terlalu beresiko? Indira masih diliputi kebingungan dan banyak kesedihan. Dia sendirian dan bertahan demi sebuah keinginan hati.
Kebahagiaan yang hakiki."Hai, Cinta! Bagaimana kabar kamu? Aku lihat mama tidak ada di luar. Aku tidak mengetuk pintu karena aku lihat di kaca, kamu sedang tidak tidur dan melihat ke arahku tadi," ucap lelaki yang selalu ada untuknya. Angga, dia membawa buah tangan dan mendekat kepada Indira.
"Hum, iya, Mas." Indira menundukkan kepalanya. Dia tahu bahwa Angga pasti sudah melihatnya menangis.
"Hei, kamu menangis? Kenapa, Ra? Katakan kepadaku. Jangan sungkan! Kau tahu aku siapa?" tawar Angga.
"Baru saja mas Ferdian meneleponku. Aku kaget saja," ungkapnya.
"Oh, ya?" jawab Angga singkat.
Angga segera duduk dan dari ekspresinya sia untuk serius mendengarkan keluh kesah Indira. Tentu membahas tentang Ferdian yang tiba-tiba menghilang adalah hal yang sangat mendebarkan karena banyak pertanyaan yang butuh jawabannya sekarang juga dan jawabannya pasti semua sudah Indria kantongi. Indira mulai menceritakan semuanya. Tentu ini adalah hal yang menggembirakan bagi Angga, tetapi giliran mendengar bahwa posisi Ferdian ternyata di Singapura, tempat Miranda.
Ferdian sekarang tinggal serumah dengan wanita itu membuat Angga jadi sedikit negatif thinking. Bagi Angga, Indira akan tersakiti lagi. Kalau sudah sampai serumah ya jelas akan semakin besar kemungkinan terjadinya pernikahan. Apalagi orang yang menghalalkan segala cara seperti Miranda! Tentu akan sangat mudah menjebak Ferdian semakin dalam dan tak bisa lepas lagi dari Miranda. Angga begitu cemas ketika harapan Indira begitu tinggi ia gantungkan di pundak Indira. Jelas-jelas itu suatu yang sangat berat dan bahkan resiko dilukai lebih dalam lagi.
Kenapa Indira tidak mau memandangnya? Apa yang salah dan kurang dari dirinya? Angga sudah mencoba banyak cara dan melakukan segalanya demi kebahagiaan Indira? Namun semua kembali lagi kepada gadis itu, karena hati dan cinta tak bisa dipaksakan. Angga kecewa lagi. Harapannya pupus lagi untuk bisa meraih Indira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijebak Wanita Liar (Revisi)
RomantizmHaiii Sahabat, Novel ini Eksklusive Up 2 Bab setiap hari hanya di NovelLife by Like_FR. Bisa lanjut di sana. Terima kasih. Bagaimana perasaanmu jika kekasihmu yang selama ini setia, menyayangimu dan berada di dekatmu sejak SMA, tiba-tiba harus pergi...