Tzuyu terus mengetuk-ngetuk kakinya ke lantai. Mencoba mengalihkan fokus agar tidak salah tingkah karena Sana tak kunjung membuat obrolan, artinya ia pun tidak perlu menjawab apa-apa.
"Kita ngobrol gausah formal banget ya, secara ga langsung kita bisa jadi temen loh. Kita udah ketemu tiga kali" Kalimat Sana membuat Tzuyu mendongak dan menatap ke arahnya.
Jika di pikir-pikir benar juga, mereka sudah bertemu tiga kali walaupun rentang waktunya tidak dekat, ditambah kejadian-kejadian sial selalu menimpa Tzuyu setiap bertemu dengan Sana.
"Lu gausah pake mbak deh ke gue. Sebenernya gaenak di panggil kayak gitu. Panggil aja nama, ga apa-apa, jarang juga gue di panggil nama sama bocil"
"Hah? BOCIL?!" Sergah Tzuyu
"Ya, maksudnya umurnya lebih muda. Santai pak, gausah ngegas, minum dulu minum" Sana menyodorkan es kopi yang ia pesan untuk Tzuyu.
"Gini loh Tzu, sebelumnya gue mau minta maaf. Tiap kita ketemu baju lu pasti kotor" di iringi kekehan, suara Sana begitu manis terdengar.
"ya emang, gangerti juga ko bisa kebetulan gitu ya?"
"Kebetulan?"
"Iya kebetulan, ini gue udah prepare jaket siapa tau lu numpahin apa gitu ke kemeja gue" Tzuyu tertawa lalu menyeruput es kopi miliknya.
"Ko gue ngerasa ini bukan kebetulan ya?" Tzuyu merasa ambigu dengan hatinya. Ia takut salah mengartikan kalimat Sana.
"Gue ga masalah lu mau udah punya pacar, istri atau apapun itu. Tapi lu sadar ga sih kita ketemu itu karena takdir?"
Tzuyu tidak sanggup lagi menahan tawanya. Kalimat Sana terlalu menggelitik baginya. Sana yang sedari tadi tenang kini mulai kesal sebab Tzuyu tidak henti tertawa.
"Gue juga engga percaya tapi pas lu angkat telpon dan mau nyamperin kesini, gue jadi percaya itu kalo semua ini di rencanain Tuhan buat kita ketemu"
Baru saja Tzuyu memelankan suara tawa, kembali ia di buat terbahak-bahak dengan kalimat Sana.
"Ya gue di telepon no asing pasti di angkat lah, siapa tau penting. Terus masalah gue nyamperin, kan lu bilang mau ngasih kaos" Penuturan Tzuyu sangat masuk akal namun Sana terus menyangkal itu.
"Terus kenapa lu angkat, gimana kalo penipuan? Terus kenapa lu mau bawa kaos? Kan mungkin kaos lu banyak di rumah" Sana menyanggah setiap kalimat Tzuyu
"Oke, pertama gue ga takut penipuan atau apapun itu kalo emang agak mencurigakan, kan bisa gue tutup. Terus kedua, itu kaos band favorit gue, wajar dong kalo gue mau ambil?"
Hal selanjutnya yang membuat Tzuyu terkejut adalah Sana tiba-tiba menyimpan paper bag di atas meja dan pergi meninggalkan Tzuyu yang kini kebingungan.
=====
"Cewek pintur tuh confessnya pake kata-kata yang rumit tapi kan katanya lu cumlaude masa gitu doang gangerti. S2 tapi bego, gimana sih" Chaeyoung, Jeongyeon dan Dahyun kompak memaki Tzuyu saat menceritakan kejadian tadi siang di cafe.
"Ya gue gatau, masa cewek confess. Terus caranya aneh lagi" Dahyun, orang baru bagi Tzuyu bahkan berani memukul kepala Tzuyu karena saking kesalnya.
"Udah yang, Tzuyu mungkin masih baru sama hal ginian" Nayeon menengahi percakapan tersebut karena takut Tzuyu tersulut emosi.
"Tzu, zaman sekarang cewek confess itu kayaknya udah ga tabu lagi kali ya? Apalagi dia ada keturunan Jepang, kan kita suka liat tuh kalo misalkan Senpai-nya mau lulus SMP pasti ada cewek yang confess" Kalimat Nayeon membuat Jeongyeon dan Chaeyoung tertawa. Tentu saja, pasalnya perempuan itu memasukan lelucon di tengah raut wajah seriusnya.
"Yang, jadi wibu nya bisa ga nanti lagi? Ini aku lagi kesel banget nih sama Tzuyu. TZU!! Lu udah gue pukul palanya, artinya kita udah bestfriend banget nih tapi bestfriend gue gada yang bego kayak gini asli deh!"
"Lu suka dia ga?" Tzuyu yang sedang minum sampai tersedak mendengar pertanyaan Chaeyoung.
"Mana gue tau, ketemu dia aja baru tiga kali, mana isinya cuma ngotorin baju gue. Sekali ga ngotorin malah kayak gini"
"Oh suka sih kalo gue liat. Yaudah biar kita yang lanjutin aja, mana no nya?" Jeongyeon mencoba mengambil ponsel Tzuyu dengan mencoba merogoh saku celananya.
"Heh! Gue ga bilang suka ya!" Serga Tzuyu dengan menepis tangan Jeongyeon cukup kasar.
"Tapi lu inget moment sama dia"
"Gue tonjok juga kalian ya!" Ancam Tzuyu membuat Jeongyeon tertawa
"Aku juga?" Nayeon menunjuk dirinya sendiri
"Ya kecuali kamu Nay! Ya kali gue nonjok cewek!" Tzuyu semakin kesal karena menjadi bahan ejekan twman-temannya.
"Nah itu! Ya kali lu nolak cewek cantik?" celetuk Chaeyoung
"ENGGA ADA KORELASINYA CHAEYOUNG!!"
"Ada, sama-sama cewek!" tukas Jeongyeon cepat
"Ah udahlah pusing! Gue pulang dulu sekalian packing barang-barang. Ini serius kan gue di terima kerja?" Dahyun nampak dia sedang berpikir.
"Gue terima asal lu terima Sana juga" ia menahan tawa karena jujur saja wajah kesal Tzuyu sangat kocak baginya.
"Hyun jangan macem-macem deh"
"Serius gue, yakin nih gamau kerja disini? Deketin Sana tuh tes buat bisa masuk kesini"
Entah itu hanya guyonan tapi jika serius kantor ini sungguh tidak konvensional. Tzuyu mengatur nafasnya, terlihat jelas jika dadanya naik turun, mungkin karena ia kesal.
"Ini bener--"
"Dahyun serius, gue bisa kerja disini tesnya nyariin jentik nyamuk buat cupangnya. Demi gue ga boong" Chaeyoung meyakinkan Tzuyu jika kalimat Dahyun sangat serius
"INI PERUSAHAAN APAAN SIH?"
"PERUSAHAAN GUE!! Gaji empat juta, limit telat masuk tanpa kabar sampe jam sepuluh, makan di kasih, tidur bareng kita disini jadi lu gaperlu ngekos, dan mobil sama motor gue bisa lu pake. Pikir-pikir lagi aja"
"Anjing, seriusan?" Pantas saja Chaeyoung betah berada di kantor aneh ini.
"Tambah. Rokok gratis kalo gue lagi profit, gue kasih sebungkus sehari. Chiev target dapet lagi bonus!"
Logika dan ego Tzuyu sedang berperang saat ini. Namun tesnya sangat konyol menurut Tzuyu dan memaksakan perasaan demi sebuah pekerjaan nampaknya terlihat begitu ironis.
Pengen banget kerja bareng Dahyun rasanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfiction*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.