Part 13

2.1K 125 2
                                    

Shafa Az Zahra POV

Pagi ini aku sudah kembali sekolah. Sepanjang melewati koridor banyak anak yang sedang bergunjing tentang aku dan Rafa tapi tak kuhiraukan. Setelah memasuki kelas kulihat Lee sudah duduk di meja belakang dengan ponselnya. Kemudian dia menengadah menatapku dan tersenyum tipis.

"Kamu sudah membaik Sha? Maaf, lusa aku mengajakmu ke retaurant itu dan kamu jadi kecelakaan. Andai saja aku tidak mengajakmu pergi pasti kamu dan Rafa baik-baik saja," ucapnya dengan rasa penuh sesal.

Tetapi ada sedikit rasa janggal padanya namun rasa itu segera ku tepis begitu saja.

Kulontarkan senyum tipis. "Tidak apa-apa semua ini bukan salahmu. Aku saja yang ceroboh waktu menyebrang dan ini sudah takdir. Jadi tidak usah merasa bersalah."

"Untuk gantinya, nanti istirahat aku traktir gimana? Buat gantinya," ucapnya riang.

"Gak usah berlebihan, tapi boleh aja sih hehehe... lumayan gratisan baru masuk sekolah lagi."

Bel pulang berbunyi nyaring melalui speaker di kelas. Satu persatu, anak-anak mulai berhamburan keluar. Tetapi aku ingin buang air kecil terlebih dahulu. Kututup pintu kamar mandi dan saat akan ke luar tiba-tiba saja pintu tidak bisa dibuka.

"Brak brak brak... tolooongg.... siapa di sana? Tolong aku!! Brak brak brak!" Satu detik, dua detik, hingga detik kesekian tidak ada jawaban.

"TOLOOONGG.... SIAPA DI SANA? TOLONG AKU... BUKAKAN PINTU NYA!! HEIIII... hiks hiks."

Aku menangis setelah menjerit sekuat tenaga tapi tetap tidak ada yang membuka kan. Bagaimana kalau aku harus terkurung di sini hingga petang? Itu sungguh tidak pernah ku bayangkan. Padahal aku tadi tidak menguncinya, pintu kamar mandi hanya bisa di kunci dari luar saja. Jika dari dalam kami hanya bisa menggeser selot untuk menguncinya. Tanpa kunci.

Tetes air mata jatuh lagi. Bodohnya dengar-dengar kamar mandi ceweknya angker! Makin bodohnya handphone gak bawa. Lengkap sudah hari ini, pasrah yang bisa. Jam sudah menunjukkan pukul lima lebih, gak ada orang kecuali satpam di bawah.

Muhammad Adam Sultan POV

Hari mulai petang, tapi Ara belum pulang. Hp-nya ditinggal di atas nakas, kalaupun kerja kelompok pasti dia kasih kabar.

Setelah mengetuk pintu cukup lama baru terbuka. "Ada Ara nggak? Belum pulang nih dia."

"Lho, dia gak ke sini. Kok bisa? Gak ada kabar gitu?" Mimiknya ikut panik.

"Ikut gue yuk ke sekolah cari dia di sana."

Sesampai di sana, aku membagi lokasi dengan Rena. Rena gedung bagian barat dan aku bagian timur.

Hampir satu jam hasilnya nihil. Kami kembali di tempat semula.

"Udah semua ruangannya?"

Rena menggeleng. "Ada sih, toilet cewek. Gak berani aku, katanya di sana serem."

"Shafa...."

Terdengar rintihan kecil. "Kak Adam, kakak, brak brak brak," rintihan kecil yang asli bikin merinding.

"Shaf, bentar ya... kakak mau buka gemboknya." Setelah menemukan kayu balok tanpa pikir panjang langsung kurusak.

"Ya ampun Shaf kok bisa sih?" Dia terduduk lemas. Rena langsung memeluknya.

Dia beranjak mendekatiku, dua detik dia pingsan. Aku dan Rena khawatir, langsung kugendong ke dalam mobil.
Ku putuskan untuk di sini dulu, di rumah sakit. Rena juga mau.

"Halo Ma, ini Adam."

"...."

"Mama gak usah khawatir. Aku udah nemuin Shafa. Sekarang lagi di Rumah Sakit, dia kelelahan soalnya, jadi butuh sedikit infus buat ngembaliin staminanya. Mama gak usah ke sini ya... Adam yang jagain. Sudah larut, Mama ke sini besok pagi aja."

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang