"Jika kamu membantu kak Lisa kali ini, aku janji akan memenuhi apapun yang kamu minta," ucap Embun tanpa pikir panjang.
Alaska langsung saja berbalik melihat Embun. Ia lalu menaikkan alisnya tak percaya akan perkataan Embun barusan.
"Terbuat dari apa hati wanita ini?" batin Alaska seraya menatap lekat wajah yang terlihat penuh harap didepannya ini.
Alaska tak habis pikir, bagaimana bisa Embun dengan mudahnya berjanji tanpa mengetahui apa yang ingin dimintanya dari Embun! Apa ia tidak takut kalau ia akan meminta macam-macam, sehingga Embun tidak bisa menempatinya!
Perlahan, ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga Embun dan mulai berbisik di telinganya.
"Apapun?" tanya Alaska dengan suara serak hingga membuat Embun merinding.
"I ... iya, A ... apapun," jawab Embun gugup.
"Baiklah, aku akan menagih janjimu setelah kamu masuk ke dalam kamar," ujar Alaska seraya kembali menarik wajahnya menjauh dari Embun.
"Jadi kamu mau membantu kak Lisa?" tanya Embun memastikan dengan mata berbinar cerah.
Alaska pun mengangguk sebagai jawabannya. Embun yang kelewat senang, secara tak sadar mengecup pipi Alaska. Setelahnya, Embun buru-buru meninggalkan Alaska yang terkejut akibat tindakan Embun yang tiba-tiba itu.
"Hangat!" ujar Alaska tanpa sadar menyentuh pipinya yang telah di kecup oleh Embun.
Berbeda dengan Embun, ia masih tidak sadar akan apa yang telah ia lakukan pada Alaska. Bahkan, sepanjang jalan menuju ruang tamu, senyuman diwajahnya tidak pernah pudar walau sedetik.
Setibanya diruangan tamu, Lisa lantas berdiri menghampiri Embun.
"Embun! Bagaimana, aku bisakan menginap disini?" tanya Lisa.
"Iya, kakak bisa menginap disini. Ayo, Embun antar ke kamar tamu," ujar Embun.
Saat Embun hendak mengantar Lisa, Lisa kembali memanggil Embun.
"Iya, kak?"
"Bisa bantu kakak membawa koper ini, tidak. Kakak capek habis perjalanan jauh."
"Bisa, kak," ujar Embun tersenyum. Ia lalu mengambil alih koper Lisa lalu berjalan duluan menuju kamar tamu.
Lisa yang berada dibelakang Embun lantas tersenyum meremehkan. Ia meremehkan Embun yang terlalu gampang untuk di manfaatkan.
Dalam hati ia berkata, "aku akan merebut apa yang sebenarnya menjadi milikku!"
Sesampainya didepan kamar tamu, Embun lantas membuka pintu kamar dan mempersilakan Lisa untuk masuk.
"Terima kasih, ya. Kakak tidak tau lagi harus ke mana kalau ngga ada kamu," ujarnya basa-basi.
"Sama-sama, kak. Kakak, istirahatlah. Pasti kakak lelah habis perjalanan jauh."
"Hem, kamu benar. Bahkan saat ini kakak ingin segera beristirahat."
"Baiklah, Embun pergi dulu. Kalau ada yang kakak butuhkan, panggil Embun saja," ujar Embun.
"Iya.
Seperginya Embun dari kamar tamu, Lisa membanting kopernya kesal. Jika saja atm dan ponselnya tidak disita oleh mama, ia pasti tidak akan mungkin datang memohon pada Embun yang jelas-jelas telah mengambil statusnya sebagai istri dari Alaska.
Apalagi memohon pada orang yang dibencinya, bukalah salah satu gayanya. Hanya saja, keadaan ini lah yang memaksanya harus mengucapkan kata mohon itu.
"Kamu pikir aku sudah berubah? Hah! Tunggu saja, aku akan merebut apa yang sebenarnya menjadi milikku," gumam Lisa diakhiri dengan tawa yang menggelegar diseluruh kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Pengganti
RomansaEmbun menjadi istri pengganti demi menyelamatkan martabat keluarga dari rasa malu yang dibuat oleh kakak yang kabur entah kemana. Kakak Embun berulah lagi, Lalu kenapa jadi Embun yang harus menggantikannya?