22. Egois!

49 5 0
                                    

Viona, sebagai kepala sekolah dan penanggung jawab kemping tahun ini langsung mengernyit heran melihat semua menu yang ada didepan mereka. Bahkan juga menu khusus di meja khusus yang sudah di duduki keponakannya itu.

Semuanya lengkap.

Lengkap dengan Maxim yang juga berada disana disamping Bianca dengan bertopang dagu menatap Alsa senang.

Hanya Alsa, Albert dan Bianca yang ada disana. Sedangkan yang lain berdiri dibalik meja dan tersenyum lebar padanya.

"Selamat makan teman-teman, ini spesial dari kami" mereka langsung bertempur tangan meriah. Padahal mereka sudah berpikir buruk tentang makan siang mereka karena pengalaman tadi pagi.

Tapi senyum Kelvin dan ucapan semangat lelaki itu membuat mereka sadar, apa yang mereka lihat ini bukanlah fatamorgana semata. Ini nyata, semua makanan didepan mereka nyata.

"Kalian ternyata bisa masak ya" Viona tersenyum mengejek, kedua netra nya menatap tajam Maxim yang bahkan tidak menatapnya sama sekali. Seolah disini hanya ada Alsa, sampai kehadirannya yang sebagai kepala sekolah disini saja tidak bisa membuat Maxim mengalihkan pandangannya walaupun hanya sebentar.

"Ini khusus untuk kamu sayang" Viona menghela nafas jengkel. Tangan Maxim tergerak menggeser satu piring salad buah untuk Alsa, dan kemudian kembali tersenyum lebar saat Alsa menerimanya.

"Sayang mau"  dan Alsa malah menyuapi Albert yang sejak tadi hanya menatap tajam Maxim.

Keduanya memang tidak bisa dibiarkan bersama. Albert dan Maxim sudah Tidak akur sejak dulu. Bahkan sejak Albert dan Alsa masih bayi. Setiap kali Maxim mendekat ingin melihat Alsa, Albert pasti akan menangis keras membuat semuanya panik, membuat mereka dengan segera menjauhkan Maxim dari Alsa dan barulah Albert diam

Dan ternyata itu berlangsung sampai sekarang, keduanya benar-benar tidak bisa akur.

"Kakak mau juga dong Sayang" Bianca menepuk keras tangan Maxim, Albert langsung mengacungkan garpu ditangannya tepat didepan wajah Maxim, Alsa yang melihat itu memukul tangan Albert cepat, Albert tidak lupa bukan. Ia masih marah dengan saudaranya ini.

Albert menatap Alsa aneh, kenapa sejak tadi Alsa terus menatapnya sinis, walaupun menyuapinya tapi Alsa terus sesinis itu padanya.

"Kamu kenapa princess" ternyata memang Albert tidak sadar diri, Alsa menaikkan satu alisnya dan menatap Albert tak senang.

Pertikaian mereka memang bukan masalah besar. Tapi Albert harus paham, apa yang ia inginkan seharusnya tidak Albert hancurkan.

Bunganya, coklatnya. Albert menghancurkan keduanya.

Walaupun itu dari Maxim, tapi seharusnya Albert tahu Maxim sudah menyelamatkan mereka.

Alsa membanting sendoknya kasar, membuat semuanya terdiam dan menatap kearah meja Alsa dan Albert penasaran.

Viona yang melihat itu langsung menghela nafas berat, kali ini apalagi yang sikembar perbuat.

"Kakak benar-benar gak peka ya, kakak merusak mood aku. Kakak benar-benar keterlaluan" Albert merotasi kan matanya kesal, Alsa menentangnya. CK! Sebagai adiknya yang manis Alsa harus tetap jadi seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang