Dua minggu sudah Tzuyu berada di kota yang jauh dari orangtua dan saudara. Cukup sulit, bahkan sangat sulit bagi Tzuyu untuk beradaptasi, lebih tepatnya sangat sulit bagi Tzuyu untuk mencari kerja.
Teman yang menjanjikan pekerjaan untuknya tak unjung memberi kabar. Uang tabunganpun semakin menipis.
Penolakan bukan hal asing lagi baginya, lebih tepatnya Tzuyu yang banyak menolak pekerjaan karena ideologi perusahaan tak sejalan dengan dirinya.
Laptop mulai ia nyalakan, matanya mulai memandang ke arah luar jendela kamar kos tersebut, namun yang ada hanya kabel-kabel yang penuh dengan benang layangan.
"Anjing! gada indah-indahnya!!" Ia memekik karena stres dengan kondisinya saat ini.
Ditengah kemelut pikirannya tersebut, ponsel yang disimpan di atas mejapun bergetar menandakan ada panggilan masuk. Segurat senyuman terbentuk kala Tzuyu menatap layar ponselnya. Penelpon tersebut adalah teman yang menjanjikan pekerjaan untuknya. Ya, dia Chaeyoung.
"Halo?" Tzuyu tak bisa menyembunyikan antusiasmenya.
"Hmm oke oke, dimana? hah? Gue gabisa makan sushi-- hah?? Meeting apaan sambil minum? Ngopi cantik? Hah? Yaudah shareloc aja"
Tanpa babibu ia bergegas ke kamar mandi karena seharian ia belum mandi walaupun jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. 'Biar galau nya makin nge-feel' Itu lah alasan Tzuyu.
=====
Kembali pikirannya berkecambuk. Mengapa hidup se-nelangsa ini, pikir Tzuyu. Kenapa harus bertengkar dengan orangtua? Dan kenapa ia di php-in Chaeyoung.
Jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas tapi Chaeyoung tak kunjung memberikan alamat yang harus di datangi Tzuyu.
Bagi Tzuyu pantang untuk menelpon orang, apalagi untuk meminta bantuan. Namun kali ini egonya kalah dengan realita, Tzuyu butuh uang dan pekerjaan.
Baru saja ia membuka kunci layar ponsel, satu pesan masuk datang dan itu berasal dari Chaeyoung. Pria itu memberikan alamatnya saat ini.
Tzuyu mulai bangkit dan pergi dari kamar kos yang menurutnya pengap itu, sembari tangannya terus mengotak-atik ponsel untuk memesan Gojek.
=====
"Ini ma bar, bukan tempat meeting" reflek Tzuyu berucap saat ia turun dari kendaraan beroda dua. Bahkan ia lupa melepas helmnya saking terkejut.
"A, maaf helmnya" driver ojol mendistraksi pikiran Tzuyu.
Setelah merapihkan rambut, perlahan ia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. 'Di dalem paling ujung, kita cuma bertiga disini'
Pertama kali bagi Tzuyu masuk ke dalam tempat seperti ini tapi tidak seburuk itu pikirnya. Ruangan dengan banyaknya ornamen bernuansa Jepang dengan lampu sedikit redup. Lantunan lagu tidak begitu bising karena musik yang di putar hanya lagu pop.
"Tzu!" Seru seorang pria dengan melambaikan tangan. Senyuman merekah kala melihat Chaeyoung dengan wajah yang merona, mungkin karena sorotan lampu tapi nampaknya bukan itu saja. Ia sepertinya mabuk.
Meja panjang tersebut tak hanya berisikan Chaeyoung dan teman kerjanya namun mereka bergabung dengan orang lain. Beberapa camilan juga ember berisi es dan minuman seperti beer dan lainnya memenuhi meja tersebut.
Tzuyu langsung bersalaman dengan teman-teman Chaeyoung
"Dahyun"
"Jeongyeon"
"Chae-- Hahahah" uluran tangan Chaeyoung tidak ia terima. Tentu saja ia bukan orang asing bagi Tzuyu.
"Tadinya kita mau meeting tapi ada orang yang--"
"Ga anjir, gue sober. Lanjut aja yuk mau bahas apa" sekuat apapun Chaeyoung memberikan pernyataan, orang bodohpun tidak akan percaya jika ia tidak mabuk.
Selain nafas yang bau alkohol, mata dan suara Chaeyoung khas orang mabuk.
"Gue bos mereka berdua" Dahyun kembali memperkenalkan diri, hal itu malah menjadi bahan tertawaan bagi Chaeyoung dan Jeongyeon.
"Siap pak bos, jadi gimana mas Tzuyu kapan bisa kerja nya?" goda Jeongyeon membuat Dahyun memukul bahunya.
*craaaang*
Suara botol jatuh membuat obrolan Tzuyu dan teman-temannya terpotong sebab perempuan yang berada di sampingnya terjatuh dari kursi.
Dengan sigap ia membantu perempuan tersebut dan betapa terkejutnya Tzuyu ternyata perempuan itu sama dengan perempuan yang ia temui di kereta api tempo hari.
"mbak Sana?" Tzuyu masih ingat nama perempuan itu, entah kenapa seolah nama Sana mudah diingat baginya.
Merasa namanya dipanggil Sana mendongakan kepala dan waktu berputar begitu cepat. Hingga Tzuyu tersadar jika bajunya kini sudah di penuhi dengan muntahan dari Sana.
"Anjir apes banget" celetuk Jeongyeon mengasihani Tzuyu yang sedang mengangkat kedua tangannya karena terkejut.
"Aduh maaf banget, temen aku emang jelek banget toleransi alkoholnya"
Rasanya ingin sekali Tzuyu menjawab "Ya terus kenapa di ajak minum?!"
"Mau ganti baju? Aku ada baju ganti di mobil tapi celana--"
"Engga apa-apa. Saya masih ada jaket"
"Yaudah nanti bajunya aku cuci aja" terdengar nada penyesalan yang begitu tulus tapi masa hanya seperti ini Tzuyu harus melakukan hal tersebut.
"085722166930. Namanya Tzuyu nanti kalo udah bersih telepon aja ke no itu" Chaeyoung yang bicara, Tzuyu hanya melongo mendengar apa yang Chaeyoung ucapkan.
"Diulang" ucap perempuan itu dengan mengeluarkan ponsel dari tasnya.
"0.8.5.7.2.2.1.6.6.9.3.0 T.Z.U.Y.U"
Jika bukan orang mabuk, mungkin Tzuyu akan memukul Chaeyoung saat ini.
"emhh, maaf sekali lagi. Boleh sekalian bantuin bopong dia ke mobil? Sekalian ganti baju kan? Kaosnya ada di mobil"
"Boleh banget" Jeongyeon begitu antusias.
Kesan pertama yang Tzuyu dapatkan dari calon partner kerjanya tersebut adalah hanya Dahyun yang satu-satunya manusia di tempat tersebut.
Ga onar, ga Sana
#
Suka ga ceritanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfiction*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.