Shafa Az Zahra POV
Hari ini adalah hari terakhir kami di pulau Bali. Sebenarnya sudah check out dari hotel, tapi kami masih ada beberapa tempat yang belum di kunjungi. Nanti malam perjalan pulang di mulai. Semenjak kejadian saat itu aku lebih milih diam sama Rafa. Seakan-akan menghindarinya? Seperti saat ini, kita di bus duduk bareng dan tak ada obrolan apapun. Membosankan bukan?
"Ra," panggil Rafa. Oh ternyata, dugaanku salah! Dia mengajaku mengobrol terlebih dahulu.
"Apa?" Pandanganku tetap menatap jendela, seolah ada yang menarik di luar sana. Padahal tidak.
"Yang ngajak omong gak lagi di luar jendela kali Ra!"
"Kalo mau ngomong ya ngomong aja. Ribet banget kaya bocah."
"Oke entahlah, kadang lo juga jadi bocah tanpa lo sadari." Perkataan nya sungguh sedikit menohok gue. Gue pilih diam tak mau berdebat dengannya.
"Ra!" Panggilnya lagi dengan sedikit berteriak.
"Apa sih!" Kata gue risih. Ya kan kalo dia mau ngomong ya langsung aja. Dia malah ngomong kesana kesini gak jelas. Tapi dia tiba-tiba menarik ku dalam pelukannya. "Jangan marah-marah dong, sedih nih." Katanya kemudian menyenderkan kepalanya di atas kepalaku dengan tubuhku yang masih dalam dekapannya.
Sedikit demi sedikit itu mampu membuat ku tersenyum. Tak ingin pergi jauh darinya. Dekapan, genggaman tangan nya yang halus dan hangat itu langsung menusuk tulang-tulang ku, dan selalu ingin dalam dekapan dan genggamannya.
"Yaudah mau ngomong apa?" Kata ku kemudian lembut. Perasaan jengkel itu langsung menguap karena dekapannya.
"Aku cinta kamu." Bisiknya tepat di telingaku. Hatiku langgsung bergetar, jantung seakan-akan ingin melompat keluar dan berdentum keras. Aku menunduk sedikit karena kepalanya sudah tidak menumpu kepalaku lagi.
Lagi-lagi senyum manis itu lah uang terukir di bibirku.
"Aku menyayangimu." Ucapku dengan menatap manik matanya. Penuh kesungguhan yang tersirat dalam ucapanku. Aku memang benar-benar menyanginya. Lebih dari menyayangi diriku sendiri.
"Aku sangat sangat menyayangimu sweetie." Apa ? Dia memanggilku sweetie? Tidak salah dengar kan aku ? Kurasakan pipiku memanas. "Pipimu sangat merah sweetie." Ucapnya lagi. Dan itu mampu membuat pipiku semakin merah.
"Berhenti menggoda ku!" Ucapku dengan kesal. Kemudian dia mendorong kepalaku perlahanenuju dada bidangnya. Ku pejamkan mataku dan ku dengar detak jantung nya. Berbunyi sangat keras. "Apa itu bunyi jantung mu? Kenapa berpicu sangat cepat?" Tanyaku padanya.
Dia tersenyum kemudian membelai rambutku. "Ya, jantung ku selalu berdetak cepat setiap kali kau ada di samping ku. Karena itu aku sungguh menyayangi,mencintaimu. Ku rasa kau memang jodohku." Ucapnya lalu mengecup puncak kepalaku.
Perilakunya yang begitu manis sungguh itu selalu membuatku tak bisa lepas dan jauh dari dirinya. Pesona nya, tingkah nya, ucapan nya, segala sesuatu dari tubuhnya itu membuat semua orang pasti menyukainya. Aku pun juga menyukai nya. Tapi masih ada satu hal yang ku takutkan.
Kami sudah tiba di tempat yang kami tuju. Anak-anak berhamburan keluar dan mengikuti instruktur dari guru. Setelah melaksanakan semuanya sampai sore hari, kami di beri waktu istirahat di sini hingga pukul 18:15 WITA. Banyak anak yang selfie, berlari-lari, duduk, dan makan. Aku hanya duduk menikmati pemandangan dan merasakan sejuknya angin di sini dengan Rafa. Kalian pasti tahu lah kalau aku dan dia tidak bisa jauh-jauh. Kemana-mana pasti akan bersama.
"Kak, foto-foto yuukk.. ." Ucapku pada Rafa dengan kesan sedikit merajuk. Eh.. kapan aku pernah merajuk kepada seorang laki-laki. Biasanya hanya kepada Adam. Tapi kenapa aku bisa merajuk ke Rafa?

KAMU SEDANG MEMBACA
RaRa
Dla nastolatkówRasanya takdir selalu tidak berpihak kepadaku. Kebahagiaan satu datang, lalu pergi diambil lagi. Masa putih abu-abu mungkin masa yang menyenangkan untuk para remaja sekolah. Tapi tidak menurtku, bagaimana bisa aku bilang menyenangkan kalau pun selal...