Semakin hari keadaan Sana semakin tidak karuan. Walaupun ia tidak melampiaskan kesedihannya seperti dulu yaitu dengan minum-minum atau berkencan dengan pria random tapi keadaannya yang semakin kacau membuat teman-temannya khawatir.
Kalimat manis Tzuyu, bagaimana ia mengistimewakan Sana, juga segala ke khawatiran Tzuyu mengisyaratkan jika pria itu benar taku kehilangan Sana tapi pada akhirnya bukan si perempuan yang pergi berpaling, melainkan Tzuyu yang hilang entah kemana.
Sana hanya butuh kabar, itu saja. Bagaimana keadaannya? Sedang berada dimana? Apakah ia dikelilingi orang-orang jaha atau baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berputar dipikiran Sana.
Ini minggu kedua Tzuyu menghilang, Sana bahkan kini pindah sementara ke apartemen Nayeon. Bukan karena agar leluasa untuk melepaskan segala kesedihannya tapi ia penat dengan pertanyaan dari orangtuanya.
Mungkin memang salahnya karena mengatakan akan segera dilamar oleh pria bernama Tzuyu pada orangtua yang sudah putus asa dengan anak sulung yang belum menikah diusia hampir menginjak kepala tiga.
Namun hari demi hari pria yang orangtua Sana tunggu itu tak kunjung tiba bahkan sulit untuk dihubungi. Sana sempat mengamuk dirumah agar orangtuanya berhenti menanykan Tzuyu pada dirinya, fatalnya Sana mengatakan jika orangtuanya tidak usah menunggu pria yang mungkin saat ini sudah mati.
Soldaritas Nayeon, Momo dan Mina memang kuat, bukan hanya Sana yang pindah untuk sementara ini namun kedua teman lainnya. Nayeon bahkan jarang menemui Dahyun hanya karena Sana tidak mau keluar dari apartemen jika bukan untuk bekerja.
"San mau ga gue combaling ke temen kantor gue. Dia manajer marketing, terus kalo ga salah dia udah punya rumah sendiri, udah mapan deh pokoknya, tinggal nikah doang. Eh cakep juga ko, beneran" kata Momo tiba-tiba saja saat mereka sedang mengolah makanan. Mina reflek menyikut Momo karena terkejut dengan kalimat temannya.
"Lu apaan sih? Describe orang sampe segitunya lebay, tau ga?! Lagi juga Sana belom move on, malah disuruh coba sama cowok lain, yang ada makin chaos nanti" sergah Mina
"Tapi gue setuju sama Momo sih, lupain seseorang ya dengan adanya distraksi dari orang lain" Nayeon seolah menjadi sekutu Momo.
Merasa ada yang menolong, Momo menatap Mina dengan tatapan sinis namun itu sangat lucu dimata Mina.
"Nah, Nayeon tuh yang jago pemilihan katanya. Maksud gue gitu sih, San. Gimana?" Momo membuang muka dari Mina dan hal itu membuat temannya terkekeh.
"Gue bener-bener engga nemu support system" Gumam Sana, Mina dan Nayeon sedang cekikikan melihat kelakuan Momo mengalihman atensinya pada Sana.
"Kenapa San?"
"Seyakin apa kalian kalo Tzuyu engga akan balik lagi, sampe mikirin gue harus cari cowok lain?" setelah mengatakan itu Sana melepaskan sendok dari tangannya dan pergi dari dapur.
"Lu sih Nay!" tuduh Momo
Mina dan Nayeon hanya berpandangan, bukankah Momo yang memulai percakapan.
*flashback*
Tzuyu hanya memperhatikan Sana yang tak henti bercerita. Senyuman tergurat diwajah pria itu, Sana memang semenarik itu dan ia sangat terbuka pada dirinya. Walaupun masa pacaran belum berjalan lama, Sana bahkan berani menceritakan kisah-kisah kelamnya.
"Kamu ceritain semua ke aku, seengga ada beban itu?" tanya Tzuyu begitu berhati-hati karena takutnya Sana menerima kalimatnya secara ambigu.
"Awalnya aku engga berani banyak cerita ke kamu tapi liat segala kekhawatiran kamu sama aku, ya aku jadi percaya sama kamu" Senyum Sana sebenernya menyakiti Tzuyu. Seyakin itu Sana padanya sementara Tzuyu susah sekali untuk membuka diri pada pacarnya.
Hanya tentang keluarga, itupun pada akhirnya ia sesali karena menceritakan betapa orangtuanya yang sangat menyebalkan.
Tzuyu terkekeh, membuat Sana menoleh kepadanya. Ia hanya merasa lucu melihat pacarnya yang nampak begitu ceria sedangkan dirinya yang begitu diselimuti aura gelap.
Sana mengusap tangan pacarnya dan itu membuat Tzuyu tersentak kaget.
"Pelan-pelan, nanti juga kamu bisa terbuka sama aku. That's why aku duluan yang cerita, nanti kamu juga bisa kayak aku. Mungkin kamu masih asing sama aku" kalimat Sana sukses meluluh lantakan perasaan Tzuyu.
'Asing' Sana deskripsikan dirinya seperti itu dimata Tzuyu. Bagaimana bisa pasangan kekasih seolah terhalang tembok yang begitu tinggi dan hanya waktunya yang bisa menghancurkan pembatas itu, sebab Sana sulit sekali untuk menggapai perasaan Tzuyu.
Tzuyu menyadari bahwa dirinya lebih tertutup dan tidak bisa menjawab spesifik semua pertanyaan Sana, bahkan untuk pertanyaan apa saja makanan yang ia santap disetiap harinya, Tzuyu tidak ingin menjabarkannya pada Sana.
Hal itu membuat ia berperang batin, apakah keputusan yang ia ambil untuk berpacaran dengan Sana akhirnya akan menjai bumerang bagi Sana. Ia tidak berani memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya.
"Kamu baik dan kamu ganteng. Mungkin semua orang juga pasti bisa deskripsiin dua hal itu kalo ditanya apa aja yang mereka tahu tentang kamu. Karena sesusah itu nyari tahu siapa kamu Tzu. Aku aja yang udah coba pendekatan lebih, susah banget buat tahu siapa kamu. Iya, kamu pacar aku yang asing banget dimata aku" Jelas Sana
"Kalo ditanya seyakin apa aku ke kamu, jujur aja aku jawab 40% tapi aku masih usaha Tzu, bahkan yang 1% pun kemungkinannya, aku mau usahain. Aku tahu, kamu cuma bingung dan belum siap" harusnya kata-kata menyetuh itu diucapkan pria pada wanita. Namun nampaknya Sana mengerti jika Tzuyu saat ini sedang dalam masa krisis kepercayaan pada orang.
Entahlah, ia hanya bisa berspekulasi sendiri apa penyebab Tzuyu seperti ini karena Tzuyu tidak pernah sedikitpun membocorkan masalah dirinya pada Sana.
*flashback off*
Ga Tzuyu kalo engga misterius
Btw masalah Tzuyu yang sekarang lagi rame di twitter. Aku bingung mau bilang apa mudah-mudahan cepet reda aja ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfic*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.