- Louise POV -
Aku menatap gadis di depanku dengan sedikit cemas. Ia hanya sibuk bercengkerama dengan dunianya sendiri. Sedari tadi ia terus menyelesaikan tugas di laptopnya.
"Jul, makan ya"
Tidak ada jawaban dari bibirnya itu. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Nanti kamu sakit"
"Gak mau, Louise. Aku masih banyak pekerjaan ini"
"Kamu belum makan dari siang, beautiful. Sekarang sudah jam 7 malam"
"Lou, aku baik-baik saja. Aku hanya belum lapar" ia menengadahkan kepalanya lalu menatapku dengan tatapan dari mata sayunya.
"Kalau kamu sakit nanti ribet, kamu kan tinggal sendiri. Nanti kalo aku yang urus, jadi repot"
Kepalanya yang telah beralih menuju laptop kini menengadah dan menatapku lagi.
"Kalau kamu gak mau repot, silahkan pulang"
"Bukan itu maksudku, Jul"
"Terserah saja" ia kembali menatap layar laptopnya.
Aku sudah datang ke rumahnya dari jam 10 pagi, dan sampai sekarang Julie belum menyentuh makanan sedikit pun. Untuk meminum segelas air putih saja susah.
Aku menyendokan nasi di piring. Aku mengarahkan sendok itu pada mulut gadis lucu dan manja ini. Dia membuka mulutnya dan mengunyah pelan makanan yang ada di mulutnya. Aku pun menyuapi dia layaknya anak kecil. Tapi dia memang seperti anak kecil, yang lucu, imut, dan terkadang bawel.
Tak terasa nasi dan lauk di piring yang sudah aku pegang habis. Julie masih saja membuka mulutnya.
"Jul, nasinya sudah habis. Kamu mau nambah? lapar kan" aku terkekeh pelan melihat Julie yang tidak sadar dengan muka pongo pongo polos.
"Ah, tidak aku sudah kenyang"
"Mau dessert apa?"
"Uhm, sebentar aku pikir dulu" ia menjentikkan jarinya di dahinya pelan. "Lou, aku mau banana split di cafe biasa"
"Aku harus membelinya dulu? nanti kamu sendirian, Julie"
"Uuuh, kumohon. Ya ya ya? tidak apa-apa" Julie pun menyatukan tangannya dan memberikan jurus puppy eyes nya padaku. Aku tidak bisa menolak kalau dia sudah berlaku seperti itu.
"Baiklah. Be careful, babe " aku mengacak pelan rambut Julie. Julie memicingkan bibirnya dan bergumam tidak jelas.
Aku berjalan keluar apartement Julie untuk membelikannya banana split. Untung ini demi Julie, kalau bukan karena dia mana mau aku keluar malam-malam untuk membelikan dessert dan kembali lagi.
Apa saja akan aku lakukan, demi kamu.
- Julie POV -
"Ih yaelah, mana sih Louise?" aku bergumam sambil melirik jam tanganku. Sudah 30 menit Louise belum kembali, padahal cafe itu berada tidak jauh dari apartementku. Apa jangan-jangan dia pulang? Ah, tak mungkin dia setega itu.
Tok tok tok!
Belum lima menit, sepertinya dia sudah datang. Aku berjalan lunglai menuju pintu dan membukakannya.
"Ih kok lama banget sih? aku kan udah nungguin sampe setengah jam tau gak?!"
"Sorry babe , tadi aku itu banana split rebutan sama cowok. Itu banana split porsi terakhir, dan akhirnya aku dapet deh"
"Loh? gimana kamu dapetinnya?"
"Aku bakal dapetin apapun demi kamu, bagaimana pun caranya"
Aku menunduk dan menatap kakiku kosong. Aku berpikir tapi tidak ada apapun di pikiranku. Aku mengeryitkan dahi dan munculah sebuah alibi di benakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Love
AléatoireJulie tidak percaya akan keajaiban cinta. Menurutnya cinta hanya membuang-buang waktu. Tapi disaat bersama Louise, keajaiban cinta itu nyata. Julie merasakannya. Dan saat patah hati, apa Julie masih percaya keajaiban cinta?