12

411 75 4
                                    


Ternyata yang dibawa owl itu adalah howler. Seisi great hall hening ingin mendengar apalagi Draco dan antek-anteknya yang sangat antusias.

Wah beruntung sekali dia. Ibu nya susah-susah membuat howler.

Sudah lupakan Arlynx. Fokus tujuan mu.

Aku mencoba tidak peduli dengan isi howler itu lalu melanjutkan makan dan minum teh dengan tenang.

°°°

Sekarang kami di perjalanan menuju kelas PTIH. Draco dan yang lain terus menertawakan pesan howler itu. Aku dan Zabini yang terganggu pun saling bertatapan.

Seolah mengerti satu sama lain kami berdua mengangguk berbarengan lalu berjalan cepat mendahului mereka.

"Aduh" kataku. Berapa kali orang mau menyakiti perut kotak-kotak setengah jadi ini?

Dari arah berlawanan anak perempuan berjalan dengan menunduk sampai-sampai menabrak.

"Hei kalau berjalan lihat-lihat" kataku.

Dia hanya semakin menundukkan kepala lalu mengangguk. Aku yang bingung pun menoleh pada Zabini yang berada disamping.

"Apa kau bisa bicara?" kata Zabini. Wah dia memang tidak bisa basa basi.

"Ya, maafkan aku" jawab anak itu lalu hendak kabur.

Grep!

"Tidak cukup kata maaf kau tau dasar mudblood" Draco datang dan menahan tangan anak itu.

Lalu anak itu mengangkat wajahnya dengan tatapan tajam. Ah si Kristein.

"Wah kau sudah berani ya haha" kata Draco dengan tawa remeh antek-anteknya juga ikut tertawa.

Aku yang melihat pun hanya bisa menunjukkan wajah kasihan. Tapi si Kristein ini seperti nya tidak mau dikasihani ya. Dia malah menatapku dengan tatapan yang lebih tajam.

Biasanya orang akan memperlihatkan tatapan meminta tolong bukan?

Hahh sombong sekali sih. Kau tak ingin dikasihani ya? Baiklah kalau begitu.

Aku tanpa sadar tersenyum miring dan disadari oleh Zabini, dia langsung berjaga takut-takut aku hilang kendali.

Tenang saja padahal. Aku tak akan menyakiti fisik hehe♡

"Oi Draco~

Jangan begitu kasihan dia mau pergi ke perpustakaan dan mencari cara bagaimana menjadi pureblood" kataku dengan suara yang aku saja geli mendengarnya, dan diakhiri senyum miring.

Draco dan antek-anteknya yang mengerti aku sudah mulai kesal dan berniat ikut merundung pun juga membalas tersenyum miring.

"Wah tapi bagaimana ya" kata ku dengan wajah bingung dan sebelah tangan didagu berpose sedang berpikir.

Lalu wajahku mulai berubah dingin dan mengintimidasi.

"Mau kau mencari sampai matipun tak akan pernah kau temukan" kataku dengan tatapan tajam.



Lupakan kejadian tadi. Itu memalukan. Sampai sekarang mereka masih membicarakannya. Anak-anak slytherin yang bangga padaku dan anak-anak asrama lain yang menatapku tajam.

Saat dipuji anak slytherin pipiku merona. Saat dibicarakan anak lain aku menatap mereka tajam seolah mereka akan langsung berlubang.

"Aku merinding melihat yang tadi" kata anak yang berbisik-bisik tapi terdengar seluruh ruangan.

"Hmm dia benar tuh cousin

Dengar jangan cari gara-gara dengan Black nanti kena mental!" kata Draco diakhiri teriak. Anak slytherin yang setuju pun menganggukan kepala dengan terkekeh.

Aku yang tak bisa menahan lebih lama pun menyembunyikan wajahku diantara lipatan tanganku.


Kelas dimulai. Orang narsis itu muncul dan memperkenalkan diri dengan narsisnya.

Entah apa yang dilihat dari dia. Mengapa anak-anak perempuan sangat terpesona?

Dia tersenyum dengan konyolnya.

"Psstt dengar, saat dia tersenyum dia terlihat seperti kuda" kataku berbisik pada mereka.

Mereka pun tertawa. Memang terkekeh tapi kan banyak, jadi terdengar mengganggu mungkin sehingga atensi mereka menuju pada kami.

Aku yang sumber kebisingan tadi pun hanya melihat kedepan dengan wajah tak berdosa. Sedangkan mereka bahkan Zabini masih lanjut tertawa.

"Kuda ahahahah"

Aku pun jadi ikut tertawa.

Sementara anak asrama lain dan orang narsis yang tak mengerti apa konteks nya hanya menatap bingung.

"Baiklah hentikan teman-teman guru PTIH kita merasa terganggu" kataku setelah menghentikan tawa walaupum masih terkekeh.

Lalu mereka berhenti tertawa dan orang narsis itu mendekati kami.

Mau apa dia? Jangan dekat-dekat nanti menular.

"Kau" katanya menunjukku.

Aku yang bingung pun menunjuk diri sendiri.

"Saya?"

"Kau tak kenal aku?"

Hah?

Dia berjalan kebelakang hanya untuk menanyakan hal itu?

Aku melirik teman-temanku lalu tersenyum miring dan mengangkat satu alis. Mereka yang melihat pun ikut tersenyum miring.

"Ah tentu saja saya atau bahkan kami semua mengenal anda" kataku.

"Benarkah? Lalu siapa aku ini?" katanya.

Hahh..

"Anda itu...

Kasir toko buku kan" kataku dengan wajah polos lalu anak-anak yang lain tertawa.

Bahkan anak asrama lain tertawa, kecuali anak perempuan kurasa.

Orang narsis itu marah sepertinya. Dia menatap tajam dan mengeluarkan tongkat nya.

"Ahh anda ini tak memperhatikan saat prof. Dombledore memberitahu peraturan sekolah ya,

Sungguh tak sopan pada orang tua" kataku dengan tatapan tajam.

Dia sekarang malu. Sedikit gelagapan lalu berbalik dan kembali berjalan kedepan kelas.

Lalu dia pun banyak beromong kosong tentang tindakannya barusan dan mengalihkannya menuju...

Cornish pixies?




Voment🔥

Sirius Son ɪɪ (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang