Sirius Son ɪɪ (end)

19

"Ayo ikuti kami"

"Kemana?" kataku bingung tapi tetap mengikuti mereka.

"Kami punya informasi"

"Monster yang ada di kamar rahasia itu ular basilisk"

Aku kaget.

"Jika seperti itu maka orang-orang yang membeku?"

"Mereka tidak langsung melihat mata nya selalu ada media"

"Maka itu menjelaskan semua nya,

Tunggu mengapa kita ke toilet?" kataku.

"Lihatlah"

Lalu kami masuk ke toilet tempat dimana aku memergoki mereka.

"Oh hai Harry

Arlynx juga hihihi"

Sapa hantu disana. Tunggu siapa namanya?

"Hai Myrtle"

Ah itu namanya.

"Bisakah kau ceritakan bagaimana kau mati?"

Dasar tidak sopan. Begitu sih menurutku sebelumnya.

Tapi saat aku mendengar, aku langsung menyimpulkan jika dia itu muggleborn yang mati 50 tahun lalu.

Saat dia bilang orang yang aneh itu didepan wastafel kami langsung menuju kesana.

"Ini lambang ular"

"Bicara bahasa ular Harry"

Si Pottah lalu mendesis dan wastafel itu terbuka seperti gerbang. Tapi jalan masuknya seperti sumur.

"Baiklah aku tak dibutuhkan lag-"

Aku buru-buru menahan orang narsis itu dengan kedua tanganku di dada nya. Lalu memusatkan semua kekuatanku yang ada untuk mendorongnya.

Alhasil itu terlalu kuat dan dia langsung jatuh ke pintu masuk nya.

Mereka berdua melihatku dengan bingung.

"Ups" kataku dengan wajah tak berdosa.

"Kotor sekali dibawah" kata orang narsis itu berteriak.

"Baiklah ayo"

"Harry! Arlynx! Jika kalian mati aku mau berbagi toilet dengan kalian"

Kata hantu itu tapi aku tak memperdulikannya dan langsung melompat turun.

Maaf Apolo tapi kau lama! Jadi aku tak membawa tongkatku deh, Hahhh.

Kami sampai dibawah si Weasley langsung menodong tongkat pada orang narsis itu.

"Kalau ada pergerakan, pejamkan mata"

Kami hanya mengangguk.

Sementara si Weasley memperhatikan orang narsis itu. Aku mengikuti si Pottah.

"Ini kulit ular Pottah"

Bruk!

Orang narsis itu pingsan.

"Katanya orang ini berhati singa"

Aku hanya menghela nafas tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Si orang narsis itu bangun lalu merebut tongkat Weasley.

"Petualangan selesai anak-anak"

Sudah kuduga dan itu tak akan berhasil. Aku hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala sementara dua orang griffindor itu panik seperti orang bodoh.