Bab 8

473 53 3
                                    

Ferdi benar-benar merasa ilfeel pada Tria, ia tak menyangka Tria yang selama ini ditunggu kepulangannya, diperjuangkannya, nyatanya bukanlah perempuan baik-baik yang seperti dalam pikirannya.

Maka keesokan harinya ketika pagi menjelang Ferdi menghubungi Kevin mengabarkan kegagalannya dalam mendekati Tria, ia tak mengatakan secara gamblang masalah mereka karena tak ingin merusak persahabatannya dengan Kevin, ia hanya cukup mengatakan tak ada kecocokan antara ia dan Tria.

"Kenapa sayang?" Mila menghampiri Kevin yang tengah duduk di sofa kamar sambil memainkan handphonenya.
"Ferdi. Dia bilang sepertinya tak ada kecocokan antara dia dan Tria" sahut Kevin.
"Gagal gitu pendekatannya?" tanya Mila.
"Hm sepertinya, sayang sekali padahal Ferdi pria yang baik, dan sekarang dia sedang serius untuk mencari pendamping hidup" ucap Kevin.
"Belum jodohnya" sahut Mila.

Kevin menatap wajah cantik Mila, wajah cantik nan teduh yang selalu ditatapnya setiap harinya. Kevin merangkul Mila lalu mengecup pelipis istrinya tersebut.

"Kalau kamu jodohnya siapa?" goda Kevin.
"Masih perlu jawaban tuan mesum?" sahut Mila.
"Aku selalu berdoa yank semoga Tuhan menjodohkan kita sampai nanti kita sama-sama menua dan rambut kita memutih bersama" ucap Kevin.
"Amin" sahut Mila, ia tersenyum menatap Kevin.
"Aku mencintaimu" ucap Kevin lalu mengecup pipi Mila.
"Aku juga mencintamu yank" sahut Mila.

Setelahnya bibir keduanya saling bertautan, berpagut mesra dengan nafsu yang tiba-tiba menggebut. Kevin menarik Mila kepangkuannya memeluknya erat dengan bibir yang masih bertautan. Cumbuan hangat yang Kevin lakukan menciptakan api gairah pada Mila, hingga akhirnya perempuan cantik itu pun balas mencumbu sang suami. Kegiatan keduanya terhenti kala terdengar rengekan Malik.

Keduanya melepaskan diri, Mila tersenyum menatap Kevin yang telah bergairah.

"Kita lanjutkan nanti malam" bisik Mila seraya mengusap pipi Kevin lalu turun dari pangkuan suaminya tersebut dan menghampiri Malik yang tengah menangis di atas ranjang.
"Malam masih beberapa jam lagi sayang? masih lama" ucap Kevin kesal.

Mila tak peduli ia menghampiri sang putra dan menenangkannya.

"Uuhhh anaknya mama, yuk bangun kita mandi ya, setelah itu sarapan" ajak Mila.

Usai memandikan sang putra Mila membawanya ke ruang makan dan mendudukkannya di kursi makan khusus balita.

"Mba tolong bantu saya suapi Malik ya, saya mau ke kamar sebentar mau menyiapkan pakaian papanya Malik" ucap Mila pada artnya.
"Baik bu" Sahut artnya yang kemudian mengambil alih menyuapi majikan kecilnya tersebut.

Mila ke kamar bermaksud menyiapkan pakaian kerja Kevin. Tepat ketika ia masuk kamar ketika itu pula Kevin keluar dari kamar mandi, pria tampan itu menariknya dan mendorongnya ke ranjang.

"Yank apaan sih" omel Mila.
"Aku gak bisa menunggu malam" ucap Kevin yang kemudian mendaratkan bibirnya di bibir Mila.

Keduanya bercumbu menuntaskan gairahnya yang tadi sempat tertunda.

Kevin masuk kantor ketika jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi, ia dihampiri Eka yang menyampaikan Tria telah menunggu di ruangannya.

"Ada apa lo kemari? lo gak ngantor?" tanya Kevin seraya duduk di kursi kebesarannya.
"Gue kemari sengaja mau ketemu lo kak" ucap Tria.
"Ada apa? mau curhat soal Ferdi?" tanya Kevin seraya membuka beberapa berkasnya.
"Ck apaan sih kak" Tria berdecak kesal.
"Ferdi bilang..."
"Mas Ferdi bilang apa? cerita apa ke kakak?" tanya Tria.

Tria menatap Kevin ia khawatir Ferdi menceritakan pertemuan mereka kemaren malam di hotel, ia tak ingin di cap Kevin sebagai perempuan murahan yang rela melempar tubuh dengan suka rela pada sembarang pria.

"Ferdi bilang pendekatan kalian gagal karena ketidakcocokan" ucap Kevin.
"Oh ya... iya gue memang merasa gak cocok sama mas Ferdi" sahut Tria, ia bernafas lega karena ternyata Ferdi tak menceritakan pertemuan mereka di hotel kemaren malam.
"Kenapa sih? padahal Ferdi itu lelaki baik, gue rasa dia cocok sama lo. Dia mapan dan yang utama dia bertanggung jawab, memang lelaki seperti apa yang lo cari Tria?" tanya Kevin.
"Masalahnya dia bukan tipe gue" sahut Tria.
"Lalu tipe lo yang seperti apa?" tanya Kevin.

Tria terdiam, ia menatap Kevin ia pikir ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada pria dihadapannya tersebut.

"Tipe gue itu elo kak" ucap Tria.
"Ngaco lo, jangan bercanda" ucap Kevin.
"Gue sedang tidak bercanda kak. Gue suka sama lo, gue cinta sama lo kak" Tria dengan berani mengungkapkan perasaannya.
"Lebih baiknlo keluar, lo makin ngaco" omel Kevin.

Kevin berdiri menuju pintu namun Tria menahannya, perempuan itu menatap tajam sang kakak sambung.

"Gue gak akan keluar dari sini kak. Selama ini gue berusaha menahan, berusaha membuang perasaan ini. Tapi bukannya hilang perasaan ini justru semakin dalam dan semakin berkembang buat lo, gue cinta sama lo kak, gue menginginkan lo" ucap Tria.
"Tria lo sadar dengan apa yang lo katakan? kita gak mungkin bersama. Gue sudah menikah sudah punya Mila dan kita itu kakak adik, jadi mana mungkin" ucap Kevin dengan tegas.
"Ya lo memang milik Mila, tapi gue juga ingin memiliki lo. Gak ada larangannya kan? dan kita cuma kakak beradik sambung, kita gak sedarah kak, jadi sah-sah saja kalau kita bersama, gue cinta lo kak" ucap Tria seraya mengusap dada bidang Kevin.
"Makin gila lo Tria, keluar sekarang" usir Kevin.

Tria memilih mengalah, ia keluar dari ruangan Kevin. Kevin pun bernafas lega ia tak habis pikir bagaimana bisa Tria memiliki perasaan lain untuknya, perasaan yang tidak seharusnya dimiliki seorang adik pada kakaknya.

❤❤❤

8
28/1/2022

Ujian PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang