Oksitosin

497 100 24
                                    

Dua minggu sudah Sana dan Tzuyu resmi berpacaran. Banyak kebiasaan yang dilewati oleh mereka berdua setiap harinya. Seperti Sana yang selalu menemani Tzuyu sarapan, bahkan sampai malam hari. Terkadang Sana menginap di kantor Dahyun, tentu bersama teman-teman perempuannya yang lain.

Dua insan itu kini terdiam di balkon lantai 2 kantor Dahyun atau lebih tepatnya balkon kamar para pemuda.

Kerinduan menyeruak, bagaimanapun Tzuyu merindukan orangtuanya. Jemari lentik Sana mengusap lembut tangan Tzuyu dengan begitu lembut. Sana tak ingin membiarkan Tzuyu larut dalam haru biru suasana hati Tzuyu, walaupun tidak mengatakan kegundahannya tapi Sana bisa merasakan itu.

Kepalanya kini bersandar di bahu lebar Tzuyu. Si pria tersentak, Sana tersenyum kecil menyikapi hal tersebut. Tubuh Tzuyu bergerak, ia menarik nafas dalam dan Sana bisa merasakan itu.

Perlahan Sana mulai memandang ke arah Tzuyu, senyuman terlukis diwajah perempuan itu. Sana mengusap lembut wajah Tzuyu. Pria itu reflek tersenyum, bagaimana perempuan yang tidak pernah berpacaran bisa bersikap manis seperti ini.

"Mau indomie ga? Aku bikinin ya? Emang kalo ujan tuh bahaya banget, bikin hormon serotonin nurun aja" Sana mulai bangkit dari kursi namun Tzuyu menahannya.

Terlalu cepat untuknya merasakan jatuh cinta tapi cara Sana mengusap wajahnya begitu lembut, membuat perut Tzuyu tidak karuan. Tidak perlu makanan atau apapun yang membuat moodnya membaik, cukup Sana memperlakukan Tzuyu seperti itu, membuat hati si pria menghangat.

Sana menciptakan hormon dopamin bagi Tzuyu, usapan lembut itu membuat memori baik baginya. Endorfinpun meningkat, Sana mampu mengobati rasa sakit Tzuyu hanya dengan sentuhannya.

Kedua insan itu menutup mata kala Tzuyu menarik tubuh Sana untuk lebih dekat dengannya. Perut si perempuan tergelitik kala bibirnya bersentuhan dengan bibir si pria. Merekatkan tubuh agar lebih dekat, Sana merangkul pundak Tzuyu dan kini ia mulai duduk di pangkuan si pria.

Senyuman merekah di bibir Sana, walaupun berciuman bukan hal asing bagi Sana, namun berciuman dengan pria bertitle pacar adalah sesuatu yang baru bagi Sana.

Mengusap lembut setiap helai rambut, mereka kini memperdalam ciuman itu. Tidak ada nafsu birahi, mereka hanya meluapkan hasrat cinta yang berujung terbentuknya hormon oksitosin.

Perih hati Tzuyu seketika lenyap, kegundahan Sana pun sirna begitu saja ketika dua pasang mata beradu. Hingga si perempuan kembali memeluk tubuh prianya.

Terlalu cepat? Memang tapi jika salah satu dari mereka tak ingin hal itu terjadi, penolakan pasti sudah ada sejak tadi.

"Jangan nyulut api" Sana tidak mengerti dengan apa yang Tzuyu ucapkan, namun ia tetap tak ingin melepaskan pelukan dari pria tersrbut.

Sana, nama perempuan itu kini mengisi kehampaan, Tzuyu mulai merasakan khawatir jika Sana tidak berada di sekitarnya. Sejak dari kereta apipun Sana menarik perhatian Tzuyu, namun ia tak terlalu memperdulikan hal tersebut sebab bisa saja itu hanya tertarik dengan wanita cantik pada umumnya tapi dua orang asing kini mulai terikat dengan hubungan yang disebut dengan kekasih.

=====

Chaeyoung, Dahyun dan Jeongyeon hanya diam melihat para gadis tertidur di kamar mereka. Lebih tepatnya ia memandangi Mina. Berbeda dengan kisah cinta Tzuyu dan Sana, hubungannya dengan Mina agak rumit, perempuan itu selalu menarik ulur perasaan Chaeyoung.

Tangan Tzuyu tak henti mengusap rambut Sana yang kepalanya sedang disangga dengan paha Tzuyu.

"Jadi lu berantem tadi? Baru juga dua minggu anjir" kekeh Jeongyeon saat Tzuyu menceritakan kejadian tadi sore.

Sebenarnya ia tidak ingin menceritakan kisah cintanya tapi ketiga temannya tentu mendengar cekcok mereka.

"Tapi Tzu, lu gaboleh ngelarang Sana buat ga kerja" Dahyun yang tidak setuju dengan Tzuyu.

Pertengkaran Sana dan Tzuyu dipicu oleh interview kerja Sana. Tzuyu melarang Sana untuk kerja, hal itu tentu beralasan ada sisi gelap yang membekas bagi Tzuyu saat seorang perempuan terobsesi dengan pekerjaannya.

Trauma tersebut menjadi batu sandungan bagi Sana untuk bekerja tapi entah kenapa Sana tidak bisa menyanggah permintaan Tzuyu.

"Lu jangan nerapin paradigma kalo cewek emang harus di dapur dan ngurus keluarga. Mereka juga berhak buat kerja dan explore diri mereka, as long as dia masih perhatiin kita. Lagi juga lu masih pacaran, jangan terlalu ngekang, kasian si Sana nya" kalimat Jeongyeon tentu menyinggung Tzuyu. Raut wajah Tzuyu mulai tidak ramah.

"Cewek emang berhak buat explore diri mereka, tapi cewek bakalan susah di kontrol kalo dia merasa lebih tinggi dari cowok" Jeongyeon, Chaeyoung dan Dahyun tentu terkejut mendengar itu.

Hal tersebut memang bisa terjadi, tapi mereka tahu jika teman-teman Nayeon tidak akan seperti itu. Buktinya penghasilan Nayeon yang stabil tidak pernah mempermasalahkan pendapatan Dahyun yang naik turun, tentu sebagai pengusaha hal itu biasa terjadi.

"Ga semua kayak gitu Tzu!" tukas Dahyun yang tidak terima dengan pernyataan Tzuyu.

Chaeyoung menahan Dahyun karena pria itu mulai bangkit dari kursi, takut jika para perempuan bangun dan harus mendengar statement sensitif dari Tzuyu.















Baru juga mulai, udah ada percikan-percikan

Path of the Strangers (Satzu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang