The Doll 2 : 12

171 53 7
                                    

+ Halo! Aku update!
+ Jangan lupa klik bintangnya. Sorry kalo banyak typo yak
+ Happy reading!!!


































“Ah, iya. Senior, kapan-kapan mampirlah ke rumah. Aku dan Yera akan siapkan masakan yang enak.”

“Oho! Siap deh!”

Ketiga orang dewasa itu terlihat tengah berbincang di depan gedung kantor. Soobin baru saja menjemput Yera dari rumah mertuanya, dan hendak lanjut menjemput Soora ke sekolah putri mereka. Namun ketika mengambil barang yang tertinggal di kantor, keduanya malah bertemu Yeonjun yang juga kebetulan baru ingin pulang.

“Oh, ya! Apa gadis-gadis itu masih di villa?” Yera menyahut. Yeonjun tampak mengangguk pelan sambil menghela nafas. “Iya. Untungnya liburan mereka masih sedikit lama. Aku jadi ada teman di villa, haha.” Balasnya sembari sedikit tertawa.

“Kalau ada rencana mampir, ajak mereka sekalian. Aku pasti akan senang—”

“Choi Yeonjun!”

Tiga pasang mata yang semula saling menatap kini mengalihkan pandangan ke arah yang sama. Sebuah mobil baru saja berhenti tak jauh dari tempat mereka berada. Terlihat seorang pria keluar dari mobil tersebut sambil melepas kacamata hitam yang dikenakannya.

Pria itu berjalan melangkah mendekati Yeonjun yang kini masih diam bersandar di sisi mobilnya. Dengan tatapan seolah tak percaya siapa yang datang, matanya jelas sekali jika tengah menyiratkan berbagai pertanyaan kebingungan.

“Lama tak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” Pria tersebut mengulas senyum. Yeonjun masih tak berekspresi, membuat Yera dan Soobin yang menyaksikan jadi merasa canggung sendiri.

“Kenapa kakak kemari?” Tanya Yeonjun langsung ke intinya. Sang lawan bicara sontak tertawa. “Memangnya tidak boleh jika kakak mengunjungi adiknya?” Dia membalas.

Ah ... Anda kakak senior Choi. Aku baru tahu senior Choi Yeonjun punya seorang kakak.” Soobin terkekeh. Jujur, ia cukup terkejut saat tahu kalau Yeonjun memiliki kakak. Karena selama bertahun-tahun mereka berteman, Soobin sama sekali tak pernah mendengar Yeonjun membicarakan tentang kakaknya.

“Halo! Saya Kim Seonjae, kakak Yeonjun.” Pria bernama Seonjae itu memperkenalkan diri.

Soobin dan Yera mengangguk singkat sembari tersenyum. Meski di benak mereka merasa ada sedikit yang mengganggu. Tentang kenyataan bahwa kedua saudara di hadapan mereka memiliki marga nama yang berbeda.

“Kakak tiri. Aku anak angkat di keluarga mereka.” Yeonjun menimpali. Tatapannya mendadak dingin. Seolah tidak senang dengan topik pembicaraan saat ini.

“Kalau tidak salah, kau Soobin dan ...” Seonjae menunjuk Yera ragu. “Shin Yera.” Jawab Yera segera. “Ah, iya. Aku pernah mendengar sedikit soal kalian dari Yeonjun.” Ujar Seonjae.

Yeonjun seketika mendelikkan mata. Namun belum sempat ia membantah, Seonjae sudah lebih dahulu memotong pembicaraan. “Ngomong-ngomong, maaf sekali sebelumnya. Aku ada yang harus dibicarakan dengan Yeonjun.” Seonjae tertawa kikuk. Ia merasa tidak enak dengan ucapannya sendiri.

“Oh, iya. Kalau begitu kami pamit. Senang berkenalan dengan anda, tuan Seonjae.” Untung Soobin peka dengan keadaan. Segera ia dan Yera pun masuk ke dalam mobil, bersiap untuk menjemput Soora. Meninggalkan Yeonjun dengan Seonjae berdua di depan tempat parkir kantor.

Setelah mobil Soobin berlalu pergi, Yeonjun terlihat memalingkan wajahnya malas. Seonjae yang semula berwajah ramah juga kini berubah menjadi dingin. Tampak jelas bahwa keduanya tidak akur satu sama lain.

“Sudah kubilang, jangan cari aku lagi. Aku tidak tertarik dengan tawaranmu.” Ucap Yeonjun tegas.

“Aku jauh-jauh kemari untuk mengabarimu kalau ibu jatuh sakit. Dia ingin kau pulang.” Balas Seonjae menghiraukan. Ia justru mengubah topik. Padahal ia tahu jelas kemana arah pembicaraan Yeonjun tertuju. “Kau tahu, ‘kan, dia sudah lama menginginkan saat-saat ini datang?”

-The Doll 2-

Huweeekkk!!”

“Sayang! Kau tidak apa-apa?”

Yera dan Soobin baru saja tiba di rumah usai menjemput Soora di sekolahnya. Padahal pagi tadi Yera merasa dia baik-baik saja, namun sekarang mendadak mual-mual dan selalu ingin muntah.

Soobin mengintip dari luar pintu kamar mandi sebelum akhirnya ia memutuskan menyusul sang istri dan melihat keadaannya. “Perlu kuantarkan periksa?” Tanyanya sembari memijit tengkuk leher Yera.

Yera menggeleng singkat lalu mengusap mulutnya dengan air. “Tidak perlu. Sepertinya aku—” Awalnya Yera pikir dia tak enak badan karena akan sakit. Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Kak, ini tanggal berapa?” Yera memegang lengan Soobin mendadak membuat yang bersangkutan mengedipkan mata kaget.

“Sembilan belas?” Soobin menjawab apa adanya. Setelah mendengar jawaban tersebut, Yera pergi menuju kamarnya dengan langkah terburu-buru.

Soobin tak mengerti kenapa istrinya mendadak berperilaku aneh begitu. Ia mencoba untuk menghiraukannya dan memilih menyusul Soora ke kamar gadis kecil itu. Saat diintip dari luar, tampak Soora sedang membereskan sesuatu ke dalam keranjang mainannya. Karena putrinya rajin tanpa disuruh, Soobin pun merasa bangga sendiri. Tanpa sadar ia tersenyum kecil.

“Wah ... Anak ayah rajin sekali.” Ia masuk ke dalam kamar Soora. Soora cepat-cepat menyudahi aktivitasnya lalu berbalik menghadap ke sang ayah.

“Soora tidak ada pr?” Tanya Soobin.

Soora menggeleng pelan. “Tidak, ayah.”

“Kemari! Ayah gantikan bajumu.” Soobin tadinya hendak menangkup tubuh Soora namun siapa sangka putrinya menolak. “Aku bisa ganti baju sendiri, ayah. Aku sudah besar.”

Soobin sebenarnya terkejut, tapi ia juga merasa bangga. “Oh? Benarkah?”

“Aku akan ganti baju sendiri. Ayah keluarlah!” Soora mencoba mendorong Soobin dengan tangannya yang kecil. Sungguh jawaban yang tak terduga. Putri kecilnya yang dirasa baru saja lahir itu bisa berkata kalau dia sudah besar.

Antara senang atau patah hati. Sebagai seorang ayah, kebiasaan yang telah ia lakukan selama mengurus Soora sejak lahir mungkin sebentar lagi akan berubah, dan ia butuh waktu untuk mengikhlaskan.

“Baiklah, ayah akan keluar.” Soobin tertawa sembari melangkah keluar kamar. Setelah pintu ditutup oleh Soora, ia pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Sedangkan di dalam kamar, Soora berjalan lagi ke keranjang mainannya. Di dalam sana, sebuah benda berwarna putih ia sembunyikan di balik tumpukan mainan. “Maaf ya, Beary? Ayah hampir melihatmu tadi. Kau tidak marah, ‘kan?”





















-TBC-

(𝟑) 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋 𝟐 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐒𝐎𝐎𝐁𝐈𝐍] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang