The Doll 2 : 1O

264 71 7
                                    

23.28

Malam ini entah mengapa udaranya terasa sangat panas dan lembab, Yera jadi terbangun karena mendadak ia merasa haus dan akhirnya memutuskan untuk mengambil air minum di dapur.

Sebelum benar-benar terbangun, ia lirik kasur di sebelahnya. Soobin? Ia dimana? Kenapa suaminya itu tidak ada di tempat tidurnya?

Yera pastinya kebingungan karena ia tidak dapat menemukan keberadaan Soobin sama sekali. Ini sudah tengah malam dan waktunya istirahat, kemana sebenarnya pria itu?

Sembari berjalan menuju dapur, Yera amati seisi rumah. Di ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur Soora, atau bahkan ruang kerjanya sekalipun, tak dapat ia temukan Soobin dimana-mana.

Tuk!

Listrik di rumah Yera mendadak padam dengan sendirinya. Yera kebingungan bukan main. Bukan hanya karena saat ini ia sedang tidak membawa ponsel, juga karena listrik yang mati, semuanya jadi gelap tak terlihat. Untuk jalan saja Yera tidak berani, takut dirinya menabrak atau merusak barang-barang di rumahnya lalu membangunkan Soora yang masih tertidur.

“Ah ... Kenapa listriknya bisa mati seperti ini?” Gerutu Yera lalu mencoba berjalan perlahan sambil menerka-nerka apa yang ada di depannya dengan tangan.

“Yera ... Lari ...”

Tiba-tiba terdengar suara bisikan menggema di sekitar Yera. Mendengar itu, Yera lantas langsung menghentikan langkahnya. Ia terdiam mematung tanpa suara di tempat yang sama. Mencoba memastikan kembali apakah suara yang ia dengar barusan hanya perasaannya saja atau memang benar adanya.

Beberapa detik Yera coba mendengarkan kembali, namun suara itu tak lagi terdengar. Yang ada hanya keheningan bercampur rasa takut yang mulai menyelimuti. Yera menghela nafasnya pelan, kemudian lanjut berjalan lagi mencari lampu emergency atau senter yang ada di ruang keluarganya. Pergerakannya menjadi sulit karena semuanya kini gelap gulita.

Beruntungnya ketika listrik padam, Yera baru saja mengecek ruang kerja Soobin yang letaknya di hadapan ruang keluarga rumahnya. Setelah beberapa menit meraba-raba tanpa henti dan terus mencari, akhirnya Yera pun dapat menemukan letak lemari di ruang keluarga rumahnya. Dengan segera Yera mengambil lampu emergency di dalamnya lalu menyalakannya.

Klek

Yera menyalakan lampu itu setelahnya berbalik badan sembari mengangkat lampu tersebut untuk mengecek keadaan di belakang ia berdiri. Namun di saat yang bersamaan, Yera dikejutkan dengan munculnya wajah Beomgyu tepat di hadapannya. Benar-benar dekat, bahkan kaki Yera langsung lemas rasanya karena disuguhi wajah dingin pucat Beomgyu seperti itu.

Yera sontak memundurkan langkahnya berusaha menjauh dari Beomgyu yang nampak sangat menakutkan, membuat tubuhnya terbentur lemari kaca di belakangnya.

“Lari ...” Ucap Beomgyu masih dengan ekspresi datarnya tetapi matanya menatap dalam Yera.

“Masih ada waktu untuk lari. Larilah sebelum terlambat, Yera.”

Yera menelan ludahnya sendiri dengan nafas terengah-engah. Keadaan seperti ini lagi, kenapa Beomgyu terus-menerus muncul begini? Ia tidak seharusnya berada di hadapan Yera bukan?

“Pergi! Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku, tapi berhentilah menyerupainya. Berhenti menggangguku dan keluargaku!” Teriak Yera mencoba mengusir hantu di depannya. Benar saja, setelah diteriaki begitu, Beomgyu pun menghilang.

Yera pun bangkit lalu melangkah dengan terburu-buru hendak kembali ke kamarnya. Namun lagi-lagi, ia dibuat berhenti karena sosok Beomgyu muncul menghalangi jalannya. Ia datang dengan wujud terakhirnya seperti saat rohnya mati dan tertinggal ketika melakukan astral projection ke alam iblis. Luka yang menembus dari dada hingga punggung belakangnya, serta darah yang terus bercucuran tiada henti.

Sosok Beomgyu tersebut terlihat tersenyum melihat ekspresi ketakutan Yera. Beomgyu tolehkan kepalanya ke arah kiri. Dan di waktu bersamaan, seisi rumah Yera yang tadinya gelap karena mati listrik, kini berubah menjadi gudang kayu tua yang terbakar sehingga keadaan tak lagi gelap seperti sebelumnya.

Yera pastinya kebingungan dengan keadaan sekarang ini. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi padanya, entah ia berteleportasi atau ini semua hanyalah halusinasinya semata.

“Mati ...”

Ucapan Beomgyu berhasil mengalihkan kembali pandangan Yera ke arahnya. Pria itu tertawa seakan-akan sangat senang melihat Yera takut dan kebingungan seperti saat ini.

“Yera! Tolong aku dan Soora!”

Atensi Yera berhasil dibuat teralihkan ketika dirinya merasa seperti baru saja mendengar suara permintaan tolong Soobin. Memang benar, tepat pada lambang heksagonal yang terukir di atas tanah tak jauh dari pandangannya, terlihat Soobin yang nampak putus asa sambil memeluk Soora yang tak sadarkan diri padahal benda-benda di sekitar mereka sudah terbakar oleh api. Juga Yera menyadari munculnya mayat-mayat di sekitar tempat ia berada sekarang yang ia sendiri tak tahu darimana asal mayat-mayat itu.

“Kak Soobin! Soora!!” Teriak Yera. Ia hendak berlari menyusul Soobin tapi seperti ada sebuah tembok transparan yang menghalanginya.

Bahkan Soobin—ia terlihat seperti tidak mendengar teriakan Yera sama sekali. Tatapannya justru tertuju ke arah lain yang saat Yera ikuti, ia dapat melihat dirinya sendiri sedang berjalan menghampiri Soobin dan Soora dengan penampilan sangat berantakan layaknya seorang hantu.

“Soora—tolong bawa Soora pergi ...” Terdengar lirih suara Soobin meminta Yera yang lain membawa putri mereka pergi dari gudang terbakar ini karena ia sudah tak kuat lagi bahkan untuk beranjak sekalipun.

Yera hanya bisa pasrah melihat hal itu dari kejauhan. Meskipun ia merasa panik dan sangat ingin menolong mereka. Kini ia serahkan semua pada dirinya yang lain yang kini terlihat sudah sampai di dekat Soobin dan Soora.

“Bawa Soora keluar dari sini, tak usah hiraukan aku, uhuk!” Soobin sudah lemas tak berdaya.

“Tentu saja aku akan membawanya pergi. Tapi sebelum itu ...”

Keekk!

Mata Yera langsung membulat kaget ketika ia melihat dirinya yang lain justru mencekik Soobin.

“KAK SOOBIN!!!”

Akh!” Soobin memekik. “Kau—kau bukan Yera ...” Ucap Soobin yang suaranya tersengal-sengal, nafasnya terasa seperti sudah hampir habis akibat menghirup banyak asap kebakaran, ditambah lagi lehernya malah dicekik oleh Yera.

“Sekarang adalah giliranmu.”

Kretek! Keekk!

“A–ak!”

Tak butuh waktu lama, Soobin pun tumbang setelah lehernya dicekik dengan keras dalam kondisi yang seperti itu. Melihatnya membuat Yera sukses meneteskan air mata sekaligus memundurkan langkah ketakutan. Dirinya yang lain—ia beranjak berdiri lalu menoleh menatap ke arah Yera dengan senyum mengembang di bibirnya dan tawa penuh kemenangan.

“Sudah berakhir ... Hihihihihi!”

“Tidak! TIDAAAAAKKKK!!!”















































-TBC-

(𝟑) 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋 𝟐 [𝐂𝐇𝐎𝐈 𝐒𝐎𝐎𝐁𝐈𝐍] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang