12. Plan

154 6 0
                                    

- Julie POV -

Tok tok!

"Kak, buka pintunya dong. Mama udah nyerah ngetok-ngetok pintu kakak. Kali ini Rendy gak bakal nyerah sampe kakak buka pintu"

Rendy, anak ini keras kepala sekali. Dan selalu serius dengan omongannya. Sepertinya aku saja yang menyerah, karena kalau aku tidak buka pintu dia akan terus menggedor-gedor pintu kamarku hingga hancur.

Aku mengambil tisu dan mengelap wajahku yang sudah tidak jelas bentuknya pasti. Dengan lunglai aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Setelah terbuka barulah terlihat sesosok Rendy yang sedang membawa nampan.

"Astaga! Ada hantu!" teriaknya sambil terkaget-kaget. Untung nampan yang dibawanya tidak jatuh.

Dengan ekspresi datar, aku kembali menutup pintu. Terdiam diri dan melamun melihat pintu yang baru saja aku tutup.

"Eh kak, bukain dong pintunya! Masa ditutup lagi sih"

Okay, dengan berat hati aku membuka pintu kamarku, lagi. "Ada apa?" ucapku dengan suara serak. Tenggorokanku sangat kering rasanya.

"Kenapa kakak tutup sih pintunya?"

"Karena ada seseorang yang mengira aku adalah hantu"

Rendy terlihat menahan tawa "Maaf maaf soal itu. Habisnya, rambut kakak udah kayak singa, baju nya lusuh banget, make up luntur kemana-mana. Tunggu, ini kan baju kakak kemarin pas pulang. Kakak belom mandi ya?!"

"Ce-re-wet" ucapku dengan penuh penekanan lalu pergi menuju tempat tidurku.

"Kak, ini aku bawain makanan. Dari kemaren siang kak Julie belom makan kan? Abis pulang dari rumah kak Louise, kakak langsung ngurung diri di dalem kamar. Gak mandi pula. Kakak kenapa sih?" ia pun mengikutiku menuju tempat tidurku.

"Aku baik-baik saja"

"Tidak mungkin. Kak Julie itu paling gak bisa boong, dan aku paling gak bisa diboongin"

"Aku baik-baik saja Rendy, percayalah"

"Aku tidak percaya. Terserah kalau kakak masih boong, tetapi kalau butuh tempat untuk menceritakannya, aku siap mendengarkan. Ini dimakan dulu. Aku keluar ya" ucapnya lalu berlalu keluar kamarku.

Menatap satu piring nasi goreng oriental fan satu gelas susu membuat perutku berbunyi. Aku mengelus perut rataku dan mulai melahap nasi goreng paling enak di dunia. Nasi goreng buatan mama.

Ya memang setidaknya aku harus mengisi perut ini. Dari kemarin aku belum menyentuh makanan. Mandi saja belum. Astaga, aku jorok sekali. Okay, jangan karena semua ini membuatku tidak memiliki semangat hidup. Lagi pula, siapa peduli dengan cinta?

***

"Hahahaha, astaga perutku sampai sakit, hahaha"

Aku mengelap air mata yang berada di ekor mataku. Sesekali aku terbahak sambil memegang perutku dengan geli.

"Rugi kakak menutup wajah demi menahan tawa tadi! Astaga kakak harus lihat ekspresi wajah orang itu saat jatuh ke air! Hahaha" ucap Quinta sambil tertawa terbahak-bahak.

"Gak nyangka pelatih gym kayak gitu ternyata lemah banget! Penampilan menipu banget nih" Rendy merebut popcorn yang berada di pangkuanku.

Ternyata acara 'Wipeout ' cukup menghiburku. Ekspresi-ekspresi orang-orang yang mengikuti acara itu sungguh lucu. Apalagi saat mereka terjatuh ke air.

"Aku senang lihat kakak ketawa" ucap Quinta sambil memelukku.

Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah memberiku keluarga yang sempurna. Sebuah keluarga yang memperdulikan-ku, mengkhawatirkan-ku, dan menyayangai-ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tears of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang