- Julie POV -
Aku mengambil garpu dan pisau lalu segera menyantap beef steak di meja makan. Aku makan dengan sedikit terburu-buru karena aku ada janji dengan seseorang. Seseorang yang telah memenuhi pikiranku. Siapa lagi kalau bukan Louise Raffel Davas.
Ponselku berbunyi di sela-sela makanku. Uh, benar-benar mengagetkanku. Aku ternyata mendapat telpon dari nomor yang aku tidak aku kenal.
"Halo?"
"Halo, ini Julie? Julie Camilla Alvan?" wah, bagaimana dia bisa tahu nama lengkapku? aku takut dia adalah penjahat. Awas kalo berani macam-macam dengan putri sulung dari pasangan Rositta dan David.
"I-iya. Ini siapa?"
"Oh bagus, kamu tidak mengenalku?" Okay aku mulai bingung dan berusaha mengingat-ingat suara ini. Nope, aku tidak mengingatnya. Sama sekali.
"Tidak. Siapa kamu? jangan macam-macam!"
"Okay, okay. Aku tidak ingin macam-macam, ice queen "
Ice queen..... Ice queen..... aku sepertinya ingat dengan nama panggilan itu. Itu sebutan dari seseorang untukku. Tapi siapa ya? Ah!
"Mi-mi-miranda?"
"Yap! Bang ! You got it, babe !"
"Oh astaga. Demi apa ini kamu, Mir?!"
"Demi cintaku pada Mike. Ingat, hm?"
"Oh gosh, tiba-tiba menghilang dan sekarang menelponku? rasanya aku ingin menusukmu tepat di jantung, Mir!"
"Hehe, aku mau ketemu sama kamu ya! Nanti aku jelasin semuanya! Di Cafe X jam 4 sore, bisa?"
Aku berfikir sejenak dan melirik jam dinding. Sekarang masih jam 14.00 PM. Ah, jam 4 nanti aku kan ada janji dengan Louise. Aku harus bagaimana? duh aku benar-benar dilema saat ini.
"Halo? Jul? Kamu masih disana?"
"Ah, iya. Oke, jam 4 ya"
"Don't be late, hun " ucap Miranda sambil terkekeh. Aku hanya terkekeh pelan dan memutuskan telpon kami.
Miranda Stanly Curs, sahabatku sejak SMP. Kami bersahabat dengan Mike saat SMA. Dulu saat SMA, Miranda menyukai Mike. Tetapi belum pernah dia ungkapkan pada Mike. Dan dia hanya bercerita mengenai ini kepadaku dan ibunya. Saat kenaikan ke kelas 12, Miranda hilang entah kemana. Aku sudah mengunjungi rumahnya dan tidak mendapat informasi apapun. Jadi sudah kupastikan dia harus menjelaskan semua ini padaku dan Mike.
Aku merasa bersalah telah membatalkan janji seenaknya dengan Mike. Aku pun berniat memberi pesan kepada Louise.
To : Louise
Lou, maaf kan aku. Aku membatalkan janji kita jam 4 nanti. Aku tidak bisa hadir karena ada suatu urusan. I'm really sorry.
Aku berharap dalam hatiku, kalau Louise tidak akan marah ataupun kecewa padaku. Tak lama kemudian, Louise membalas pesanku. Aku harus berdoa dulu sepertinya.
From : Louise
Ah, that's okay. Kita bisa bertemu dilain waktu. Semoga waktumu menyenangkan, babe. I miss you.
Ah, syukur Louise tidak marah padaku. 'Babe'? 'I miss you'? sudah tiga atau empat hari ini dia mulai berani memanggilku babe dan sering sekali memberikan note i love you, i miss you, i need you girl, dan lain-lainnya.
Tapi aku tidak marah. Ya, melainkan senang. Tahulah sikapku jadi aneh dan berubah karena seorang Louise Raffel Davas ini.
Tak terasa sudah jam 15.30 PM. Aku pun mengganti bajuku dan menggunakan dress sepanjang lutut dengan lengan pendek. Aku pun segera mengambil kunci mobilku dan segera berangkat ke tempat janji pertemuanku dengan Miranda. I can't wait to see her.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Love
RandomJulie tidak percaya akan keajaiban cinta. Menurutnya cinta hanya membuang-buang waktu. Tapi disaat bersama Louise, keajaiban cinta itu nyata. Julie merasakannya. Dan saat patah hati, apa Julie masih percaya keajaiban cinta?