Bab 11. Rumah kita, Sayang

226 4 3
                                    

"Pulang? Rencana aku mau nginap disini malam ini sama kamu."

"Apa?" ujar Embun memekik kaget. Pasalnya, ia takut jika hanya tinggal berdua dengan Alaska malam ini.

"Bukannya kamu adalah istriku?" ujar Alaska seakan tau apa yang Embun pikirkan.

"A ... aku tidak membawa baju ganti," kilah Embun.

Alaska lalu berjalan ke lemari kaca, lalu membukanya. Disana, terlihat pakaian wanita yang sangat banyak.

"Sayang, aku sudah menyiapkannya. Kamu tinggal pilih saja yang ingin kamu kenakan. Kamu mau pakai apa? Piyama, Daster, Chemise, Romper, Nightgown, Peignoir, Night Robe, Slip Dress atau kamu mau Lingerie?" ujar Alaska seraya menunjukkan satu persatu baju tidur yang ada didalam lemari Embun.

Embun lantas bergidik ngeri. Meski ada baju piyama disana, tapi celananya membuat Embun tidak ingin memakainya.

"Kamu sengaja ya, memilih pakaian tidur yang seksi-seksi!"

"Tidak. Itu biar kamu nyaman aja tidurnya."

"Nyaman dari mananya, coba!" pikir Embun dalam hati.

"Kalau kamu butuh sesuatu lagi, bilang saja."

Embun lantas menggelengkan kepalanya tanpa minat.

"Aku tidak butuh apa-apa. Aku hanya ingin pulang."

"Kamu mau pulang ke mana, kita sudah dirumah, sayang."

"Aku mau ke rumah mama."

"Baiklah. Tapi sebelum itu, kita harus melakukan satu hal dulu."

"Apa?" tanya Embun yang dihinggapi alarm berbahaya. Ia lalu perlahan-lahan mundur ke belakang.

Alaska tersenyum kecil sambil melangkah maju mendekati Embun.

Duk, Embun sudah tidak bisa ke mana-mana lagi. Tubuhnya sudah terkatuk pinggiran tempat tidur dan ia juga tidak memiliki posisi yang pas untuk kabur.

"Kenapa kamu terus melangkah maju!"

"Sayang, apa kamu tidak ingat. Kamu lah yang lebih dahulu mundur ke belakang."

"Berhenti! Jangan maju lagi," ujar Embun panik. Sedangkan Alaska kian melebarkan senyumnya.

Saat Alaska kian mendekat, Embun langsung menutup matanya dengan tangannya. Melihat hal itu, Alaska langsung saja tertawa.

Dengan tawa yang kian mengusiknya, Embun pun perlahan-lahan membuka matanya. Ia begitu kesal melihat Alaska yang tertawa begitu lepas.

"Puas mengerjaiku?"

"Siapa yang menjahili kamu?"

"Lalu tadi apa?"

"Aku hanya ingin memperbaiki bantal itu," tunjuk Alaska pada bantal kepala dibelakang Embun yang terlihat tidak beraturan.

Embun lantas menoleh ke belakang.

"Selesai," ujar Alaska setelah memperbaikinya. "Ayo, kita pulang sekarang."

Embun mengangguk mengiyakan. Mereka pun berlalu dari kamar yang akan mereka tempati kelak.

Sepanjang jalan pulang kerumah, Embun tetap diam. Sungguh, hari ini Alaska selalu membuat jantungnya deg-degan. Bukan karena ia telah jatuh cinta padanya, melainkan karena tingkah laku dari Alaska yang tidak terduga olehnya.

"Sayang, kita mampir di toko brownies dulu, ya."

Satu detik, dua tidak, tiga detik, tidak ada jawaban dari Embun. Alaska lantas menyentuh tangan Embun, berniat untuk menyadarkannya.

Bukan Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang