Pagi ini benar-benar cerah, senyum sumringah tampak jelas di wajah-wajah temanku.
"Sha buruan kalau gak mau ketinggalan bus!" Rena berkata sambil mengenakan sepatu adidas yang baru dia beli kemarin lusa sedan aku masih menyisir rambut. Pintu terbuka dari luar, sontak aku dan Rena menoleh.
"Ngapain ke sini? Kan kamar cewek! Wah, mau ngintip ya!" todongku dengan sisir layaknya pisau.
"Dih, siapa sih yang mau ngintip? Cuman mau bilang, Mama tadi telepon ke aku, katanya bolak-balik telpon kamu gak kamu angkat."
Rena berjalan duluan, meninggalkan diriku bersama Adam.
"HP-ku low, Kak. Mama ngomong apa aja?"
Dia mengangkat bahu. "Cuman mastiin, kita baik-baik aja."
"Udah sarapan belum Kak? Ada sari roti sobek nih, barangkali mau separuhan."
"Boleh. Laper juga sih," kataku kemudian menerima sebagian roti itu. Ya, hotelnya untuk hari ini tidak menyediakan makanan. Jadi perlu beberapa menit untuk sampai di restoran. Setelahnya kami pergi untuk melihat tari barong.
Sampai sana sudah hampir siang. Aku memperhatikan dengan sangat baik dan mencatat beberapa hal yang dapat kuambil untuk presentasi sesampai di sekolah. Namanya saja study tour bukan berarti kita berlibur.
Malam menjelang kembali. Tetapi malam ini berbeda. Kalian tahu? Ya, malam ini ada pentas seni di hotel. Aku duduk di bagian depan. Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki menepuk pundakku.
"Dicariin Rafa. Di suruh ke depan dekat gerbang." Aku bergegas berdiri dan membersihkan pantat karena kita duduk di bawah tanpa alas. Anak-anak sedang heboh menari dan menyanyi.
"Kak," panggilku sambil menepuk pundaknya pelan. Dia menoleh kemudian melukiskan senyum manis dari bibirnya. Sangat-sangat manis. "Ada apa ya?" tembakku langsung.
"Kalau gak keberatan mau gak nemenin jalan-jalan di sekitaran sini. Gak bakal lama kok."
Mataku menelisik, ragu. "Pulangnya gimana? Hapal jalan?"
Bibirnya tersenyum kecil. "Tahu dong! Mau gak nih? Nyesel gak ikut." Aku mengangguk kemudian menggandeng tangannya.
Disaat lagi terpukaunya sama kupu-kupu, jaket tersampir di pundak. Sempat berjengit kaget.
"Lain kali pake kaos panjang dong, tiga per empat lah minimal."
"Maaf, makasih ya. Omong-omong tempatnya keren." Dia tersenyum kecil. "Ngapain lihatnya gitu amat?"
"Siapa yang lihat-lihat kamu? Aku cuma senang aja lihat kamu juga senang," ucapnya salah tingkah sendiri. Kontan tawaku pecah, Rafa yang notabenenya most wanted sekolah bisa salah tingkah juga!
Aku menuju kursi taman. "Makasih loh kak." Dia mengikuti, kulihat berkali-kali dia menggosokkan telapak tangannya. "Kedinginan ya... jaketnya buat kakak aja. Ara sudah gak kedinginan."
"Pakai aja, omong-omong angetin dong!" ujarnya sambil mengerling nakal. Gak lama dia memelukku. Aku tidak menolak tetapi juga tidak menerima sebenarnya. "Ini cukup membuatku hangat," bisiknya.
Dengan sadar aku menggenggam tangannya. Penuh keyakinan. Saat itu aku sadar, aku hanya ingin dia. Dekapannya seolah berbeda rasa.
"Ra, ada yang mau aku omongin nih," ucapnya sembari mengurai pelukannya.
"Apaan?""Aku tahu kemarin waktu di bus kamu sudah bangun, tapi kamu malah pura-pura tidur lagi!" Deg! Mati-mati!!! Mau taruh di mana nih muka!!
"Dan kurasa kamu dengar apa yang aku omongin."
"Ngomong yang mana sih? Mungkin aku cuman kebangun sebentar waktu itu."
Ya Tuhan... tolong hamba... Malu!!! Ketahuan banget boongnya!!
"Aku mencintaimu, Shafa Az Zahra. Sungguh, mau gak jadi pacarku?" tembaknya langsung.
Aku menunduk, dua kali aku nendengar hal ini. Dua kali dari bibir orang yang sama.
Tuhan... bagaimana ini... jeritku dalam hati."Beri aku waktu untuk meyakinkan ini semua. Aku juga memberi kakak kesempatan untuk mengenalku lebih dalam. Bisa saja itu hanya hal remeh tentang hati sesaat bukan? Jadi jalani pelan-pelan saja. Bagaimana?"
Dia mengecup dahiku beberapa saat. "Baik, aku terima. Mungkin kamu mengenalku most wanted sekolah, pentolan sekolah, dan hal lain-lainnya. Tapi siapa tahu kalau cowok ketjehnya sekolahan suka sama Shafa Az Zahra hahaha... omong-omong aku suka sama kamu mulai kita ketemu di perpustakkan waktu itu. Kamu gaduh banget!"
Dalam hati udah jejeritan Pentolan geng sekolah suka sama aku!! Mimpi apa ini semalam... ketjeh banget dia!! Dan sukanya sama aku?? Aaa....
Bersama sepoinya angin mereka berjalan bersama. Statusnya masih menggantung bagi Rafa.
Mencintai kamu sulit juga ya, Ra.
----
Hasil Revisi, tidak merubah banyak. Hanya memperbaiki yang typo, dan potong-tambah sana-sini biar lebih enak dibaca. Maaf kalau masih ada typo atau salah kepenulisan.
Senin,6 April 2015 (23:18)
Hasil revisi Jumat, 6 Mei 2016 (22:38)-Khafidta-
KAMU SEDANG MEMBACA
RaRa
Teen FictionRasanya takdir selalu tidak berpihak kepadaku. Kebahagiaan satu datang, lalu pergi diambil lagi. Masa putih abu-abu mungkin masa yang menyenangkan untuk para remaja sekolah. Tapi tidak menurtku, bagaimana bisa aku bilang menyenangkan kalau pun selal...