Keresahan Sana cukup beralasan. Menjadi kaka sulung dari tiga adik perempuan yang sudah menikah memang tidak mengenakan bagi Sana. Bahkan adik perempuan keduanya sudah memiliki dua anak.
"Tapi gue masih engga ngerti sih, ko baru lulus SMA udah langsung nikah itu gimana ceritanya? Apa mereka ga mikirin main, cita-cita atau apa gitu?" Tzuyu cukup tergelitik mendengar cerita tentang saudara-saudara Sana yang menikah di usia muda.
"Pertama itu tradisi keluarga kayaknya, soalnya mamah sama papah itu nikah pas mereka umur 21. Terus mungkin karena perempuan, jadi mereka pikir nikah itu ada yang nafkahin atau gimana gue gangerti, mungkin juga cita-cita mereka pengen jadi ibu rumah tangga. Toh mamah aja engga kerja tapi segala berkecukupan" Jelas Sana, Tzuyu hanya mengangguk-angguk paham.
"Terus kenapa lu ga nikah muda juga?" mata Sana mulai menatap tajam ke arah Tzuyu. Pertanyaan yang paling ia benci.
"Lu pikir nyari jodoh segampang itu apa? Gue ga laku! Puas lu?!!"
"Ga laku? Ga mungkin! Masa cewek cantik kayak lu ga laku? Standar lu aja yang ketinggian kali"
Itu pujian atau penghinaan? Sana tidak bisa menangkap maksud dari kalimat Tzuyu.
Tak ingin menanggapi pertanyaan tersebut, Sana memalingkah wajahnya dan menatap ke arah lain. Ia tersenyum kala melihat teman-temannya sedang bercengkrama, tertawa begitu bahagia.
"Hidup mereka enak banget kayaknya" Sana masih memandang ke arah teman-temannya.
Tzuyu mengalihkan pandangan ke arah mana Sana melihat, ia tersenyum kecil melihat itu.
"Darimana lu tau hidup mereka enak-enak aja? Emang lu bisa baca pikiran dan rasain pressure setiap orang?" kini Sana menatap Tzuyu, pertanyaan yang cukup menarik.
"Beban mereka mungkin lebih gede, cuma mereka ga liatin. Jadi keliatannya happy-happy aja. Lagian kenapa harus liatin kesedihan kalo semisal kebahagiaan malah bikin orang lain iri" kembali statement Tzuyu membuat Sana mengernyitkan keningnya.
"iri?"
"itu buktinya lu mikir kalo mereka happy-happy aja. Dahyun beban dia besar ko gue tau, bahkan lebih besar dari di tanya kapan nikah"
Diam, Sana tidak bereaksi mendengar apa yang Tzuyu utarakan dan sedikitnya pikiran dia terbuka mendengar itu. Mengapa ia selalu iri dengan kebahagiaan orang lain yang belum tentu mereka sebahagia itu.
"San, nikah atau punya pacar engga ngejamin lu bahagia ko. Ini dari sudut pandang gue ya. By the way lu udah berapa taun jomblo?" Tzuyu menyesap kopi yang baru saja datang ke mejanya.
"29 tahun"
Kini giliran baju Sana yang kotor, air kopi membasahi wajah Sana dan penyebabnya adalah Tzuyu. Buru-buru Tzuyu membersihkan wajah dan meja, ia tak berani membersihkan baju Sana sebab ia mengotori bagian leher dan dada Sana.
"Sorry banget San, gue kaget sumpah. Sama ini, itu bahaya sih jadi lu bisa bersihin sendiri kan?" Tzuyu menyodorkan tissue pada Sana agar perempuan itu membersihkan bagian dadanya.
Bukannya menerima Sana malah diam saja tak bergeming.
"Sekonyol itu jomblo sampe 29 tahun?" dengan tangan meraih tissue yang di berikan Tzuyu, ia mulai membersihkan pakaiannya.
"Ga konyol sih, gue cuma kaget" Tzuyu begitu menyesal tapi jujur saja ia kaget.
Jika Sana menjomblo selama 29 tahun, artinya ia belum pernah berpacaran? TIDAK MUNGKIN!!
"San, lu hopeless banget?" Manik Sana mulai berkaca-kaca. Jujur saja ia sangat putus asa. Hingga saat ia mengedipkan matanya, cairan bening itu turun begitu saja.
"Tzu, jangan nanya gitu. Gue gamau nangis disini!"
"Lu dari tadi nangis"
Sana meletakan kepalanya ke atas meja. Tzuyu hanya membiarkan ia menangis dan menutup kepala perempuan itu dengan jaketnya.
"San, ini bukan karena gue iba sama lu. Ya iba sih dikit tapi lu mau nyoba dulu ga? Ya gue ga maksa sih tapi siapa tau lu butuh gue. Masalah kenal satu sama lain ya bisa sambil berjalan. Ga cocok ya udahan, ya kalo cocok lanjutin tapi gue ada satu syarat"
Tzuyu bahkan tidak mendapatkan respon apa-apa saat mengatakan itu. Sana masih konsisten menempelkan wajahnya ke meja dan menangis.
"San lu denger ga?"
"Lu ngomong aja syaratnya apa, gue gamau lu liat gue nangis" ucap Sana di balik jaket Tzuyu
"Bikin gue betah di Bandung, jangan bikin gue pengen pulang ke Jogja. Lu harus ngerti kalimat gue--"
"Deal!" Sana mulai bangkit dan menjulurkan tangannya. Tzuyu yang bingung reflek menggenggam tangan Sana. Lalu senyuman terbentuk di wajah perempuan itu.
Menyeka air matanya, lalu ia beranjak menuju meja dimana teman-temannya berada. Tak lama berselang suara Chaeyoung menginterupsi Tzuyu yang masih kebingungan.
"SYUKURAN!! SYUKURAN!!" Seru Chaeyoung di meja dimana teman-temannya berada. Tzuyu menengok ke arah Sana dan teman-temannya.
"Gue punya pacar" ucap Sana begitu bangga, sementara Tzuyu masih kaget dan kebingungan.
"Kenapa kisah cintaku tak semulus Sana sama Tzuyu" wkwk
Pasti pada mikir gitu kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfic*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.