9. Last Time part 2

201 10 0
                                    

- Julie POV -

Sudah dua hari ini aku sering melamun. Menatap kosong kemana pun arah yang ingin mataku tuju. Bahkan saat ini aku hanya memutar sendok yang ada di tanganku. Makanan favoritku sudah tidak menggodaku saat ini.

Aku menghembuskan nafas berat, "Aku tidak lapar" aku mendorong piring yang ada di atas meja.

"Kak, aku yakin kakak cuma salah paham" Rendy yang duduk disampingku memelukku dengan lembut.

"Iya bener kata Rendy. Kakak dengerin aja penjelasannya dulu" kini Quinta yang duduk berhadapan denganku pindah menjadi disebelahku dan memelukku seperti yang Rendy lakukan.

Memang dari kemarin aku menginap di rumah keluargaku. Aku merasa bosan sendirian di apartement. Lagi pula kedua orang tuaku sedang ada urusan di Thailand, jadi aku mungkin akan beberapa hari disini untuk menemani kedua adik manjaku.

"Udah kalian gak usah cemas, pikirin sekolah dulu" aku melepaskan pelukan kedua adikku lalu memasuki kamar lamaku dirumah ini.

Ponselku berdering. Dengan tidak ada semangat aku mengangkat telpon itu.

"Halo?" sapa seseorang diseberang.

"Ya"

"Jul? Are you okay ?"

"Ya"

"Oh c'mon "

"Ya" aku memang bisa dibilang sedang 'lemot' atau tidak nyambung. Yeah, karena terlalu banyak berpikir dan aku melamun juga.

"Jul, kamu kaya orang yang keganggu mentalnya"

"Ya"

"Julie, astaga!"

"Apa, Mir?"

"Oh, akhirnya kamu berbicara yang lain selain 'ya'. Aku mau ajak kamu makan malam nih"

"Ya" oke aku mulai ngelamun lagi.

"Nanti malem ya, di restoran pasta biasa. Jam 7 malem ya. Oh iya, aku udah pesen tempat jadi kamu nanti bilang aja atas nama 'Julie', aku daftar pake nama kamu"

"Ya"

"Denger gak sih? Jangan ya ya ya doang"

"Iya Miranda, sahabatku nomor satu di dunia"

Aku hanya mendengar Miranda terkekeh disebrang. Aku memutuskan telpon dan segera menempel dengan kasur. Aku sudah tidak ingin menangis lagi karena itu memang percuma. Aku memutuskan untuk menutup mataku dan menuju pulau mimpiku. Lagi pula ini hari Sabtu.

***

Aku berjalan lemas menuju meja reservasi di restoran ini. Memangnya ada acara apa Miranda pake ngundang aku makan malam segala?

"Maaf, mbak Julie?" tanya seseorang di meja reservasi.

Aku hanya membalas dengan tersenyum dan mengangguk pelan. Senyumku pasti sudah sangat tidak karuan sekarang. Aku yakin, senyumku mirip sekali dengan senyum Joker saat ini.

Mbak-mbak di meja reservasi itu kemudian menuntunku ke sebuah meja. Meja yang tepat menghadap ke pemandangan pantai. Meja untuk dua orang tanpa ada meja lain di sekitarnya.

Untuk apa Miranda pesan meja VIP gini? Biasanya juga gak gini. Ada apa sih sebenarnya?

Aku pun duduk dan mengamati pemandangan pantai pada malam hari. Sangat indah. Desiran ombak terdengar jelas di telingaku. Hembusa angin malam membuat beberapa helai rambutku terbang begitu saja. Ini semua membuat senyum tercipta di bibirku.

"Akhirnya kamu senyum"

Aku tersentak ketika melihat seorang lelaki datang dengan pakaian rapih dan membawa bucket bunga mawar.

Tears of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang