"Setiap rasa sakit memberi pelajaran dan setiap pelajaran merubah seseorang"
=====
Hembusan nafas panjang lolos ketika seorang pria sudah sempurna duduk di kursi penumpang dalam sebuah kereta api.
Terkadang alam begitu kejam. Matahari terbenam dengan begitu cantiknya, di tengah perasaan Tzuyu yang begitu mendung.
Tangan mulai menopang dagu yang rasanya berat karena pikiran terisi penuh dengan segala beban. Namun hal itu tak berlangsung lama, sebab seorang perempuan berteriak begitu histeris kala kopinya tumpah mengenai pakaian Tzuyu.
"Maaf, aduh maaf banget. Ini gerbongnya ga bisa diem banget" ia menggerutu sembari membersihkan celana Tzuyu dengan ujung lengan kemeja putihnya.
Tzuyu tak bisa marah, energinya sudah terkuras habis karena bertengkar dengan keluarga. Ia hanya menatap perempuan tersebut tanpa berbuat apa-apa.
"Udah engga apa-apa mbak, nanti kemeja mbaknya yang kotor" perlahan Tzuyu menepis tangan perempuan itu, bukan karena tidak mau di bersihkan tapi kopi itu tumpah tepat di daerah privasinya. Ngilu juga rasanya.
"Ganti aja pake baju saya. Kebetulan saya bawa kaos tapi celananya---" Perempuan itu mencoba menarik koper yang berada, kembali Tzuyu menahannya.
Tidak banyak bicara, Tzuyu segera mengeluarkan baju ganti dan pergi menuju toilet tanpa berucap sepatah katapun.
=====
Tzuyu dan perempuan bernama Sana hanya diam walaupun mereka duduk berdampingan. Sebelumnya perempuan bernama Sana mentraktir kopi, bahkan ia mengatakan jika Tzuyu harus menumpahkan kopi tersebut ke bajunya. Sangat kekanakan, namun hal itu membuat Tzuyu tersenyum, walaupun sebentar.
"Kamu kalo masih kuliah, ngapain ke Bandung? Liburan?" Sana membuka obrolan setelah mereka resmi berkenalan.
"Mbak nanya itu udah tiga kali hehe tapi engga apa-apa mungkin mbak masih kaget jadi engga fokus. Saya ke Bandung mau kerja mbak"
"Iya hehe jujur aja saya masih kaget" kekeh Sana karena perempuan itu ngajak ngobrolpun hanya sebatas basa basi.
"Kalo mbaknya?"
"Saya? Kenapa?"
"Mbak dari Surabaya kan tadi bilang? Mau ngapain ke Bandung?"
Sedikit tidak senang saat Tzuyu harus mengobrol dengan Sana, karena jujur saja Tzuyu alergi dengan orang-orang seperti Sana alias lemot.
"Oh, saya emang asli Bandung cuma kerja di Surabaya. Saya mau pulang ke rumah orangtua saya. Eh mau nanya tapi maaf ya kalo keliatan ga sopan, kamu usia berapa tahun? Mukanya kayak lebih muda dari saya"
Satu kalimat dari Tzuyu di balas tiga paragraf oleh Sana. Pikir Tzuyu perempuan itu terlalu banyak minum kopi, maka dari itu ia tidak berhenti berbicara.
"Saya 25"
"Tuh kan! Aku 29 --EH SAYA!!" Pekik perempuan itu membuat ia menjadi pusat perhatian. Tzuyu hanya mengangguk, meminta maaf jika sudah menganggu penumpang lain, begitupun Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfic*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.