DISCLAIMER — 100% fiction — OCC — written by ; ara-ara gomen
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ıllı
Konohagakure yang berada di lain dunia adalah desa buatan Kiyoi. Dengan di dalamnya berisikan kloning-kloning yang menempati desa tersebut.
Hokage oc!
***
(Name) menatap jalanan desa yang ramai dengan mata yang berbinar, "Huaaa, apakah ini desa tempat aku lahir?"
Kiyoi membawa (Name) ke kediaman Uchiha.
"Besok kau akan berlatih, ibu akan melatih mu, sekarang kau tidurlah." suruh Kiyoi dan di angguki oleh (Name).
***
"Fokus lah, (Name)!" kata Kiyoi dengan tegas.
"Baik!"
Kiyoi pun meninju permukaan tanah hingga retak dan dapat di hindari oleh (Name).
Dan (Name) pun menggunakan tinju monsternya
Dia bisa menggunakan tinju yang sama sepertiku batin Kiyoi terkejut
"Sudah lah (Name) kita istirahat dulu!"
"Sebentar Oka-san,"
"(Name)!" jika sudah begini (Name) tidak bisa membantah lagi.
"Baik!" (Name) dengan keringat dingin yang menetes di pelipis nya.
"Apa yang di dahi Oka-san itu?"
"Ini." Kiyoi menunjukkan byakugou dan (Name) mengangguk, "Ini namanya byakugou (Name). nanti sudah besar pasti memiliki ini dan warisilah byakugou milik Kaa-san,"
"Ayo kita lanjut berlatih!"
"Hm,"
(Name) mencoba melempar tiga shuriken ke arah tatakan, namun sayangnya satu nya berbelok.
"Sialan! Kenapa harus ada yang melesat!" ucap (Name) kesal.
"Ara~ mungkin kau kurang bersemangat mangkanya shuriken nya melesat, jadi (Name) harus bersemangat." Kiyoi sambil mengelus rambut (Name).
"Yosh, kalau begitu mari kita coba satu kali lagi." ucap (Name) bersemangat.
(Name) mengambil tiga shuriken tadi yang menancap dengan bantuan kiyoi sehabis mengambil shuriken tersebut (Name) lalu memasang pose siap melempar shuriken dan melemparnya,
TAK ! TAK ! TAK !
Baru kali ini 3 shuriken menancap sempurna di tatakan shuriken (Name) yang melihat itu pun bahangia
"Uwaaaa lihatlah itu Kaa-san 3 shuriken manancap sempurna!"
"Baiklah kalau begitu selanjutnya kaa-san akan mengajarimu berpedang,"
