"Cantik sekali," puji salah satu wanita yang membantuku ini.
"Iya, jujur saja aku baru melihat calon pengantin se cantik kamu. Kamu seperti putri dari negeri dongeng," ucap salah satunya lagi.
Aku pun tersenyum mencoba menyenangkan mereka berdua yang telah salah memuji. Kenapa aku katakan salah, karena sebenarnya orang yang pantas dipuji adalah kak Lisa bukan aku yang malah terdampar di kamarnya.
Setelah semua selesai, dua wanita ini pun keluar memanggil Ibu dan Ayah.
"Ayo kita keluar," ajak Ibu yang menggandeng tanganku keluar dari kamar Kak Lisa. Sedangkan Ayah membantuku mengangkat ekor gaun pengantin ini yang panjangnya melebihi 1 meter.
Sesampainya diruangan tengah, Ayah berpindah tempat ke samping kananku, menggandeng tanganku untuk membawaku ke tempat pengantin pria yang telah menunggu.
Aku menoleh ke samping melihat Ayah, berharap Ayah mau menolongku lagi dari pernikahan ini. Namun, semua sia-sia karena Ayah tak sedikitpun menoleh padaku hingga aku sampai tempat akad nikah akan dilaksanakan.
Dijarak kurang 10 meter, aku dapat melihat seorang lelaki memakai tuxedo yang akan menjadi suamiku sebentar lagi. Dia seakan menatapku tajam hendak memangsaku. Mungkinkah tatapan itu tatapan marah? Atau tatapan lelaki yang kelaparan akan perempuan.
***
Pov Alaska
Coba saja aku tau jika Lisa akan kabur di hari pernikahan kami, aku tidak akan menerima permintaannya untuk menikahinya dalam waktu dekat ini. Sial, mau membatalkannya malah akan membuatku dan keluargaku harus menanggung malu.Lihat saja, jika nanti aku mengetahui keberadaannya, aku akan membuatnya menyesal karena telah menempatkan aku di situasi yang salah seperti ini.
Lisa, Lisa, Aelisa fadillah putri, tunggu saja pembalasan dari tuan muda Alaska. Pikirku tersenyum miring saat tau rencana yang akan aku jalankan pada Lisa, mantan calon istriku.
Aku tersadar jika calon pengantinku baru saja kabur dari rumahnya dengan meninggalkan sepucuk surat yang bertuliskan bahwa dia ingin mengejar impiannya menjadi model.
Dengan tidak menjadi model pun, aku masih bisa menghidupinya layaknya seorang ratu disebuah kerajaan. Hanya saja, ia lebih memilih menjadi model daripada diriku.,
Baiklah aku terima keputusannya itu, tapi jangan harap kalau aku akan melepaskannya begitu saja.
Setelah beberapa saat bergelut dalam pikiran, aku mencoba menenangkan diri dengan berjalan keluar mencari udara segar di sekitar halaman rumah Aunty Safira. Aku tau, para tamu pasti memandangku heran. Tapi, aku tidak peduli. Aku hanya ingin memenangkan diri saja.
Saat aku tengah menenangkan diri, dari arah luar rumah aku melihat seorang perempuan yang tengah menarik koper, baru saja memasuki halaman rumah Aunty Safira.
Aku tak kenal padanya karena aku baru pertama kali melihatnya. Lisa pun tak pernah memberitauku tentang dia.
Ku lihat di berhenti disalah satu tamu undangan. Entahlah apa yang dikatakan Ibu berbaju kebaya itu sampai-sampai wanita itu menjadi terkejut. Aku bisa mengetahui jika wanita itu terkejut dengan melihat ekspresi wajah yang tampilkan. Lucu, aku suka dengan ekspresinya.
Sadar Alaska sadar. Apa-apaan kamu bisa memperhatikan wanita sampai sebegitu detailnya saat kamu merasa kecewa. Aku mengusap wajah kasar dan berbalik masuk ke dalam rumah.
Sesampainya aku didalam rumah, ku lihat Mommy mendatangiku. Sepertinya Mommy ingin mengatakan suatu hal padaku.
"Bisa ikut Mommy sebentar, Nak?" ajak Mommy sambil memegang tanganku untuk mengikutinya
Aku mengangguk dan mengikuti Mommy dari belakang. Aku tidak tau kebagian mana rumah ini Mommy ingin mengajakku bicara. Aku pun hanya mengikuti saja langkah Mommy yang berjalan cepat didepanku.
Sesampainya kami di taman samping rumah Aunty Safira, Mommy pun melepaskan tanganku. Saat Mommy ingin mengucapkan sesuatu, lebih dahulu Mommy dipanggil sama Opah.
"Tunggu Mommy disini," ujar Mommy sebelum meninggalkanku seorang diri.
"Iya, Mom." ucapku yang lebih memilih duduk dibangku yang berada di taman kecil Aunty Safira.
Saat sedang menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, tiba-tiba aku melihat wanita itu lagi yang sedang menarik kopernya. Dia terlihat berjalan sangat hati-hati seakan tidak ingin ketahuan oleh siapapun.
Aku lantas beranjak dari tempat duduk dan malah mengikuti gerak-geriknya hingga dia sampai dipintu samping rumah Aunty Safira.
Aku dengar dia mengucapkan Salam dan menyebutkan namanya. Ternyata namanya adalah Embun. Cantik, pujiku.
Tapi apa hubungannya dengan Aunty Safira, aku sendiri juga masih penasaran. Aku tambah mendekat ingin mengetahui apa yang selanjutnya terjadi.
Jika orang melihat tingkahku saat ini, mungkin orang-orang akan mengira diriku adalah seorang pencuri berpakaian tuxedo mahal.
Masa bodoh, pencuri kek, perampok kek, aku tidak peduli lagi. Satu hal yang aku penasarankan saat ini adalah mengetahui siapa wanita bernama Embun ini.
Ayah? aku kembali mendengar kalau dia memanggil Uncle Faris dengan sebutkan Ayah. Apa dia saudari Lisa? Tapi Lisa tidak pernah bercerita tentang dia.
Saat aku ingin bertambah dekat lagi, aku kaget saat seseorang dari belakangku menepuk pundakku.
"Alaska."
"Mommy, ada apa Mom?" tanyaku mencoba bersikap se-santai mungkin.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Mommy
Mommy menaik turunkan alisnya, menatapku penuh selidik.
"Ngga ada Mom, Mommy dan Opah bicara apa tadi?" tanya ku
"Jangan bicara disini, ngga enak." ucap Mommy kembali menarik tanganku ketempat semula.
Sesampainya kami disana, Mommy langsung saja mengatakan, "Mommy rasa pernikahanmu harus dibatalkan, Nak."
Aku maju selangkah dan membelakangi Mommy, seraya berujar, "Tidak, Mom. Pernikahan ini tidak akan batal. Alaska janji."
Aku pun berlalu meninggalkan Mommy yang kurasa terkejut mendengar perkataanku.
POV Alaska End.
To be continued.
By Zona Novel Romantis
![](https://img.wattpad.com/cover/298836863-288-k814721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Pengganti
RomanceEmbun menjadi istri pengganti demi menyelamatkan martabat keluarga dari rasa malu yang dibuat oleh kakak yang kabur entah kemana. Kakak Embun berulah lagi, Lalu kenapa jadi Embun yang harus menggantikannya?