“Kak! Kak! Bolanya oper kemari!”
“Baik. Haejun, siap di sana!!!”
Dug!
Lapangan bermain perumahan Pyeonhyun nampak ramai karena beberapa anak-anak sedang bermain sepak bola. Hyujeon, seorang bocah berumur 12 tahun itu baru saja menendang bola ke arah Haejun, sang adik. Namun sayang, bukannya teroper ke arah Haejun, bola itu justru melesat jauh ke arah hutan di pinggir lapangan bermain.
Tentu saja hal itu membuat semua anak-anak yang bermain sepak bola tak dapat menahan ekspresi kaget mereka. Semua mata tertuju ke arah dimana bola tersebut pergi.
“Yha! Hyujeon, apa yang kau lakukan?” Kesal salah seorang bocah laki-laki yang mengenakan baju berwarna kuning bergambar ultramen.
“Aku tidak sengaja.” Jawab Hyujeon yang merasa bersalah. Tentu saja, karena bola itu juga bukanlah bola miliknya. Dan kalau sampai hilang, maka ia harus bersiap untuk menggantinya.
“Aku akan mengambilnya. Kalian tunggu di sini.” Ucap Hyujeon.
“Aku ikut, kak.” Haejun segera berlari menghampiri kakaknya. Setelah mendapat anggukan singkat dari Hyujeon, keduanya pun masuk ke dalam hutan untuk mencari bola yang hilang tersebut.
Hyujeon dan Haejun berjalan berdampingan sembari terus masuk ke dalam hutan. Hutan di pinggir lapangan bermain perumahan mereka benar-benar gelap dan sunyi. Hari ini bahkan baru pukul tiga sore, tetapi di dalam hutan terasa seperti sudah jam sepuluh malam.
“Kak, kata ibu, kitakan tidak boleh masuk ke hutan ini. Bahaya ...” Celetuk Haejun di tengah-tengah pencarian mereka.
Hyujeon menyenggol lengan adiknya itu. “Diam! Terus saja mencari bolanya. Kalau sampai tidak ketemu, kita harus bilang apa ke ibu? Bola kaki tidak murah, Haejun.” Balas Hyujeon dengan kedua matanya terus fokus mencari.
Haejun hanya dapat menghela napas. Ia menelan pelan salivanya. Suara jangkrik dan berbagai serangga terdengar semakin jelas ketika mereka mulai memasuki tengah hutan.
“Itu bolanya!” Celetuk Hyujeon tiba-tiba. Ia pun berlari mengambil bola yang sedari tadi mereka cari-cari. Tak mau tertinggal, Haejun melangkahkan kedua kaki kecilnya itu mengikuti sang kakak karena jujur saja, ia takut.
“Haejun, ayo, kembali ke lapangan!” Ajak Hyujeon kemudian.
Belum sempat melangkahkan kakinya untuk pergi, pergerakan Hyujeon terhenti ketika ia mencoba menarik lengan Haejun. Tentu saja ia bingung dengan sikap adiknya itu. Dilihatnya Haejun yang saat ini sedang menatap ke arah sebuah pohon besar di dekat mereka.
“Ada apa?” Tanya Hyujeon mencoba menyadarkan Haejun dari lamunannya.
“Kak, itu apa?” Jari telunjuk Haejun menunjuk ke arah tanah di depan pohon besar itu. Dan ketika Hyujeon perhatikan lagi, kedua matanya samar-samar melihat sesuatu yang berwarna putih keluar dari dalam tanah tersebut.
“Tetap di belakangku!” Perintah Hyujeon kemudian menarik Haejun untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. Keduanya pun perlahan berjalan mendekat ke arah pohon besar itu. Dan ternyata, sesuatu berwarna putih yang Hyujeon dan Haejun liat adalah sebuah kain.
Entah kain apa itu, mereka tidak tau. Karena rasa penasaran terus bergejolak di benak Hyujeon, ia pun menarik kain itu, mencoba mengambilnya untuk memastikan kalau itu mungkin hanya kain yang dibuang atau sesuatu yang tidak berguna. Tetapi ternyata menarik kain tersebut dari dalam tanah, lebih sulit daripada dugaannya. Ia pun mencari cara lalu menggali tanah dimana kain itu terkubur.
Setelah berhasil menggalinya, kedua mata Hyujeon sukses dibuat terbelalak. Rupanya ada sesuatu yang dikubur di dalam tanah dan dibungkus dengan kain putih itu. Karena mungkin saja sudah lama dipendam, kain tersebut sudah sangat kotor dengan tanah, sehingga warna kain yang terpendam terlihat seperti bukan warna putih lagi.
“Kak, apa mungkin itu ...” Haejun mencengkram lengan Hyujeon erat. Ia ketakutan. Karena ia pikir yang mereka temukan adalah mayat.
“Buka... Bukalah kain itu ...”
Entah darimana asalnya, tiba-tiba terdengar suara menggema di telinga Hyujeon. Suara yang memerintahkannya untuk membuka ikatan kain yang terpendam di dalam tanah itu. Ketika hendak membukanya, Hyujeon cepat-cepat menarik kembali kedua tangannya, lalu berlari keluar dari hutan sembari menggenggam erat tangan Haejun.
Keduanya keluar dari hutan dengan napas terengah-engah. Teman-teman mereka terlihat menunggu keduanya keluar sambil duduk di tengah lapangan bermain.
“Kenapa lama sekali, sih?! Kemarikan bolaku!” Yaesun, pemilik bola sepak yang tadi mereka gunakan untuk bermain itu, meminta kembali bolanya dari tangan Hyujeon.
Tanpa pikir panjang, Hyujeon memberikan bolanya kembali kepada Yaesun. Mereka pun memutuskan untuk menyudahi permainan sepak bola yang sudah sekitar satu setengah jam mereka lakukan.
“Hyujeon ... Hyujeon ...”
Lagi-lagi suara wanita yang Hyujeon dengar ketika mereka masih di dalam hutan kembali terdengar. Ia menoleh ke arah Haejun di sampingnya yang terlihat sibuk mengikat tali sepatunya. Seperti tidak mendengar apa-apa.
“Haejun, kau dengar sesuatu tidak?” Tanya Hyujeon mencoba memastikan.
“Oh? Dengar apa?”
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Haejun, Hyujeon semakin dibuat ketakutan. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum ke arah adiknya itu.
“Tidak, tidak. Ayo, pulang!”
-TBC-
Halo ha!!! Kembali lagi dengan saya ngohoho🌚
Finally The Doll S2 ku up juga. Sorry ya kalo lama nunggunya, soalnya skrgkn udh mulai PTM, jadi aku juga udh mulai sibuk hehe
Tapi aku bakal selalu usahain buat up cepet kok. Ok, jangan lupa voment! See you!!
KAMU SEDANG MEMBACA
(𝟑) 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋 𝟐 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐒𝐎𝐎𝐁𝐈𝐍]
Horror[Ft. Choi Yeonjun] Yera mendapati sebuah kenyataan bahwa apa yang terjadi beberapa tahun lalu tidaklah seperti yang ia duga sebelumnya. Dan teror itu, kembali lagi...