Who?

387 89 30
                                    

Sana masuk kedalam apartemen dengan suasana yang masih sama, walaupun sedikit demi sedikit ia mencoba melupakan segala kesedihannya. Terlebih ia memikirkan teman-temannya juga. Pasti canggung berada di lingkungan yang sama dengan 'orang galau' seperti dirinya.

Dahyun dan Chaeyoung yang sedang berada di dalam apartemen begitu terkejut saat melihat kehadiran Sana. Apalagi Chaeyoung, orang yang selalu mencoba menghindari Sana, ia malu bertemu dengan Sana.

"Yang lain lagi beli bahan-bahan. Kita mau gril-grilan. Kan Mina naik di promosiin di kantor katanya ya, lu tau kan?" Chaeyoung terbata-bata, terserah Sana mau mengacuhkannya seperti biasa yang penting ia sudah berusaha membuat percakapan.

"Oh-- Yaudah gue mandi dulu" Dahyun dan Chaeyoung mematung.

Apa mereka tidak salah dengar? Barusan Sana merespon Chaeyoung. Apakah itu pertanda--

Sana beranjak menuju kamar untuk menyimpan segala barang-barangnya. Ia menatap cermin dan tersenyum sinis. Hal yang selalu ingin Tzuyu lakukan bersama teman-temannya, namun saat moment itu terjadi, dia hilang entah kemana.

Kakinya mulai ia gerakan menuju kamar mandi. Mandi air hangat selepas bekerja memang hal paling efektif melepas penat untuk sementara.

=====

Nayeon dan yang lainnya sedang bersenda gurau di balkon apartemen yang cukup luas untuk menampung tujuh orang seperti saat ini. Sementara Sana hanya diam memperhatikan teman-temannya.

Walaupun banyak sekali perubahan yang terjadi pada sifat Sana yang sekarang tapi teman-temannya bisa mengerti itu. Mereka tidak berani menyinggung teman baru yang masuk ke circle tersebut, yaitu Tzuyu. Cukup membahas tentang kerjaan, bahkan Nayeon dan Dahyun tidak leluasa untuk bersikap manis di depan Sana.

"Nay" Suara Sana membuat kelompok itu menatap kearahnya. Sana yang di tatap orang-orangpun terkejut, lalu ia tertawa. Nayeon yang keheranan hanya melongo melihat itu, sementara seorang pria mengembangkan senyumannya kala melihat Sana tertawa seperti itu.

"Engga haha skip aja, engga penting!" Kalimat Sana di iringi gelak tawanya.

"Ga jelas lu, gitu sih kalo orang gagal move on" kata Momo.

Sana sudah mulai bisa menerima jika ia menjadi bahan ledekan teman-temannya dengan kalimat gagal move on atau yang lainnya.

Baginya saat ini merelakan Tzuyu adalah sebuah keharusan. Perlahan melupakan pria yang hingga saat ini tidak ada kabar sama sekali. Terlepas ia menjadi bahan ejekan atau apapun, fokusnya saat ini hanya ingin menjalani hidup normal lagi tanpa merasakan sesak menunggu kabar dari seorang pria yang bahkan tidak tahu masih hidup atau tidak.

=====

Dengan tangan memegang botol Heineken perempuan bersurai panjang menatap gemerlap lampu kota. Hawa dingin terasa menerpa kulit yang tak tetutup kain. Tak kuasa menahan air mata, akhirnya lolos juga setelah teman-temannya terlelap.

Mengapa melupakan Tzuyu bisa sesulit ini pikir Sana, padahal mereka menjalin hubungan tidak begitu lama.

Beberapa kali ia menyeka air matanya, kenangan bersama Tzuyu tiba-tiba saja berputar di pikirannya. Memori yang coba ia pendam dalam-dalam itu kembali bermunculan pada malam hari itu.

Ia tersenyum kala mengingat wajah Tzuyu di kereta api saat pertama mereka bertemu. Kopi yang tumpah adalah sebuah kesengajaan, seceroboh apapun Sana tapi ia pasti berhati-hati jika di kendaraan umum seperti saat itu. Caranya menggoda Tzuyu saat di kereta api, yang tanpa disadari semua memang akal-akalan Sana agar bisa kenal pada pria tersebut.

Bahkan tentang dewi fortuna yang memihak padanya. Saat mereka dipertemukan di tempat tak terduga dengan kondisi yang tak terduga pula. Sana menyakini jika mereka memang di takdirkan untuk bertemu.

Namun saat ini hatinya masih belum bisa menerima jika tidak semua pertemuan berujung manis. Ia masih egois dengan perasaannya, Sana tidak terima jika Tzuyu meninggalkannya begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Sana menaruh botol minuman di meja, malam semakin larut dan ia merasa dirinya semakin kacau. Sana mengacak-acak rambutnya kasar. Ingin sekali ia berteriak untuk mengatakan------

"TZUYU BRENGSEK!"

Namun ia tak ingin menganggu tidur tenang teman-temannya.

Ditengah keadaannya yang sedang kacau, tiba-tiba Sana mendongak saat sebuah selimut menutupi tubuhnya.

"Nanti masuk angin" ucap seorang pria. Hal itu membuat Sana menangis semakin parah.












Siapa tuh?

Path of the Strangers (Satzu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang