I mean, bertiga?
Puk!
"Gpp, udah. Itu buru dimakan donatnya." Raka menepuk pelan kepala temannya itu, diusapnya juga air mata yang jatuh dipipi Nata.
Nata menangguk, lalu mulai memakan donat yang tadi dibelinya.
Raka tersenyum simpul melihat lahapnya Nata memakan donatnya. Walaupun masih segukan, tapi itu tidak mempengaruhi Nata dalam menghabiskan sepuluh donatnya. Raka sedikit bersyukur dengan mood swing yang Nata miliki.
Saat lagi asik asiknya nontonin Nata makan. Tiba tiba, sebuah ide brillian muncul di kepalanya.
Raka menatap Nata dengan senyum jahilnya.
"Bagi donatnya dong!"
Nata merengut tak suka, ia sontak menggelangkan kepalanya menolak permintaan Raka.
"Yaudah, lu sendiri aja disini, gw pergi dulu."
Raka berdiri, berpura pura ingin pergi dari sana.
Raka menahan tawanya, membayangkan ekspresi Nata setelah ini. Setelah kejadian tadi, tentu saja ia tidak akan ingin ditinggal sendiri. Bahkan untuk tidur nanti, Raka yakin ia akan meminta Vino untuk menemaninya.
Grip!
Raka tersentak ketika tangannya ditahan seseorang.
"Tunggu! Maaf," gumam Nata. Tangannya yang sedikit gemetar menggenggam erat tangan Raka seakan tidak mengizinkannya pergi.
Raka speechless.
Memang ia tau Nata akan menahannya.
Tapi, ia tidak menyangka respon Nata akan seperti ini.
"Jangan pergi. Ayo makan donat sama Ata." Nata menarik narik tangannya untuk kembali duduk. Raka menurut, ia kembali duduk dengan tampang bodohnya yang masih kentara.
Nata menyodorkan salah satu donatnya.
"Ini untuk Raka."
Raka menggeleng, tangannya juga ikut melambai untuk mengisyaratkan tidak. "Ah! Enggak perlu, Ata makan sendiri aja." Walaupun Raka menolak, Nata tetap terus memaksanya.
"Raka mau dua? Nih," ujar Nata menyodorkan dua donatnya.
Raka semakin menggeleng cepat. "Bukan! Makan aja donatnya, gw nggak bakalan pergi kok," ujar Raka berupaya agar Nata berhenti menawarinya donat.
"Beneran nggak pergi?"
"Ya, janji!"
"Mana jari kelingkingnya?" Nata nenyodorkan jari kelingkingnya, mengisyaratkan Raka untuk menautkan jari kelingking mereka berdua untuk membuat sebuah perjanjian kecil.
Raka menurut, ia ikut menautkan jari kelingkingnya.
Nata tersenyum lebar, setelahnya ia kembali memakan lahap donatnya yang tersisa enam.
Melihat itu, Raka menghela nafas lega.
Syukurlah.
🍩🍩🍩
Ah, Raka lupa!
"Elano tadi udah ditelpon ta?"
"Nggak diangkat," jawab Nata ketus.
Kalau dipikir pikir, kejadian tadi itu salahnya Ela! Kalau dia kesini dan nemanin Nata, pasti Nata nggak bakal sendirian pergi keluar rumah tadi.
Nata terus mendumel, tapi pandangannya tetap kearah layar televisi yang tengah menampilkan kartun kesukaannya.
Raka menghela nafasnya. Elano masih sibukkah?
Raka akhirnya memutuskan untuk menghubungi Elano, ia berharap semoga panggilannya dijawab. Raka tidak bisa terus disini bersama Nata, tapi ia juga tidak mungkin meninggalkan Nata sendiri, dan jalan satu satunya adalah menyuruh Elano menemani Nata.
"Apa ka?"
"El, lo dimana? Kesini oy, temanin Nata."
Suasana hening beberapa saat.
"Kasih handphone lo ke Nata."
Tanpa bertanya lebih banyak, Raka berjalan menghampiri Nata, dan menyodorkan ponselnya kearah mahkluk pencinta donat itu. Nata manatapnya heran seakan bertanya, "siapa?"
dan Raka menjawab, "Elano."
Akhirnya Nata mengambil ponsel itu.
"Biarin Raka pergi, dia ada urusan. Gw sampai disana lima menit lagi. Jadi, tetap tunggu dirumah sampai gw datang."
Panggilan terputus setelahnya.
Nata sampai nggak bisa berkata kata.
"Apa kata Elano?"
"Raka lagi sibuk ya?" tanya Nata memandang tak enak kearah Raka. "Maaf ya. Raka pergi duluan aja, bentar lagi juga Elano datang. Ata gpp kok sendirian disini," lanjutnya menyakinkan.
"Yakin gak masalah gw tinggal sendiri?"
Nata menangguk pasti.
Nata tidak boleh merepotkan seseorang.
Karena yang punya masalah bukan cuma Nata. Tentu saja semua orang diam diam punya masalah.
Jadi, lebih baik Nata tidak merepotkan seseorang lebih banyak lagi.
Tidak masalah, hanya dirumah, itu tidak akan jadi masalah.
Sebentar lagi Elano akan datang.
Tenang saja.
Tidak masalah.
Ini akan baik baik saja.
Ya-
"Nata?"
"Y-ya."
"Yakin nih?" tanya Raka khawatir.
Nata mengangguk, "yakin kok."
Raka kalau tidak ada hal mendadak seperti ini, sudah ia pastikan akan menemani Nata sampai Elano kembali. Tapi, ia juga tidak bisa mengabaikan urusannya.
"Yaudah, gw balek dulu. Ingat, hanya bukain pintu untuk Elano, oke?"
Nata mengangguk paham, "ya."
Setelahnya, Raka pergi, dan Nata kembali sendirian dirumah.
Oke, tidak masalah.
Elano akan datang sebentar lagi.
Ya, sebentar lagi.
To Be Continue✓
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHALA
Teen FictionDonat Nathala cuma butuh Donat Ingin berteman dengan Nathala? Manusia dengan jutaan pesona yang mampu membuat ribuan orang diluar sana meleleh karena manisnya senyuman itu, melebihi kadar kemanisan gula yang bahkan bisa membuat mereka yang melihatn...