Jadwal lepas, artinya Nayeon tidak bekerja. Kini ia sedang ngopi cantik bersama Mina, Momo dan Sana. Tentunya untuk BERGOSIP.
Mereka masih tidak percaya jika Sana akhirnya resign kerja dan beralasan ingin menjaga Tzuyu.
"ini kalo bucin bikin lu segoblok ini, mending gausah punya pacar deh" Momo yang masih kesal karena Sana sampai senekat itu.
"Mo, dia emang dari kapan hari kan mau resign, engga apa-apa kali udah biarin aja. Biar dia deket juga sama keluarganya. Sana kan udah lima tahun di Surabaya" Mina menanggapi hal itu secara positif
"Lu bedua banyakin sedekah deh. Ini kasus kayak Sana tuh 1000/1, nah kebetulan si Sana tuh 1 nya. Lu tau kan dia rajin banget ibadah sama sedekah. Mungkin ini jawabannya" Nayeon yang selalu menyikapi segala hal dengan lelucon walaupun masuk akal.
"Lu beneran sayang sama dia?" kali ke empat Momo menanyakan hal itu.
"Mo, gue ketemu dia baru empat kali. Ya kali main sayang aja" Sergah Sana
"Terus kenapa jadian kalo gitu?" Mina mulai penasaran mengapa Sana memilih Tzuyu.
"Gue ga munafik, dia good looking dan kebetulan ya pas gue hopeless yang datang itu dia. Ya gue nekat aja buat confess eh tapi dia nerima ya jadi Alhamdulillah" Sana mengembangkan senyuman kala mengatakan itu dengan penuh percaya diri.
"Gue mau ajak dia ke rumah minggu depan"
"San, kecepetan. Lu bisa santai dikit ga sih?" Momo tidak terima dengan ide Sana yang terlalu berlebihan.
"Mo, biarin aja. Tzuyu juga yakin mau. Dua-duanya sama-sama hopeless, gue udah tau ceritanya. Kemaren-kemaren si Tzuyu curhat ke gue"
"Jadi Tzuyu tuh kayak gimana coba gue pengen tau" Sana yang bersuara, dia antusias ingin mendengarkan kisah pacar barunya tersebut.
"Ini yang pacar Tzuyu, elu apa Nayeon sih San haha" Mina mentertawakam hal tersebut karena percakapan mereka benar-benar lucu.
=====
Tzuyu terkejut melihat kehadiran Sana dan teman-temannya saat ia tengah bekerja. Fokusnya kini terbagi, terlebih Sana tidak bisa diam. Perempuan ceroboh itu terus saja menginterupsi pekerjaan Tzuyu, entah menumpahkan air atau ingin makan disuapi Tzuyu.
"San, sekali lagi ganggu! Gue pites juga pala lu ya!!" Tzuyu sudah tidak tahan karena Sana benar-benar menganggu pekerjaannya.
"Ayang ko marah?"
Bukannya menanggapi hal itu, Tzuyu malah menjitak kepala Sana walaupun tidak keras karena merasa geli. Namun ia sendiri yang langsung menyesali perbuatan itu dan mengelus-ngelus kepala Sana karena merasa bersalah telah menjitak kepala perempuan.
"Tzu, minggu depan ketemu orangtua aku ya?" Sana melepaskan tangan Tzuyu dari kepalanya dan menatap pria itu.
"AW AKU!!!!!!!!!!!!" Momo berseru karena merasa geli, dengan cepat Nayeon membawanya ke ruangan lain.
"Gue ma ridho jadi nyamuk juga, kalian ngobrol aja santai" celetuk Chaeyoung berada di tempat yang sama dengan Tzuyu karena sedang bekerja.
Tzuyu hanya terkekeh menanggapi permintaan Sana. Seputus asa apa Sana sampai buru-buru seperti ini.
"Kamu dari pada bikin aku betah di Bandung malah bikin aku takut tinggal di Bandung haha" Tzuyu mengacak-acak rambut perempuannya begitu lembut. Isyarat juga agar Sana jangan terlalu terburu-buru, karena mereka belum mengenal satu sama lain dengan begitu dekat. Terlebih ia belum siap jika harus seserius itu menjalani hubungan.
"Tzu, the moon is beautiful, isn't it?" ucap Sana
"SANA LU PULANG AJA DEH!!" Teman-temannya keluar dari ruangan sebelah, termasuk Chaeyoung yang sudah tidak tahan dengan Sana, tapi si perempuan malah tertawa karena puas membuat temannya kesal.
"Gue tau lu baru punya pacar tapi bisa gasih gausah se norak ini?" Bahkan Mina memberi komentar karena iapun sudah tidak tahan.
"Mina, the moon is beautiful, isn't it?" Mendengar Chaeyoung mengatakan itu, reflek senyuman terbentuk diwajah Mina. Dahyun dan Jeongyeon dengan cepat memukul dan menendang Chaeyoung.
=====
Fase pendekatan, namun bedanya Tzuyu dan Sana menajalaninya setelah resmi berpacaran. Mereka berdua kini sedang mengobrol di sebrang kantor atau lebih tepatnya di warung kopi depan.
Tzuyu, cerita hidupnya membuat Sana merasakan jika hubungan mereka tidak akan semulus yang ia bayangkan. Pria yang memiliki keluarga super perfeksionis yang pasti akan susah beradaptasi dengan dirinya.
"Aku mikir tadi haha gimana kalo semisal aku nikah sama kamu. Kayaknya bakalan makan hati banget" Sana terkekeh saat mengatakan itu. Tzuyu sekilas memandang ke arahnya. Kalimat itu sangat tidak asing baginya, beberapa mantan kekasihnya pun mengatakan hal serupa.
"Telor busuk, kakak sering bilang kayak gitu kalo misalkan aku gagal di satu target dan itu yakin doktrin dari orangtua aku" kepulan asap rokok keluar dari mulutnya.
"Gimana sih rasanya punya orangtua yang ambis?" Tzuyu menatap si penanya yaitu Sana. Ia tersenyum tipis.
Mengapa menanyakan hal itu pada Tzuyu, jika ia pun tahu jawabannya. Bagaimana di paksa nikah padahal ia belum siapa atau belum ada pendamping yang cocok dengannya. Bukankah itu sama saja?.
"By the way, sampe sejauh itu mikir kalo kita bakalan nikah? Aku ga yakin ini serius, ini iseng doang kan?" Sana menggeleng.
Ia pun tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Kini ia hanya ingin mencoba menjalaninya, terlepas bejodoh atau tidak, itu urusan nanti. Tapi Tzuyu memahami itu, saat ini mereka memang sedang bermain-main. Entah untuk menjawab kekhawatiran orangtua Sana atau memuaskan hasrat teman-temannya yang ingin menjodohkan mereka.
"Tapi masalah keluarga sih aku engga mikirin mau gimana-gimana nantinya sama calon istri tapi aku pengen calon istri aku punya aspek penting sebagai perempuan" Sangat serius, atmosfirpun mulai berubah sedikit canggung, sementara Sana hanya mendengarkan saja.
"Apa tuh?" Sana penasaran.
Tzuyu hanya tersenyum dan membiarkan hal itu mrnjadi kepenasaran Sana. Agar perempuan itu mencari tahu apa yang Tzuyu maksud.
Tuh, banyakin sedekah biar dapet Tzuyu wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of the Strangers (Satzu)
Fanfiction*Completed* "Solo perché il mio percorso è diverso non significa che mi sono perso." My dreams, i lost with you and nobody gonna find me.