"Pacar kamu? Ganteng gak? Pinter gak?" Mama dengan keponya dan gak aku tanggap. Langsung ngabrit ke kamar buat bersih-bersih.
"Kacang mahal Ra!" Aku yang mendengar cekikikan.
Satu jam lebih aku menghabiskan waktu di kamar mandi. Baru saja bokongku nempel di kasur empukku tiba-tiba pintu terbuka lebar dan aku hanya menatapnya bingung.
"Adek kok gak bilang sih kalau pulang duluan!" Pintu terbuka dengan lebar dan sempat berbunyi debuman menabrak dinding.
"Lah kok kakak dateng-dateng main labrak sih! Aku yang seharusnya marah! Aku udah nungguin kakak di depan gerbang satu jam lebih! Aku bocor! Kak Rafa tahu dan dia nolongin aku terus anterin pulang!"
"Dasar bocah! Kamu kan bisa pamit Dek." Nadanya merendah.
"Gak kepikiran! Lagian ya, katanya cuman bentar!" Emosi gak ada abisnya.
"Oh, yaudah besok kamu pulang bareng dia lagi aja. Kakak sibuk banget minggu ini, pulang malam terus."
Aku mencibir. "Seriusan amat sih! Toh ya gak dibayar aja bela-belain pulang malam."
Aku pun tertidur hingga jam menunjukkan pukul lima sore. Aku bangun dan bergegas mandi. kurasakan perutku mulai bersuara kemudian kakiku menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Kulihat bi Ihah lagi memotong jambu merah.
"Mau buat jus Bi?" tanyaku sopan. Ya setidaknya walaupun aku usil tapi masih ada batasnya lah ya.
"Iya nih Non." katanya sambil fokus memotong. "Non Shafa mau gak? Sekalian bibi buatin." katanya lagi.
"Boleh deh Bi." kataku sambil tersenyum. Aku mengambil piring dan sendok kemudian kutaruh nasi dan lauknya. Aku memakan di meja makan dengan diam. Selesai makan aku mencucinya seperti biasa dan menuju ruang Tv. Yah, setidaknya walaupun punya asisten di rumah tapi harus mandiri dong ya. Kulihat di sofa ada Adam dengan pop corn nya di tangan kanannya sambil menonton Tom and Jerry. Aih, ini sih kartun favorit kita. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
Tidak beberapa lama kemudian Bi Ihah menaruh jus di meja dekat TV. Lagi, aku menuju kamar. Rasanya kerjaan hari ini hanya makan-tidur, makan-tidur saja.
"Kalau mau masuk kamar, ketuk pintu dong!"
"Ck, ini sudah jam tujuh dan kamu... masih make T-shirt dan jeans pendekmu hah? Cepat ganti baju! Aku akan mengajakmu seperti permintaanku tadi pagi."
"Aku gak mau pergi! Ke sana sendiri!" Nada dingin, memerintah, dan bengal begitu jelas. Kesal tahu sama dia.
"Bener gak mau pergi sama kakak? Kamu bakal tahu akibatnya lho!" Dia mengancam. "Kalo dalam hitungan ketiga belum ganti baju kakak akan...," Takut, itu yang kurasa. Dia gak pernah main-main sama ucapannha.
"Yaudah sih keluar! Iya aku ikut! Dasar idiot!" Ya Tuhan... dia itu manusia apa?
"Yuk berangkat. Mama di kamar, aku udah pamit."
"Hm...."
Dia bergegas mengambil motor nya. Aku segera mendaratkan bokongku. Aku tanya, ' kita mau kemana?' tapi dia tidak menggubris pertanyaanku.
"Kak ngapain ke sini? Ini gila keren banget."
"Pingin aja bawa kamu ke sini. Di sini banyak bunga kesukaanmu."
Seenggaknya walaupun otakmu geser Kak, tapi masih perhatian. Senyum terukir jelas di bibirku.
"Oemji kakak, ini cantik banget. Makasih."
"Mau es krim gak?" Aku mengangguk dan dia meninggalkanku. Kakiku melangkah menyusuri taman. Di sana anak cowok terduduk membelakangiku.
"Kak Rafa?" Tanyaku yang menuju ke sapaan.
"Oh Shafa, sama siapa?"
"Biasa, sama Kakak. Kak Rafa sendirian?"
"Like what you see now. By the way, mana Adam?"
"Lagi beliin aku ice cream. Kakak kok sendirian?"
"Ini tempat favoritku. Aku suka mawar. Di sini tenang, membuat diriku bisa menceritakan pada bunga-bunga yang setia mendengarkanku, walaupun aku gak tahu dia dengar apa enggak."
"Kakak suka mawar? Aku juga suka. Banget malah. Kakak suka warna apa? Aku suka semuanya, tapi lebih dominan merah sih," ucapku polos.
"Kok ketawa sih? Kan gak ada yang lucu Kak!" Kemudian Rafa terhenti dari tertawanya dan tersenyum ke arahku.
"Kamu cerewet kayak anak kecil. Polos. Lucu deh." Katanya dengan masih tersenyum. Apa? Dia bilang aku apa? LUCU? Oemjii... jantungku, jantungku serasa mau lepas aja. Pipiku menghangat.
"Ehem...." Dehaman Adam! "Ngapain kalian?" tanyanya dingin dengan tatapan membunuh ke Rafa seolah-olah berkata 'apa yang kamu lakukan' kepada Rafa.
Aku yang terjebak dengan situasi dingin ini mengalihkan perhatian kakakku. Tapi gagal. "Nih es krim mu."
"Makasih. Eh, Kak Rafa mau gak ini? Kelihatannya kakak lagi suntuk banget. Kakak kalo mau boleh kok, entar aku bisa beli lagi." Dia menggeleng.
"Dam aku mau ngonomong."
----
Hasil Revisi tidak berubah banyak di tiap bagian, di tiap bagian pasti ada yang dipotong, ditambah ini-itu dan juga ada yang dirubah. Namun tidak banyak. Bertujuan agar lebih enak dibaca saja. Hope you like it guys! ^^Jumat, 3 April 2015 (23:22)
Hasil Revisi Sabtu, 9 April 2016 (10:20)Khafidtazshafanz
KAMU SEDANG MEMBACA
RaRa
Teen FictionRasanya takdir selalu tidak berpihak kepadaku. Kebahagiaan satu datang, lalu pergi diambil lagi. Masa putih abu-abu mungkin masa yang menyenangkan untuk para remaja sekolah. Tapi tidak menurtku, bagaimana bisa aku bilang menyenangkan kalau pun selal...